42. Jangan Sakit

4.4K 246 22
                                    


Kaka itu susah ditebak. Meski citranya di masyarakat dikenal sebagai orang yang cuek dan lebih banyak diam, lebih dari itu banyak hal yang tak terduga dalam diri Kaka. Seperti saat ini, cowok itu tadi mengirim pesan pada Aurara hendak mengajaknya pergi. Dan di sinilah mereka sekarang. Di sebuah bazar besar-besaran yang diadakan di kota.

Kaka segera meraih telapak tangan Aurara setelah mereka turun dari mobil. Malam ini Kaka memilih membawa mobil milik sang Ayah mengingat cuaca malam ini terasa dingin. Kaka kemudian menautkan jemarinya dengan jemari Aurara dengan lembut. Itu sontak membuat Aurara mendongak.

"Nanti ilang," ucap Kaka seolah menjawab keterkejutan Aurara. Kaka khawatir, Aurara akan tiba-tiba lari di tengah keramaian ini mengingat betapa seperti anak kecil pacarnya itu.

"Ih bilang aja Kaka emang mau gandeng tangan aku," ujar Aurara percaya diri.

Kaka mengedikkan bahu. Menoleh pada Aurara yang tengah menggerakkan kepalanya memperhatikan sekeliling. Di sini tidak hanya ada stand makanan atau baju saja, melainkan berbagai stand lainnya ada. Tempat ini sangat ramai dan meriah. Aurara suka berada dalam tempat seperti ini.

"Mau kemana dulu?" tanya Kaka.

"Jalan dulu aja, yuk! Nanti kalo ada yang menarik kita berhenti," jawab Aurara lalu mulai berjalan duluan dengan tangan mereka yang masih tertaut.

Kaka menarik tangan Aurara yang ada digenggamannya, membuat Aurara refleks terhuyung ke belakang.

"Jangan jalan duluan. Nanti kalo ilang gue nggak mau cariin." Kaka semakin mengeratkan genggaman mereka saat Aurara sudah benar-benar berdiri di sampingnya lagi.

"Kan masih gandengan tadi. Ih, Kaka takut banget kehilangan aku," ucap Aurara lalu tersenyum malu-malu.

"Iya takut."

Jawaban Kaka membuat Aurara menggerakkan kepalanya ke kanan, mulutnya terbuka lalu dengan gemas menggigit lengan Kaka yang berbalut kemeja warna navy.

Perbuatan Aurara itu membuat Kaka menoleh kaget. Tidak sakit, namun Kaka terkejut karena Aurara tiba-tiba melakukan itu, di tempat keramaian pula.

"Kaka gemes banget, sih!" ucap Aurara terdengar sangat gregetan.

Kaka melirik lengan kemeja kirinya. "Jorok."

"Enggak, kok. Itu kan bekas gigitan aku. Kaka nggak boleh bilang jorok kalo itu dari aku." Aurara berucap santai sembari tangannya bergerak menghapus sedikit bekas basah di lengan kemeja Kaka.

Tanpa Aurara tahu Kaka tersenyum tipis. Kaka meraih tangan Aurara yang ada di lengannya lalu menurunkannya dari sana.

"Katanya nggak boleh jorok. Yaudah biarin."

Aurara nyengir. Mereka pun mulai berjalan bersama puluhan orang lainnya untuk melihat-lihat berbagai stand di kanan dan kiri mereka. Sedari tadi Aurara terlihat serius menoleh ke kanan dan kirinya melihat apakah ada yang menarik untuk dikunjungi.

Kaka dengan sabar terus berjalan mengiringi. Sebenarnya Kaka tidak tahu dan sedang tidak ingin membeli apa-apa di bazar ini. Setelah Kaka diberitahu Seno jika ada bazar besar-besaran di sini, Kaka berinisiatif mengajak Aurara ke sini. Benar dugaannya jika Aurara suka pada tempat ramai seperti ini.
Kaka menoleh saat Aurara menarik-narik lengan kemejanya. Kaka memandang seolah berkata: apa

"Ayo ke situ," tunjuk Aurara pada sebuah stand aksesoris. Dengan pelan Kaka mengangguk. Mereka pun berjalan ke arah stand itu.
Kaka dan Aurara disuguhkan berbagai macam aksesoris-aksesoris unik saat tiba. Kebanyakan dari aksesoris yang terpajang terbuat dari kayu dan bahan alami lainnya. Hanya sedikit yang terbuat dari plastik.

Kaka&Rara [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang