chapter 65

13 2 0
                                    

Penyesalan selalu datang setelah semuanya terlambat. 😢
Selamat membaca guys. Jangan lupa tekan bintang untuk cerita ini! Please..

Stevan pulang kerumahnya dengan
perasaan tak menentu. Teror Dinda benar-benar membuat hidupnya tak tenang. Baru saja ingin berubah dan menjalani hidup lebih baik lagi seperti yang dilakukan Rehan, malah selalu ada saja ujian yang membuatnya kesal.

Stevan tidak bisa diam saja. Mau tidak mau dia harus melakukan sesuatu. Gadis itu akan selalu menerornya jika seperti ini terus. Satu-satunya orang yang bisa diajak bicara adalah papanya.

Stevan mencari-cari  dimana keberadaan papanya. Keseluruh ruangan sudah ia mencari, tapi sang papa tidak juga ditemukan. Stevan sempat berfikir apa mungkin papanya belum pulang dari kantor? Ya mungkin saja papanya belum pulang kerja.

"Gue harus kekantor papa." ucapnya.

Stevan pun melangkahkan kakinya menuju pintu keluar rumahnya.

Belum sempat melangkah kepintu, tiba-tiba ponselnya berdering.

"Halo." ucap Stevan mengawali percakapan disebrang sana.

"Halo Stev Ini papa. Kamu cepat kerumah sakit Oma sekarang." perintah tuan Rudi melalui telvon.

Tanpa menjawab kalimat papanya Stevan langsung mematikan panggilan itu secara sepihak.

Mendengar kata rumah sakit perasaannya mulai tidak enak. "Mama." Stevan memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celananya.
Stevan segera membuka pintu dan lari tunggang langgang.

Tak butuh waktu lama bagi Stevan untuk sampai ke rumah sakit. Ia memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Stevan keluar dari mobil dan segera berlari menuju ruang rawat inap mamanya.

Setelah sampai didepan pintu, Stevan tak kuasa menahan tangisnya saat melihat wanita yang sejak dua minggu yang lalu itu mulai kembali membuka matanya dan tersenyum pada orang-orang yang disayanginya kini tak merespon kehadirannya.

"Nggak mungkin!"  Stevan berjalan limbung mendekat kearah mamanya.

Stevan masih tidak percaya dengan semua ini. Kenapa mamanya yang kemarin baru saja bisa tersenyum kini terbujur kaku.

Terlihat bibir dan wajah wanita yang dipanggilnya mama itu sekarang pucat seperti tak mempunyai darah.

"MAMAAAA..." teriak Stevan seraya memeluk tubuh mamanya yang sudah tak bernyawa lagi.

"Ma jangan tinggalin Stev mama.. Stevan janji akan jadi anak yang baik. Maaa mam banguuun." Stevan tak kuasa lagi menahan air mata yang makin deras bak air hujan.

"Sudah Stev. Mamamu sudah tenang di sana sayang. Iklaskan dia Son!" ucap tuan Rudi yang sedari tadi berdiri disamping Stevan.

"Nggak pa!" Stevan menepis tangan papanya. "Bilang kalo ini semua bohong pa. Mama belum pergi kan pa?"

Tuan Rudi tak kuasa menjawab pertanyaan putra sulungnya. Ia hanya bisa diam seribu bahasa seraya menunduk pasrah.

"Enggak. Enggak." Stevan menggerak gerakkan tubuh nyonya Rita mencoba membangunkannya.
"Bangun mama. Stev janji Stev akan berubah ma. Stev akan jaga Rayhand seperti permintaan mama. Kita ke Amerika sekarang ma. Kita ketemu Re. Mama kangen kan sama dia ma?"
racau Stevan sembari terus berusaha membangunkan mamanya.

Come Back (KARAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang