Kay tidur dikamarnya. Ia memejamkan matanya dan merebahkan tubuhnya yang sangat letih itu. sejenak menghilangkan semua lelah. Karna beberapa hari ini banyak sekali masalah yang sangat menguras tenaga dan pikiranya. Semua selalu terngiang-ngiang dalam otaknya, tentang Dinda yang berteriak menyebutnya pelakor, tentang Ray yang ternyata dahulunya milik Dinda dan perseteruan Aldo sahabatnya dengan Rayyan yang disebabkan oleh Dinda.
Kenapa semuanya terasa asing ditelinga Kay, mendengar Rayyan menjelaskan semuanya yang pernah terjadi diantara Ray dan Dinda membuat hatinya terasa lain. Apakah ini rasa cemburu? Benarkah Kay cemburu? Sebuah rasa yang tak pantas dimilikinya, karna Rayyan bukanlah siapa-siapanya. Ia hanyalah teman masa lalunya yang kasihan padanya waktu itu. Tak lebih. Rayyan mendekatinya hanya karna rasa iba tidak yang lainya, benar kata Kinan. Belum ada kata cinta diantara mereka. Bodohnya Kay yang marah pada Rayyan karna pergi darinya.
Salahkah semua ini?
Ia melihat ada perasaan lain dalam sorot mata Rayyan saat menceritakan Dinda. Sepertinya kisah mereka sangat terkenang dan begitu membekas dihati Ray. Itu terlihat jelas saat Rayyan bercerita kata demi katanya seperti sangat bermakna. Apa mungkin yang ada dihati Ray saat ini adalah Dinda? Lalu untuk apa ia membelanya dihadapan semua orang saat itu, saat Dinda melabraknya? Dann apa maksud semua perhatian dan kata manis Rayyan? Apa Ray hanya ingin mempermainkan perasaanya.
# "hhhmm hiks, Ayaah" mata itu terus mengeluarkan cairan duka yang tiada habisnya, seluruh hidupnya telah hancur karna kepergian ayahnya. Apa yang bisa dilakukan bocah seumuranya kecuali menangis, saat melihat kepergian orang yang sangat disayangnya. Tanpa teman, tanpa pelindung lagi disampingnya. Hancur.. hancur.. sehancur. Hancurnya perasaanya saat ini.
"hapus air matanya, kamu jelek kalo lagi nangis" ucap bocah laki-laki itu. Sambil memberikan saputangan miliknya. Seolah seperti pahlawan yang selalu sigap dalam segala situasi apapun.
"Rayyan ngapain kamu kesini?" Kay mengerutkan keningnya saat didapatinya Rayyan sudah berada disampingnya. Terlihat selas senyuman samar Rayyan yang sarat akan rasa kasihan itu.
"pergi sana!!!"
"cie mulai galak..." Ray terkekeh saat itu pula. Membuat Kay pun ikut tertawa. Teman barunya itu memang selalu bisa membuatnya tersenyum kembali.
"kayaa nya Rayyan nggak boleh sedih-sedih lagi ya..."
Kay mengangguk dan terlelap di pelukan hangat itu. Saat ini yang selalu menemaninya hanyalah Rayyan. Dia selalu bisa membuat Kay tersenyum. "Rayyan... jangan tinggalin aku sendirian ya... aku takut"
"nggak Kayaa, mau aku nyanyiin?" Ray mengeluarkan Gitarnya yang sudah siap sejak tadi. #
Perlahan Kay mulai terlelap bersama bayangan masa lalunya itu. "Rayyan hhmmm"
namun seketika ponselnya berdering. Sebuah panggilan masuk dari nomor tak dikenal di layar ponselnya.
"siapa sih?" Kay mengangkat telvonnya.
"selamat malam cantik, udah tidur ya? Aku ganggu nggak nih?" sapa seseorang yang dari ujung sana. Membuat jantung Kay terpacu untuk berdebar sangat kencang. Karna sepertinya dia paham sekali ini suara siapa. Kalau tidak salah tebakanya.
"malam, ini siapa ya?"
"masak lupa sama gue"
"siapa!!!"
"orang yang mau mengulang perkenalanya sama lo."
Kay mengerutkan keningnya. Apa maksudnya? "maksudnya?"
"masa lo nggak tau, waktu itu saat pertama gue ketemu lo lagi, anggaplah itu pertemuan pertama kita" ucapnya sambil terkekeh di ujung telvon. Membuat Kay semakin tak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back (KARAY)
RomanceKhayana Syakir : NYAWA HARUS DIBAYAR NYAWA "Kenapa dunia ini begitu sempit? Kenapa harus dia?" Seharusnya aku bunuh dia, nyawa harus dibayar dengan nyawa. Tapi kenapa? Kenapaaa.. Kenapa? Kenapa aku begitu bodoh. AKU HARUS BALAS DENDAM." Rayyan Kh...