Part 56

21 3 0
                                    

Khanza melihat seisi ruangan ini, ia tidak melihat Bian. Padahal hari itu ia melihat Bian masuk kamar ini bersama Felly.

Dengan ragu khanza bertanya "emm, fell.. Bian lagi keluar ya?"

Felly mengerut kan dahinya "Bian?"

Khanza mengangguk pelan "Kalian tinggal bareng kan?"

Felly menyunggingkan senyumnya "Enggak lah, dia di kamarnya kali."

"Di kamar yang mana? Bukannya dia babak belur ya?" matanya memicing "kalian bohong ya?"

"Di kamar sebelah" sahut Zayland

Khanza menatap nya miring tak percaya "Masa? Gue gak percaya, kalian mau tutupin apa dari kita?" ucap Khanza.

"Khanza, Bian bukan disini kamarnya.. Dia gak tinggal satu atap sama Felly, mereka cuma tetanggaan aja." jelas Zayland.

Khanza berfikir sejenak "tetanggaan? Sebelahan gitu?"

"Iya, kaya yohan.. Lo liat dia tadi keluar dari pintu lain kan!" timpal Bobby

Khanza mengangguk paham "oh gue kira kalian sekamar gitu, padahal kibo liat kalian masuk apart ini barengan. Gue juga, makanya gue nyangka gitu.."

Felly cukup tertegun "Silva? Liat gue sama Bian?" tanya Felly.

"Iya, dan dia langsung mewek pas liat lo sama Bian waktu itu."

"Kenapa bisa gitu?" tanya Felly penasaran.

"Yaa, karena si kibo udah lama naksir Bian. Padahal masih gantengan gue!" ujar Bobby sambil mengambil beberapa cemilan.

"Aduh bang, gausah so cakep dah.. Urusin tuh cewek lo, marahan gajelas!" ucap khanza malas.

Bobby tak menghiraukan ucapan khanza, ia malas membahas Jihan.

Zayland ikut bergabung "lo marahan sama Jihan? Tumben banget.. Biasanya tiap hari tepe-tepe"

"Tiap orang punya masalah kali." ujar Bobby.

"Orang kaya lo punya masalah? Hadeuh, gapercaya gue.. Hidup lo adem ayem gitu"

"Ck, males gue gausah bahas cewek gue." ujarnya.

Khanza melihat kantong plastik yang berisi bibit bunga di dalamnya.

"Eh bang, ini bibit yang lo ambil dirumah kan?" tanya khanza

Ketiganya menoleh dan beralih melihat bibit itu.

"Iya, gue titipin Felly aja deh. Kayanya dia lebih bisa ngerawat bunganya nanti."

"Ih gak gentle lo, bilangnya mau rawat sendiri." ujar khanza mencibir.

"Jangan sembarangan lo, justru karena gue gentle. Makanya gue titipin Felly, kan gak lucu kerjaan gue tiap hari nyiram bunga."

"Itu mah lo nya aja yang so mau rawat, udah gitu gratis lagi."

Bobby melotot "etdah, gratis? Giliran gua yang minta lu suruh bayar. Pilih kasih lo!" kesal Bobby.

"Emang kapan lo minta?" ujar khanza tak percaya.

"Tiap bokap lo balik."

"Ya karena lo banyak duit, ya kali gue kasih gratis."

Mereka terus berdebat membuat rasa jenuh Felly mulai hilang. Ia merasa beruntung memiliki teman-teman seperti mereka. Penatnya dalam menjalani hari dengan batin yang terluka, namun akan sedikit terobati dengan ke recehan orang-orang ini. Meskipun mereka tak tau seberapa buruknya kondisi Felly namun alam seakan paham dengan kondisinya.

CHANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang