chapter 40

18 1 0
                                    

Rehan tercengang setelah menerima telvon dari sebuah rumah sakit. Ia langsung bangkit mengerjapkan matanya seketika. Seolah tak percaya dengan kabar yang didengarnya saat ini.

"apa ini benar?" tanya Rehan.

"iya, benarkah ini keluarga dari nyonya Rita?"

"iya saya anaknya, saya akan segera kesana sekarang." Jawab Rehan dengan senyum lega yang tersirat di bibirnya. Ia tak menyangnka akhirnya bisa bertemu lagi dengan orang yang paling ia rindukan selama ini. "mama." Tanpa mendengarkan lagi kalimat selanjutnya dari petugas rumah sakit ia langsung mematikan telvon dan berjalan menuju Khayana dan Kinan.

"ada apa Re?" tanya kinan yang penasaran mengapa Rehan begitu kaget saat menerima tekvon.

"iya kak Re, ada apa?" tanya Khayana lagi menanyakan hal yang sama kepada Rehan.

"maaf gue nggak bisa nemenin kalian sampe selesai, ada urusan yang harus gue urus sebentar." Ucap Rehan merasa tidak enak. Karena pasalnya mereka pergi dengan mobil Rehan jadi mau tidak mau mereka berdua harus pulang dengan taksi online. "nggak papa kan kalian naik taksi online?" tanya Rehan.

"nggak papa kok nyantai." Jawab Kinan.

"iya nggak papa kami bisa pulang sendiri. Kak Re kan banyak urusan."

"oke gue pergi dulu ya."

Setelah berpamitan pada Kinan dan Khayana, Rehan pun pergi.

Ia sudah tidak sabar bertemu dengan satu-satunya orang yang menyayanginya dengan tulus didunia ini. yaitu mamanya yang sudah melahirkannya. Sudah lama sekali Rehan tidak bertemu dengan wanita itu setelah beberapa kejadian demi kejadian dan masalah keluarganya membuatnya harus terpisah dengan mamanya.

Setelah mencari-cari agak lama akhirnya Rehan menemukan rumah sakit yang dimaksud oleh si penelfon tadi akhirnya Rehan menemukan rumah sakit itu. ia langsung masuk kedalam dan menuju meja resepcionist menanyakan apakah benar ada pasien yang bernama nyonya Rita Sasmita. Dan benar ternyata mamanya ada dirumah sakit ini dan baru diketahui kalau mamanya ternyata mengalami kecelakaan yang cukup parah di jalan dan ditemukan oleh warga yang lewat lalu dibawa kerumah sakit ini. pihak rumah sakit kewalahan mencari tau siapa keluarga korban hingga akhirnya mereka menemukan nomor telvon Rehan di ponsel nyonya Rita dan menghubunginya.

Rehan sangat kaget mendengar semua ini ia merasa betapa tidak bergunanya dirinya sebagai  seorang anak, tidak bisa menjaga mamanya sampai kecelakaan seperti ini. seandainya saja mereka tidak terpisah, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini. ia mengutuk keras tuan Rudi yang selalu memikirkan dirinya sendiri. Dan tidak pernah mengerti perasaannya. Papanya itu memang sangat keterlaluan, dia tidak pernah menyayangi Rehan dan mamanya. Rudi hanya memikirkan keinginannya sendiri.

Rehan langsung berlari mencari kamar nomor 77 yang dimaksud resepcionist itu. Ternyata didalam mamanya sedang terbaring dengan dipasangi berbagai peralatan medis ditubuhnya. Tangisnya tak bisa terbendung lagi tiba-tiba kakinya lemah dan kehilangan tenaga melihat keadaan mamanya. Hatinya begitu teriris melihat semua ini.

"mama seharusnya ada dirumah sama Rehan ma," ucapnya menahan tangisan. "papa jahat, papa udah bikin mama dan Rehan seperti ini." ia tak kuasa lagi menahan air matanya itu saat melihat orang tuanya terbaring lemah.

"apakah anda keluarga dari pasien?" tanya seorang suster yang baru datang kepada Rehan.

"iya saya anaknya."

Suster bilang Rehan harus menemui dokter yang merawat mamanya. Akhirnya Rehan pun menemui dokter itu. ia menjelaskan bahwa mamanya sepertinya mengalami trauma yang sangat serius, kecelakaan yang dialaminya membuatnya kehilangan banyak darah, namun sampai saat ini pihak rumah sakit belum menemukan pendonor darah untuk pasien karena persedian darah sedang habis. Pihak rumah sakit sedang mencoba mencari di rumah sakit lain.

Mendengar penjelasan dokter Rehan pun segera menawarkan dirinya mendonorkan darah untuk mamanya. "darah saya saja dok, saya adalah anaknya."

"syukurlah kalau begitu, silahkan anda melakukan cek dulu untuk mendonorkan darah."

"baik dok."

Setelah melakukan pemeriksaan, Rehan cukup sehat untuk bisa mendonorkan darahnya pada mamanya, namun ia harus menunggu hasil laboratorium dulu untuk menguji apakah darahnya cocok dengan mamanya. Ia begitu kesal dengan prosedur yang bertele-tele, bukankah jika memang kesehatannya bagus ia langsung bisa mendonorkan darah untuk mamanya.

Ia masih menunggu hasil itu keluar, tidak lama kemudian hasil Lab keluar. Ia sangat antusias untuk segera mendonorkan darahnya. Mungkin hanya itu yang dapat dilakukannya untuk membalas semua kebaikan dan kasih sayang orang yang telah melahirkannya itu.

"bagaimana hasilnya? Saya sudah bisa mendonorkan darah sekarang. Ayo ambil darah saya!" ucap Rehan sudah tak sabar.

"maaf mas, golongan darah anda tidak sama dengan nyonya Rita, anda tidak bisa mendonorkan darah anda." Ucap seorang petugas.

Rehan terperangah mendengar ucapan petugas itu, matanya tak berkedip lagi. Kemarahannya kian memuncak mendengar pernyataan itu seolah tidak percaya dengan hasil ter yang dijalaninya. Ia mengambil kertas yang dipegang oleh petugas itu. dibacanya dengan teliti sampai berkali-kali namun tetap saja hasilnya sama, golongan darah mereka tidak cocok. Golongan darah Rehan adalah A, sedangkan golongan darah mamanya adalah B. bukankah seharusnya golongan darah seorang anak akan sama dengan salah satu dari kedua orang tuanya? Setau Rehan golongan darah Rudi itu sama dengan mamanya, ia mengetahuinya saat dirinya masih kecil Nyonya Rita pernah mendonorkan darah untuk Rudi saat lelaki itu mengalami kecelakaan setelah bertengkar hebat dirumahnya.

"tidak mungkin, pasti ada kesalahan disini, coba tolong di cek lagi!" perintah Rehan.

"tidak bisa mas, kami sudah mengecek ini berkali-kali. Dan kami harus cepat mengambil tindakan untuk nyonya Rita. Kami akan melakukan transfuse darah sekarang karena pihak rumah sakit sudah mendapatkan donor darah dari rumah sakit terdekat."

Rehan kembali mengingat wanita itu yang saat ini sedang kritis didalam ruangannya. Nyonya Rita harus segera ditolong jika tidak mungkin hal buruk akan terjadi. Rehan sudah lama sekali tidak bertemu wanita berumur 33 tahun itu. sejak Rudi mengusir perempuan itu dan membuangnya entah kemana, dirinya tidak pernah mendapatkan penjelasan apapun dari kedua orang yang ia ketahui sebagai orang tua kandungnya itu.

Rehan berfikir sejenak, ia tidak boleh egois. Nyawa wanita itu lebih penting saat ini dari urusan apapun. Jika tidak segera mendapatkan donor darah mungkin selamanya Rehan tidak pernah mendengar seucap kata penjelasan dari mulut wanita itu. ia pun mempersilahkan dokter dan perawat untuk menangani nyonya Rita.

Rehan menghela nafas dan duduk di kursi ruang tunggu. Sesekali ia melihat kedalam ruangan itu memandang wanita yang lemah tak berdaya di bankarnya. Ia mengingat-ngingat kembali masa kecilnya bersama mamanya. Betapa wanita itu sangat menyayangi dan mengasihinya, memperlakukannya seperti seorang pangeran kecil milik permaisuri dan sang raja. Wanita itu tidak pernah memarahinya meskipun Rehan melakukan kesalahan ia selalu melindungi Rehan dari siksaan dan kemarahan Rudi. Baginya wanita itu adalah bidadari sekaligus malaikat yang diturunkan tuhan untuknya.

Ia masih tidak percaya dengan kenyataan bahwa hasil tes DNA berbicara dan menyadarkannya jika dirinya bukanlah darah daging nyonya Rita. Jika saja yang tidak cocok darahnya dengan Rehan itu adalah papanya Rudi mungkin Rehan tidak akan sekaget ini. bahkan ia berharap dan selalu berdoa dirinya tidak pernah memiliki orang tua seperti laki-laki bajingan dan jahanan itu. bahkan dirinya pernah berfikir bahwa ia adalah anak tiri Rudi dan anak bawaan dari nyonya Rita. Mengingat Rudi sering menyakitinya dan kerap kali melakukan kekerasan fisik padanya saat ia masih kecil. Bahkan ia tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ayah meskipun sejak lahir ia hanya mengetahui kenyataan bahwa Rudi adalah orang tua laki-lakinya.

"kenapa hidup gue begini?" keluh Rehan. "gue anak siapa?"

Kepalanya terasa pusing dan perasaannya hancur. Kenapa hidupnya begitu rumit. Sejak kecil ia sudah menerima perlakuan yang tidak manusiawi dari papanya. Ia mengingat kembali kejadian dimana papanya sering menyiksanya. Orang satu-satunya yang ia anggap sebagai tempatnya berlindung dan mengungkapkan semuanya tiba-tiba harus terpisah darinya. Setelah sekian lama dan Rehan bisa menemukan kembali mamanya namun ia harus melihat mamanya dalam keadaan seperti itu dan mau tidak mau akhirnya ia harus menerima kenyataan bahwa dirinya bukanlah anak kandung nyonya Rita.

Come Back (KARAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang