Khayana terus berlari tanpa arah dan tujuan. Ia tidak memperdulikan panggilan Kinan yang menghawatirkannya. Bahunya menabrak siapa saja yang berlalu lalang dihadapannya entah sudah berapa siswa yang sudah ia tabrak. Tanpa meminta maaf Khayana terus mempercepat laju langkahnya. Biasanya Khayana akan meminta maaf saat tidak sengaja menabrak orang seperti ini. tapi tidak dengan sekarang, bahkan ia tidak perduli Khayana terus berlari tanpa henti.
Dia tidak tahu apa yang harus apa yang harus dilakukan saat ini? pikirannya saat ini hanya terbayang-bayang rasa sakit saat melihat perlakuan Rayyan tadi. rasa kecewa didalam hatinya yang membuatnya seperti ini. ia tidak menyangka secepat itu Rayyan melupakannya.
Khayana masuk ke dalam ruangan paling ujung di koridor lantai dua, tempat kelasnya berada. Yaitu sebuah gudang, tempat yang tidak mungkin dikunjungi oleh para siswa. Semua orang tidak akan mengira dirinya ada disini, karena Khayana sebisa mungkin menjauh dari kejaran Kinan. Khayana menutup pintu gudang dan tidak lupa menguncinya.
"lo jahat Rayyan.. lo jahat!! Hikss.."
Tangis Khayana semakin keras bila menyebut nama Rayyan. Kejadian yang dilihatnya beberapa menit yang lalu selalu terlintas difikirannya. Seharusnya Khayana yang diperlakukan seperti tadi, bukan Dia!! Seharusnya Khayanalah yang mendapatkan pelukan dari Rayyan.
"kenapa Ray? Kenapa!!" tangissannya semakin keras.
"gue sayang sama lo, tapi kenapa lo giniin gue?"
Khayana menggelosorkan kakinya yang sudah tergeletak di lantai. Sesekali ia memukul dinding yang ada disebelahnya hingga tangannya berdarah setelah mengenai benda di dekat tembok. Tangannya berdarah, tapi rasa sakit berdarah ini tidak sebanding dengan sakit yang ada didalam hatinya. Khayana membiarkan darah it uterus mengalir sambil menangis dalam diam.
***
Sejak tadi Kinan mencari-cari keberadaan Khayana.
"Rayyan tunggu!" teriak Kinan saat melihat Rayyan mulai menaiki motornya.
Melihat Kinan yang mulai mendekat, Rayyan pun menghentikan aktivitasnya memakai helm. "ada apa?" tanya Rayyan ketus.
"dimana Khayana? Dari jam istirahat dia nggak balik ke kelas."
Rayyan diam mendengar penuturan Kinan. Wajahnya menggambarkan ekspresi yang sangat sulit diartikan. Entah itu kaget, kecewa, khawatir atau entah apa itu? tapi seketika lamunannya pecah. Mungkin dia lagi sama cowok itu. batinnya kesal.
"Ray, gue khawatir sama dia. Lo tau nggak Khayana dimana?" pekik Kinan.
"gue nggak tau, tanya aja sama Rehan!"
Kinan mematung ditempat sambil menatap Rayyan yang mulai menjauh. Kinan benar-benar bingung dengan sikap Rayyan. Ada masalah apa sebenarnya? "gue harus minta tolong sama siapa lagi ini?" keluh Kinan frustasi.
Kinan yakin Khayana belum pulang kerumah, sejak jam istirahat dia menghilang. Kinan terus berfikir memutar otak agar bisa menemukan Khayana.
"Rehaaan!" teriak Kinan saat melihat Rehan keluar dari gedung sekolah menuju parkiran.
"apa?" tanya Rehan.
"Khayana hilang, lo tau dimana dia?"
Rehan tersenyum kecut. "mungkin dia mau menenangkan diri."
"what? Menenangkan diri? Apa maksudnya?"
"sebenarnya ada masalah apasih?" Kinan dibuat semakin bingung. Memang Kinan tidak mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi. Sejak kepergiannya ke Surabaya selama satu minggu membuatnya kurang update seperti ini. benar-benar menyebalkan. Seandainya saja Milea tidak sakit, informasi ini pasti sudah jelas. Aku rindu Mileaaaa teriak Kinan dalam hati. Sebenarnya Kinan dan Milea mempunyai kecocokan yang tidak pernah dimiliki oleh Khayana, yaitu senang bergosip. Meskipun Kinan tidak suka menyebar gosip, tapi ia suka Milea yang selalu menceritakan gosip ter update . tidak seperti Kay yang tidak suka ikut campur urusan orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back (KARAY)
RomanceKhayana Syakir : NYAWA HARUS DIBAYAR NYAWA "Kenapa dunia ini begitu sempit? Kenapa harus dia?" Seharusnya aku bunuh dia, nyawa harus dibayar dengan nyawa. Tapi kenapa? Kenapaaa.. Kenapa? Kenapa aku begitu bodoh. AKU HARUS BALAS DENDAM." Rayyan Kh...