"Hai, Kaka, Zidan."
Kaka dan Zidan menoleh mendengar sapaan itu. Perjalanan mereka yang hendak ke kantin terhenti oleh suara yang nyaris mereka lupa itu suara siapa.
Setelah sepenuhnya menghadap sang penyapa, Zidan berseru. "Mikhayla?!"
"Hai." Cewek yang disapa Mikhayla itu tersenyum. Melambai pada Kaka yang hanya diam saja.
Kaka mengangguk. Tak sama sekali terkejut atas kehadiran Mikhayla.
"Astaga! Gue pangling banget. Lo makin cantik aja, sih. Rambut lo, rambut lo yang bikin beda," seru Zidan masih heboh. Dia menunjuk rambut pirang Mikhayla yang berbeda dari enam bulan lalu.
Mikayla terkekeh. Menyentuh rambutnya sendiri. "Gimana? Keren, nggak? Di sana rambutnya hampir pirang semua, biar dikira dari Amerika beneran, aku cat pirang aja." Di akhir kalimatnya dia tertawa. Zidan mengacungkan dua jempolnya.
"Keren. Lo udah kayak bule kesasar di sini," balas Zidan.
Mikhayla tertawa. "Kalian mau ke kantin, kan? Aku boleh ikut?"
"Boleh, lah. Sekalian gue mau minta oleh-oleh dan kepo sama gimana lo di sana," sela Zidan cepat. Cowok itu bahkan sudah merangkul bahu Mikhayla untuk berjalan menuju kantin.
Mikhayla menoleh ke belakang dimana Kaka hanya menatap datar dan berjalan mengikuti.
"Mik, gue yang ngajak lo ngomong, bukan Kaka," protes Zidan saat Mikhayla malah melihat Kaka.
"Eh, iya-iya. Aku pasti bawa-lah oleh-oleh buat kamu. Buat Kaka, Seno dan Ilham juga," jawab Mikhayla akhirnya.
"Wah. Lo bawain gue apa? Yang buat gue harus lebih bagus daripada yang lain, ya?" ucap Zidan. Mikhayla tertawa. Tawa yang manis, merdu. Ketawanya cewek banget.
"Siap-lah. Oleh-olehnya masih ada di mobil. Nanti aku ambil," jawab Mikhayla. Dia sekali lagi menoleh ke belakang. Kaka sedang memainkan ponselnya tanpa melihat jalan. Mikhayla hendak menegur tapi—
Bruk!
"Aduh! Jalan tuh liat-liat, dong! Gue segede gini masa ya nggak keliatan?"
Mikhayla dapat melihat seorang cewek tersungkur, dia berseru marah sembari mengusap dahi dan pantatnya bergantian akibat tertubruk oleh badan Kaka. Cewek itu bukan segede apa yang barusan dia bilang. Cewek itu bertubuh mungil dengan kunciran tinggi di rambutnya.
Namun anehnya, bukannya bersikap ketus Kaka justru terkekeh singkat dan mengulurkan tangannya. Masih lekat diingatan Mikhayla, Kaka bukanlah orang yang dengan mudah menolong orang lain yang bukan dia kenal. Siapa cewek itu?
"Segede apa?" tanya Kaka pada cewek yang baru saja dia tubruk.
"Omg! Jadi kamu yang nabrak aku? Hampir aja aku tonjok," jawab cewek itu membuang napas.
"Kenapa lari-lari?"
"Aku mau ke kelas kamu tadi, mau bareng kamu ke kantin," jawab Aurara cengegesan.
"Heh Rara Jonggrang! Sok preman banget lo pake segala mau nonjok. Paling tepuk nyamuk juga nyamuknya nggak mati," cerca Zidan yang sudah berhenti melangkah dan berbalik menghampiri Kaka.
"Kak Zidan mau nyoba tonjokan aku? Iya? Sini," jawab Aurara menantang. Dia sudah mengangkat kepalan tangannya.
Zidan maju. Mencondongkan wajahnya bermaksud agar Aurara segera meninjunya. "Nih, palingan kayak digigit semut."
Aurara semakin geram. Mengambil ancang-ancang dan buggh!
"Arrggh!" Zidan mengerang, memegangi pipinya yang terasa berdenyut. Dia mundur hingga di balik punggung Mikhayla. Ini tonjokan yang sakit.
![](https://img.wattpad.com/cover/184402218-288-k695750.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaka&Rara [Completed]
Novela Juvenil[DISARANKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU BIAR KEREN KAYAK SAYA] ___________ Brukk Tubuh Kaka ambruk saking terkejutnya. Aurara, cewek itu tiba-tiba melompat naik ke punggungnya, yang otomatis membuat Kaka tersungkur ke depan karena sama sekali tidak siap...