23. Tragedi di Lab

3.1K 226 8
                                    

"Siswi itu siapa? Kenapa dia ada di sini?" tanya Pak Basir sesaat setelah mendudukkan diri di bangku untuk guru. Hari ini latihan diadakan sepulang sekolah, seperti biasanya.

Jaguar dan Mikhayla menoleh ke belakang. Di bangku paling ujung lab ini, ada seonggok manusia yang tengah duduk manis sembari nyengir lebar. Jaguar menggaruk belakang kepalanya, kembali menatap pak Basir.

"Itu pacar Kaka, Pak," jelasnya.

"Oh ya? Lalu kenapa dia ada di sini? Ini sudah jam pulang sekolah, dan dia juga bukan bagian dari kalian," heran pak Basir. Dia menatap Kaka yang sedari tadi diam dengan muka datar. "Kaka? Kenapa kamu suruh pacar kamu menunggu di sini?" tanyanya.

"Dia bukan pacar saya, Pak," jawab Kaka sangat datar, namun di balik itu dia sangat kesal. Betapa terkejutnya dia, Jaguar dan Mikhayla saat masuk ke dalam lab, dan mendapati Aurara sudah duduk manis di bangku paling ujung menyambut mereka.

"Yang benar yang mana?" Pak Basir geleng-geleng kepala.

Jaguar menyikut lengan Kaka. "Ka, lo, kok nggak ngakuin cewek lo, sih?" bisiknya.

"Gue nggak ada pacar," jawab Kaka.

"Lah terus dia siapa? Masa penampakan?" Jaguar mendelik.

Sebagai jawaban, Kaka mengedikkan bahu.

Sementara itu Mikhayla diam-diam menahan panas di hati, cewek berambut pirang itu meremas ujung roknya. Cemburu berat hanya dengan melihat Aurara yang menunggu Kaka. Apalagi melihat hal lebih yang dilakukan Aurara dan Kaka? Mikhayla tidak bisa membayangkan itu.

"Nama kamu siapa, Nak?" Pak Basir menatap Aurara.

Aurara menegakkan badan, menggaruk pipinya. "Em, anu, Pak, itu, saya Aurara Jihana. Salam kenal ya Pak," jawabnya setengah gugup setengah cengengesan.

"Kamu kenapa ada di sini? Ini sudah jam pulang sekolah, seharusnya kamu pulang," tutur Pak Basir. Guru yang terkenal kalem adem itu tentu saja bukan bermaksud mengusir, dia hanya mencoba menegaskan, ini bukan bahan tontonan, Kaka, Jaguar dan Mikhayla butuh konsentrasi dan jauh dari gangguan.

"Saya cuma pingin liat Pak. Siapa tahu tahun depan saya yang menggantikan mereka. Jadi sederhananya saya sedang melakukan penelitian," jawab Aurara sok bijak. Pede sekali dia, menembus ranking sepuluh besar saja belum kesampaian sejak SD sampai sekarang. Gimana mau mewakili sekolah ke Olimpiade?

"Tidak perlu menonton seperti ini, Nak. Kamu sudah izin orang tua untuk pulang telat?"

"Sa-saya, saya nggak tinggal sama mereka, Pak." Suara Aurara terbata, membicarakan soal orang tua, membuat Aurara sedikit sedih.
Memahami situasi siswi yang berjarak agak jauh darinya itu, Pak Basir menghela napas, tak memperpanjang obrolan. Lalu dengan sedikit terpaksa dia mengijinkan Aurara untuk menonton.

"Baik. Kamu boleh duduk di situ, asal jangan berisik."

Aurara seketika berseru senang, kembali menutup mulut saat sadar suaranya terdengar cukup kencang. Dia duduk manis, meletakkan kedua tangannya terlipat di atas meja lalu memperhatikan punggung Kaka yang tengah fokus menatap bukunya.

"Ka, dia perhatian ya sama lo. Sampe ditungguin gitu. So sweet Ka," bisik Jaguar lagi-- menyikut Kaka.

"Berisik lo," ketus Kaka, membuat Jaguar manyun.

Aurara menunggu dengan sabar sekaligus mata yang terkantuk-kantuk ingin menutup. Sudah satu jam lamanya, latihan ini belum juga selesai. Dan dalam satu jam terakhir Aurara berusaha mengusir kantuknya dengan berbagai cara, dari memainkan ponsel, bermain game masak-masakan, bahkan Aurara sampai senam di pojokan lab. Tapi tetap saja, Aurara mengantuk. Tak kuat lagi, Aurara melepaskan ranselnya lalu meletakkannya di atas meja, ranselnya dia jadikan bantalan kepala. Dalam sekejap Aurara sudah tertidur.

Kaka&Rara [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang