Part 11

104 6 0
                                    


Khanza position!

Khanza pun mencoba untuk terlihat tenang dan baik-baik saja "dasar cowok gila!" cerutunya

June menatap cemas "lo gapapa?" tanya June

Khanza tidak menggubris pertanyaan june, entah kenapa ia tiba-tiba lemas dan duduk.

"Udah, dia cuma gertak doang!" ujar Zayland santai

Tiba-tiba khanza menundukan kepalanya kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan terdengar sedikit isakan.

Semuanya melongo, Khanza menangis? - fikir mereka semua . ada apa dengan Khanza? Bukankah tadi dia terlihat baik-baik saja. June membenci keadaan ini, ia tahu sedari tadi Khanza tidaklah baik-baik saja. June memalingkan wajahnya ia tidak suka melihat dan mendengar khanza menangis, yang ia tau Khanza jarang sekali menangis seperti ini. Khanza hanya akan menangis ketika ia takut dan benar-benar takut, ini artinya Bian membuatnya takut.

"Za, lo baik-baik aja kan?" ujar silva mengelus punggung khanza lembut

Namun tak ada jawaban yang ada Khanza masih terus terisak.

"Lebay lo!" ujar Bobby yang sebenarnya juga cemas

"Bang, dia lagi ketakutan nih.." kesal rara

"Udah lah, kan gue udah bilang kalo dia cuma gertak lo doang za!" sahut Zayland lembut

"Iyah za, bener juga kata bang jay!" tambah silva lembut

"Tapi emang nyata sih, Bian serem tadi!" timpal Fikri yang mendapat pelototan dari mereka semua

Kemudian khanza berdiri dan berlari keluar kantin.

Mereka semua tau, khanza pasti akan ke toilet mereka tak mengejar khanza dan kembali fokus pada makanannya.

^^^

Ditengah perjalanan lengan khanza ditarik oleh seorang pria dengan kasar, matanya menatap khanza penuh penekanan dan tajam. Khanza pun mencoba menatap pria itu, dan tak lain tak bukan Bian yang menariknya kasar. Air matanya masih terus membasahi pipinya, Bian justru jijik melihat khanza yang terlihat seperti cengeng dimatanya.

"Kenapa lo ganggu kesenangan gue? Lo tau, siapapun yang mengganggu kesenangan gue akan dapet imbalan yang mungkin pembullyan.." ujar Bian dengan penuh penekanan

Khanza menatapnya penuh dengan amarah "lo pikir gue takut!?" tantang khanza "perlu lo tau juga, siapapun gak berhak ikut campur dalam masalah pribadi seseorang.. Termasuk Lo!?" teriaknya lagi dengan penuh penekanan diakhir kalimatnya "lo itu terlalu ingin tau masalah orang lain, harusnya lo diem disaat lo ga pernah tau apapun tentang felly!!" geramnya

"Gue? Gatau tentang felly?" ujarnya tersenyum miring "hahaha.. Bahkan gue lebih tau kehidupan dia dibandingkan dia sendiri! Lo tau kenapa? Udah lama gue cari dia dan sekarang dimana gue punya kesempatan untuk bicara, tapi lo seakan tau segalanya!? Gue lebih tau! Gue khanza!?" teriaknya dengan penuh seringaian tipis

"Bangsat, lo gatau apapun!?" teriak Khanza kemudian mendorong Bian kasar dan berlari memasuki toilet

Bian menatap tajam gadis itu dengan mengepalkan tangannya "gue gak akan biarin siapun nyakitin Felly, termasuk cowo brengsek itu!" gumamnya geram "dan gue ga akan pernah biarin lo halangin gue Khanza! Gue suka penantang, tapi gue benci pembangkang!?" ujarnya lagi kemudian berlalu

-

-

Khanza memasuki toilet dan membasuh mukanya di depan wastafel, ia menatap dirinya sendu. Ia melihat matanya yang memerah akibat menangis namun tidak sampai bengkak untungnya.

"Argh!? Kenapa Bian seambisius itu? Harusnya dia paham, felly dalam keadaan gak baik-baik aja!!" teriaknya kesal

"Argh!?" teriaknya lagi kemudian kembali membasuh mukanya

'Ceklek' pintu kamar mandi terbuka, khanza terkejut dan langsung menoleh lalu ia kembali menunduk.

Laraspun mendekati khanza, lalu memeluk khanza dari samping.

"Za, gue tau lo takut dan malu dalam keadaan tadi.. Tapi bukannya lo gak pernah takut sama siapapun, apalagi cowok begajulan kaya dia.." ujar laras lembut

"Tapi ada perbedaan dari setiap kata yang Bian ucapin ke gue!" lirih Khanza

Laras melonggarkan pelukan nya "yaudah, dari pada lo merasa takut sendiri.. Lebih baik lo istirahat di uks dan gausah pikirin ucapan Bian ok!?" ujar laras tersenyum simpul

Khanza hanya mengangguk kemudian keluar dari toilet bersama laras dan pergi menuju uks.

×××

Sesampainya di uks laras hanya mengantarkan khanza kemudian kembali ke kelas, maklum laras murid paling rajin dielaswnya. Khanza langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur kemudian tertidur karena mulai merasa ngantuk.

Seseorang pria membuka pintu uks dengan hati-hati karena tidak ingin menganggu istirahat khanza. June langsung bernafas lega setelah menutup pintu dengan pelan tanpa mengeluarkan bunyi yang dapat mengganggu tidur khanza.

Ia pun berjalan mendekati khanza dengan langkah perlahan dan tentunya hati-hati. June mengelus punggung tangan khanza lembut dan menatap khanza sendu.

"Ngapain lo nangis bego?" gumam June kesal "lo tau, gue paling benci disaat denger isakan lo yang menandakan ketakutan.. Gue bingung, karena emang cuma lo yang bikin gue setakut itu untuk melihat tangisan dan ketakutan lo za.. " ujarnya lagi kemudian menggeleng lemah "jangan pernah jadi lemah cuma karena rasa takut lo, gue tau lo akan menangis disaat lo benar-benar takut!?" June tersenyum simpul menatap khanza

Lalu June beralih mengelus lembut mata khanza yang tertutup "Jangan nangis lagi, bintang disini hilang karena air mata sia-sia!" gumamnya kemudian tersenyum simpul lalu meninggalkan ruangan uks begitu saja.

Setelah kepergian June, khanza terbangun dari tidurnya. Ia merasa Ada seseorang yang menemaninya, padahal sedari tadi laras sudah kembali ke kelasnya. Tak ingin memikirkan itu ia terbangun dari duduk nya kemudian mengambil kotak obat dan meminum obatnya karena kepalanya terasa semakin pusing. Lalu kembali merebahkan tubuhnya untuk istirahat.

Khanza positions off

∆∆∆∆∆

Yap ini part Khanza, semoga menghibur yah:)
Jangan lupa vote dan komentarnya juga:)
Gomawo!
Mianhae kalo masih banyak typo..

CHANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang