20. Galau

3.8K 217 0
                                    

Ku hanya diam

Menggenggam menahan segala kerinduan

Memanggil namamu di setiap malam

Ingin engkau datang dan hadir

Di mimpiku

Aurara menjatuhkan dirinya di kasur. Ngos-ngosan setelah menyanyikan dengan suara keras lagu dari salah satu penyanyi berambut gondrong. Masih pukul enam sore lewat lima belas menit. Setelah sholat tadi, Aurara tengkurap di kasur, meratapi nasib percintaannya yang tak berjalan mulus.

Aurara galau. Baru kali ini Aurara segalau ini.
Jujur saja, Aurara bukanlah cewek yang pantang menyerah dalam mempejuangkan sesuatu. Keinginan menyerah pasti ada, apalagi bila sering makan hati. Seperti akhir-akhir ini.

"Kapan ya bisa mimpiin Kaka. Se-enggaknya kalo di dunia nyata agak susah deketinnya, di mimpi bisa deket gitu, kan enak," gumamnya berandai-andai.

Aurara merentangkan tangannya di atas kasur, menarik napas dalam dan mulai bernyanyi lagi.

Baru kusadari

Cintaku bertepuk sebelah tangan

Kau buat remuk seluruh hatiku

Seluruh hatiku

"OOOHHHHHHH." Aurara berteriak dramatis. Memegangi dadanya seolah-olah sedang tertusuk panah yang menembus jantungnya.

Aurara pun mengakhiri karaoke galaunya dengan meneriakkan kata pupus sekencang-kencangnya.

Sementara itu, di samping kamar Aurara, Ismail yang tengah fokus belajar dibuat kesal karena suara sumbang kakaknya yang memekakkan telinga menggema hingga ke kamarnya. Kesal, Ismail pun memutuskan untuk menghampiri kakaknya yang sudah dipastikan sedang galau.

Benar saja, bantal dan guling berserakan di mana-mana saat Ismail masuk.

"Kakak kebiasaan, kalo galau suka lempar-lempar barang," ujarnya sesaat setelah menutup pintu.

Aurara yang semula memejamkan mata menahan tangis seketika membuka matanya lebar-lebar. Dia terduduk, merentangkan tangan pada Ismail.

Ismail berdecak, namun tak ayal tetap bergerak naik ke atas kasur dan duduk di samping Aurara. Tanpa babibu Aurara memeluk Ismail erat-erat, lalu menumpahkan tangis di atas bahu remaja laki-laki berumur tiga belas tahun itu.

Ismail pun menepuk-nepuk punggung sang kakak. Kasihan juga melihatnya.

"Gue tuh kurang apa sih, Il? Cantik iya lumayan, gemesin juga banget, lucu apalagi. Gue juga anak baik, murid baik, nggak pernah nakal. Terus kenapa Kaka belum suka sih sama gue?" tanya Aurara parau di sela isak tangisnya.

"Kakak kurang nyadar diri." Jawaban polos yang Ismail berikan membuat Aurara seketika memukul punggung cowok itu keras.

"Kurang nyadar diri ndasmu. Gue sadar gue cantik, gue sadar gue imut, dan gue tuh sadar, kalo sebenernya gue itu sayang-able," sungut Aurara lalu melepas peluknya. Tangisnya mereda seketika.

"Tapi nggak cukup sayang-able buat Kaka," lanjutnya lirih.

Ismail mengaduh. Mengusap susah payah punggungnya. Dia pun hendak beranjak, namun lengannya dicekal oleh Aurara.

"Mau kemana? Temenin gue, dong," pinta Aurara lalu mengusap ujung hidungnya.

"Bodo ah, Kakak sukanya aniaya Mail. Mending balik kamar," jawab Ismail lagi-lagi hendak beranjak turun, namun lagi-lagi dicegah Aurara. Kali ini rambutnya yang ditarik.

Kaka&Rara [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang