Part 75 [Lombok]

32 3 0
                                    

Benar, tak ada Azka membuat Felly semakin takut akan hatinya. Ia takut hatinya berpaling begitu saja, belum lagi hubungan nya dengan Azka tidak baik-baik saja.

Bobby yang duduk disampingnya pun bertanya.

"Lo kenapa?"

Felly hanya menoleh kaku kemudian tersenyum dan menggeleng tanda ia baik-baik saja.

Tiba-tiba Bobby menarik nafas gusar, ia membuangnya dengan sangat kasar.

"Persoalan kita sama, Cinta. Buat gue gak ada arti yang pantas untuk cinta."

Ucapan Bobby membuat Felly agak bingung, apa Bobby sedang mencurahkan isi hatinya. Tapi Bobby benar, ia tak harus mengartikan cinta, jika cinta itu hanya lebih banyak mengartikan rasa sakit yang tak diharapkan.

Khanza duduk dengan Ikhsan sekarang, keduanya tak memulai pembicaraan dengan baik. Bahkan tak terdengar suara apapun dari keduanya, mereka hanya diam. Sampai-sampai Khanza mengetuk-ngetuk jarinya di jendela untuk menemani rasa bosannya.

Ia merasa Ikhsan sedang marah, apa mungkin karena semalam? Yatuhan, kenapa harus dipermasalahkan.

Ikhsan tuh bego banget si, gue kan boring parah!! - gerutu Khanza dalam hati.

"Ish... " Kesalnya sambil mengucek tasnya dengan kasar. Ini membosankan baginya. Pasangannya hari ini tidak mengasyikkan.

Bu Leti menyiapkan lembaran kertas untuk jadwal anak-anak hari ini.

"Baiklah, dengarkan anak-anak,.. Ibu akan menjelaskan jadwal kalian untuk hari ini." Serunya.

"Tempat pertama, kita akan ke pantai Bali." Mendengar itu para siswa bersorak senang, ini yang mereka tunggu.

"Di tempat itu, kita akan menikmati banyak keindahan alam. Dari mulai Tebing tinggi dan juga keindahan lautnya yang sudah dipastikan sangat menarik perhatian para wisatawan."

Bian tiba-tiba menyahut "apa kita juga boleh liat ibu sepuasnya, ibu juga indah untuk dipandang!" Ujarnya.

Anak-anak tertawa ringan, lelucon macam apa ini. Bian hanya menggombal saja.

Bu Leti menandai Bian "woahh.. Bian!" Tegurnya sambil terkekeh kecil.

Pak Choki menghentikan anak-anak yang berisik sekali karena tertawa.

"Hentikan, bu Leti masih pemalu. Jangan menggoda imannya, ini pertama kali baginya satu bis dengan orang-orang konyol seperti kita." Ujarnya menaikturunkan alisnya.

Bobby terbahak hebat "waaah, pak Choki kasih jempol!" Ujarnya.

"Kalian bisa mengajukan beberapa pertanyaan sekarang."

June langsung saja unjuk tangan "bu, tadi janji mau bocorin tentang cinta pertama." Ujarnya.

Lalu Ibu guru yang cantik ini siap bercerita "okey!"

Mereka fokus untuk mendengarkan.
"Jadi, saya hanya pernah berpacaran satu kali."

June memprovokasi anak-anak "bohong! Ibu bohong pasti.. Masa cantik cantik pacaran cuma sekali!" Ujarnya tak percaya.

"Aih, June. Ibu jujur banget tau!" Ujarnya Bu Leti.

Lanjut bercerita "dia orang pertama yang saya temui saat saya tiba di Jakarta."

"Tapi, dia tidak suka saya menjadi seorang guru."

Para menyayangkan hal itu "aaa.." Ujar para murid dengan wajah kecewa.

"Jadi saya menyuruhnya untuk menyerah saja, karena ibu lebih memilih menjadi guru. Dan ya begitulah kami berakhir."

"Apa ibu pernah merindukan nya?" Tanya Bian sambil melirik Yohan.

CHANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang