chapter 53

18 2 0
                                    

Alice buru-buru memasukkan buku-buku kedalam tasnya. Sesekali ia berdiri didepan cermin memandangi tubuhnya yang terbalut oleh seragam sekolah. Setelah dirasa penampilannya sudah sempurna, Alice keluar kamar dan berjalan menuju ruang makan.

Di ruang makan sudah ada nyonya Wike, Rayyan dan juga Axel. Alice segera bergabung bersama mereka.

"pagi semuanya." Sapa Alice dengan hangat lalu duduk di bangku yang masih kosong.

"pagi sayang." Jawab nyonya Wike. "ayo sarapan dulu!"

Sementara Rayyan ttersenyum sendiri sambil memakan roti. Jarinya masih fokus membalas pesan-pesan dari Khayana yang selalu membuatnya semangat dipagi hari. Dan membuatnya ingin cepat-cepat pergi ke sekolah menemui sang pujaan hati.

Setelah membereskan sarapan ia mengambil tas dan bergegas pergi. "ma, Ray berangkat ya." Tangannya kanannya menjulur kepada nyonya Wike yang sedang menyantap sarapan. Nyonya Wike langsung menyambut tangan itu dan tak lupa dicium oleh Rayyan.

"kok buru-buru amat?" tanya nyonya Wike.

"biasa ma, tugas pagi-pagi menanti." Jawab Rayyan sambil tersenyum malu.

"hem. Tugas jemput pacar ma.." Axel mulai menggoda. Membuat Rayyan tersenyum kikuk.

"yaudah ma Ray berangkat dulu."

"hati-hati bawa motornya."

Alice buru-buru menghabiskan sarapannya. "gue bareng ya Ray?" tanya Alice dengan gerakan tergesa-gesa.

"nggak bisa! Gue bawa motor hari ini."

"tapi kan gue bisa boncengan sama lo. Gue buru-buru soalnya ada janji sama teman."

"nggak. Gue juga udah ada janji sama pacar. Jadi lo berangkat sama yang lain aja."

Alice menghela nafas kecewa. Khayana lagi. Khayana lagi. Batinnya kesal. Ia benar-benar tidak suka melihat Rayyan selalu perhatian kepada Khayana.

"lo berangkat sama gue." Tiba-tiba Axel menyela pembicaraan mereka dan menunjukkan wajah meremehkan pada Alice. Membuat gadis itu mendercak kesal karena permintaannya tidak digubris oleh Rayyan yang kini sudah pergi.

Alice memutar bola matanya jengah. "gue nggak bisa lama-lama." Ucapnya ketus. Menandakan Axel harus cepat.

Axel hanya tersenyum melihat ekspresi Alice. Ia masih meneguk susu dengan santainya sampai habis. Tentu saja hal ini semakin membuat Alice kesal.

"ma, Axel berangkat dulu ya." Ucapnya dengan sopan sambil menyalami tangan nyonya Wike.

"lho kok malah pergi semua? Yaudah kalian hati-hati dijalan, jangan ngebut-ngebut."

Alice menghela nafas berat. Melihat Axel mencari muka didepan nyonya Wike membuatnya muak. Ia lalu pergi keluar.

"oi salaman dulu sama mama!" ucap Axel meneriaki Alice. Ia sengaja melakukan hal itu untuk membuat Alice malu dan kesal.

"gimana acting gue tadi? lebih heban kan dari lo?" tanya Axel setelah ia berada di luar rumah.

"apa maksud lo tadi?" tanya Alice kesal.

"gue mau menguji kehebatan acting lo ALICE." Axel sengaja menekankan kalimatnya saat menyebut nama Alice. Lagi-lagi Axel tersenyum puas. Ia tak hentinya melayangkan senyuman kemenangan untuk Alice.

"make up lo bagus hari ini." ucap Axel sambil melihat wajah Alice. "tapi sayang, Rayyan nggak tertarik. Hhaha"

Lagi-lagi alice dibuat geram.

****

"yang. Makannya yang banyak dong yang!" Rayyan menambahkan makanan kepiring Khayana. Ia sengaja memilih menu nasi tidak mie ataupaun bakso seperti biasa karena Khayana belum makan sejak tadi pagi.

"jangan banyak-banyak Rayyan. Sayang kalau nggak habis." Khayana menghentikan tangan Rayyan yang ingin menambahkan makanan kepiringnya.

Rayyan menghela nafas sebentar. "sayang, aku tau kamu belum makan dari pagi gara-gara si Kinan sama si Milea. Jadi kamu harus makan yang banyak."

"tapi."

"nggak ada tapi-tapian. Pokoknya kamu harus makan." Rayyan mengambil sesendok makanan dan mengarahkannya ke mulut Khayana.

Khayana tersenyum kikuk melihat tingkah Rayyan. Ia melahap makanan yang disuapkan untuknya. Entah kenapa rasanya sangat enak tidak seperti makanan kantin seperti biasanya.

"gimana, enak kan kalau aku yang suapin?"

Khayana tersenyum malu. "apaa sih kamu? Malu tau diliatin orang." "

"ya bagus dong yang, kita inikan pasangat paling romantic di sekolah." Rayyan tidak perduli pada seisi kantin yang memperhatikannya sejak tadi.

"kamu bisa aja." Khayana tersenyum sambil mencubin tangan Rayyan.

Lagi-lagi hati Alice dongkol melihat Rayyan dan Khayana.

"Khayana lagi.. Khayana lagi." Ucapnya kesal sambil mengaduk-aduk mie yang dibiarkan melar di mangkuk.

"ngapain lo menatap mereka seperti itu?" tanya Rehan yang membuat Alice langsung memutarkan kepalanya kebelakang.

"bukan urusan lo." Jawab Alice singkat.

"kelihatannya lo nggak suka melihat mereka berduaan." Tanya Rehan sekali lagi yang sontak membuat Alice tersenyum kikuk.

"ngapain lo ngepoin gue? Bukannya lo yang lagi cemburu melihat mereka berduaan?" alice tidak mungkin menunjukkan kalau dirinya memang cemburu, bisa berantakkan penyamarannya saat ini jika ada orang yang tahu kalau dia menyukai Rayyan. Orang-orang akan merasa heran. Karena tidak ada seorang kakak yang mencintai adiknya. Itu sesuatu yang tidak normal. Itu sebabnya ia harus membelokkan pembicaraan agar Rehan tidak curiga.

Rehan menatap Khayana yang tersenyum di tempatnya. Alice benar, dia memang cemburu.

"gue dengar lo pernah nembak dia, dan lo ditolak?" tanya Alice. Ia sudah mengetahui bahwa Rehan memang menyukai Khayana sejak lama. Ini bisa jadi kesempatan untuk Alice membela diri.

Rehan tidak menjawab. Baginya ucapan Alice tidak penting sama sekali.

"kasian ya lo. Kayaknya lo sayang banget sama dia. Eh tapi sayang dia lebih memilih Rayyan. Gue heran kenapa dia bisa menolak cowok sesempurna lo."

"apa memang dia sukanya sama cowok-cowok tajir?"

Telinga Rehan mulai panas mendengar ucapan Alice. Ia mulai tersulut emosi. Ia tidak terima dengan pertanyaan Alice yang terakhir.

"jangan pernah lo menjelek-jelekkan Khayana didepan gue."

"gue nggak bermaksud begitu." Jawab Alice.

"gue heran. Sepertinya lo nggak suka dengan hubungan mereka. Kakak macam apa yang tega merusak hubungan adiknya?" ucap Rehan meremehkan. Sejak bertemu Alice dan Axel bahkan dirinya tidak percaya kalau mereka saudara kembar. Sikap Alice selalu bertolak belakang dengan Axel namun Rehan tidak mau perduli. Tapi mendengar ucapan Alice membuatnya kesal.

"apa maksud lo?" tanya Alice. Dia benar-benar tidak nyaman mendengar ucapan Rehan.

"seorang kakak seharusnya menjaga adiknya. Bukannya malah berniat menghancurkan hubungan mereka." Rehan pergi setelah mengucapkan itu. entah kenapa dia bisa mengucapkan kalimat sepert itu? ia merasa bingung dengan dirinya sendiri. Lebih baik dirinya pergi daripada terus mendebat Alice. Rehan juga sudah tidak tahan lagi melihat Rayyan dan Khayana yang makin romantic.

"hhh kakak.. adik? Hubungan mereka nggak akan pernah gue restui sampai kapanpun! Rayyan bukan adik gue, gue sayang sama dia." Alice terus menggerutu pelan. Ia benar-benar kesal pada Rehan.

"gue ditakdirkan bukan untuk jadi kakak Rayyan. Gue ditakdirkan dicintai oleh Rayyan."

"liat aja, gue bakal bikin lo menyesal udah meremahkan gue. Lo nggak akan pernah mendapatkan cewek itu meskipun lo memisahkan mereka."

Alice kembali melihat ke meja yang berada dipojok kantin tempat Rayyan dan Khayana duduk. Ia semakin kesal. "puas-puasin aja bahagia sekarang, sebentar lagi kalian nggak akan bisa seperti itu." Alice memilih pergi dari kantin. Hatinya sakit melihat Rayyan dengan perempuan lain.

Come Back (KARAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang