chapter 17

16 4 0
                                    

Di kamar sebuah rumah sakit Ray sedang terbaring lemah di Kasur. Ditemani Mia dan Bimo serta para sahabatnya. Selang infus pun terpasang di lengannya. Memar diwajahnya masih terlihat jelas, bahkan ia masih belum sadarkan diri akibat kejadian tak mengenakan yang menimpanya saat dalam perjalanan pulang dari rumah Kay.

"belum sadar juga?" Mia baru kembali dari kantin rumah sakit sambil membawa beberapa botol air mineral di plastic langsung menanyakan perkembangan Ray dengan wajah panik.

"belum ada perkembangan, dokter belum keluar dari tadi" Bimo langsung bangkit dari tempat duduknya dan menjawab pertanyaan Mia.

"yatuhan, ada-ada saja anak itu." Mia mengepalkan tanganya, pikiranya was-was mengingat belum ada keterangan dari dokter yang memeriksa keponakanya. "kenapa bisa begini? Darimana sih dia tadi? Dasar anak nakal.."

"maafkan saya bu, saya lalai menjaga mas Ray" Bimo merasa bersalah karna kejadian ini,

"kemana saja kamu ini Bimo? bisa-bisanya Ray lepas dari pengawasan.. anak itu harus di kerasin.. kita harus tegas padanya. Jakarta bukan tempat yang aman untuk Rayyan"

"iya buu saya yang salah, saya berjanji akan lebih ketat menjaga mas Ray"

Bimo hanya menunduk dengan penuh hormat dan mengakui kesalahanya.. Ia sangay menyesali kejadian ini. Begitu besarnya kesalahan yang dibuatnya.. Apa kata ayah Rayyan nanti. Itulah yang ada dipikirannya saat ini.

"memangnya kenapa tante Ray nggak aman di Jakarta?" Boy yang sejak tadi mendengarkan bertanya pada Mia, ia merasa heran menyimak percakapan Mia dan Bimo. Terbesit pertanyaan itu di benaknya.

Mia mengigit bibirnya, ceroboh sekali ia bicara seperti itu di depan teman-teman Rayyan.

"nggak apa-apa kok, Ray itu kan udah lama nggak di Jakarta,, kondisi nya kan udah beda.. tau sendiri kan sekarang banyak orang jahat" Mia mencoba mencari jawaban yang logis untuk anak-anak itu. Ia harus berhati-hati menjaga lisannya.

"ahh masa sih tan?,, bukanya dari dulu juga emang banyak orang jahat"

Rangga yang baru selesai minum ikut bicara sambil menyangkal ucapan Mia yang menurutnya tidak masuk akal.

Mia pun makin kebingungan menanggapi pertanyaan anak-anak itu, memang jiwa keingin tahuan mereka itu sangat tajam. Ntah bagaimana lagi Mia harus menjelaskan bibirnya terasa kaku untuk bicara, bukan apa-apa. Mia hanya takut salah ngomong. Dan akhirnya Ia memilih bungkam. Ini akibat kecerobohannya yang tidak bisa menjaga lisan.

"apa ini ada hubunganya sama pengeroyokan Ray? Soalnya setau Aldo Ray nggak punya musuh disekolah yakan Boy" Aldo menoleh kearah Boy yang berada disampingnya sambil menganggukan kepalanya pertanda ucapanya itu benar.

Mia mengerutkan keningnya.

"iya bener tante" Boy membenarkan ucapan Aldo. "setau kami Ray belum punya musuh, malah banyak fans"

Mia langsung menoleh kearah Boy yang sedang bicara.
"apa, fans?" tanya Mia heran.

"ia tantee fans. Maksudnya penggemar. Apalagi cewek-cewek"

"ooo begitu" Mia mulai mengerti yang diucapkan Boy, maklum lah istilah anak muda jaman sekarang memang aneh-aneh. "ahh udah lah kalian masih terlalu kecil, belum mengerti apa-apa.. makanya kalian harus berhati-hati. Sekarang itu rawan kejahatan jalanan"

Mia menasehati mereka, dan berharap tidak ada lagi yang melayangkan pertanyaan soal Ray kepadanya.

"iya benar kata bu Mia, kalian semua harus berhati-hati jangan pergi sendirian apalagi di jalan-jalan yang rawan begal" Bimo membenarkan ucapan Mia..

Come Back (KARAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang