chapter 44

20 1 0
                                    

Rayyan membuka pintu kamar, mendapati Aldo yang sudah tertidur pulas di atas ranjang. Sejak tadi ia berada di luar untuk menikmati udara malam karena tidak bisa tidur. Rayyan melentangkan tubuhnya disamping Aldo. Meregangkan otot-ototnya yang kaku karena perjalanan yang cukup melelahkan melawan macet tadi siang.

Rayyan menghela nafas pelan. Ia mengingat kejadian saat makan tadi. Rasanya tidak rela melihat Khayana diperhatikan oleh orang lain. Apalagi orang itu adalah Rehan. Semua kejadian itu membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Meskipun sebenarnya Rayyan sangat lelah setelah menyetir siang tadi.

Rayyan mencoba memejamkan matanya yang sudah sangat lelah untuk melihat dunia, kenyataan bahwa Khayana tidak mungkin seperti dulu lagi selalu sukses membuat perasaannya hancur. Hidupnya sudah tidak ada artinya lagi tanpa Khayana. Belum terlalu lama Khayana menjauh, hidupnya sudah sangat hampa. Tidak ada gunanya lagi Rayyan hidup jika kehidupannya sudah pergi. Semua terasa kosong tanpa Khayana. Tidak ada lagi senyum manis yang selalu ia lihat setiap pagi, tidak ada lagi canda tawa Khayana, semangat yang selalu Khayana berikan sekarang sudah tidak ada lagi.

Gadis itu benar-benar benci padanya. Salah satu alasannya untuk hidup kini sudah tiada lagi. Rasanya sia-sia semua misinya mencari dalang dibalik pembunuhan itu. sia-sia kepulangannya ke Indonesia. Hancurnya hubungannya dengan Khayana membuat semangatnya hilang untuk mencapai tujuan itu. "kenapa tuhan nggak ambil aja semua ginjal gue, biar gue bisa pergi selamanya. Percuma gue hidup kalo Kay benci sama gue. Gue emang pembunuh, gue bodoh seharusnya gue bisa mencegah pembunuhan itu, gue pengecut!! Kay benar gue pembunuh, gue udah membuat bokap gue disalahkan banyak orang. Gue yang pembunuh."

Rayyan menghela nafas dalam, menyesali semua yang seharusnya tidak terjadi. Ia mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan singkat.



********

Khayana tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia membolak balikan badannya ke kanan dan ke kiri. Ia kembali mencoba memejamkan bola matanya namun tetap saja tidak bisa. Sementara Kinan dan Amanda sudah tertidur pulas dengan posisi yang sudah tidak beraturan membuat seluruh ranjang yang seharusnya luas terasa sangat sempit karena ulah mereka. Membuat Khayana lebih memilih tidut di atas sofa sendirian daripada ia harus berdesakan dengan dua orang yang tidurnya seperti dunia milik mereka sendiri.

"gila cewek tidurnya udah kayak apaan aja." Kay mengeleng-gelengkan kepalanya melihat cara tidur kedua temannya itu. ia kembali memejamkan mata berusaha untuk mengistirahatkan tubuhnya. Namun terdengar bebunyian aneh dari perutnya. Saat makan malam tadi ia tidak nafsu makan setelah melihat wajah anak pembunuh ayahnya yang juga orang yang dicintainya kembali menunjukan perhatian padanya. Perutnya kosong. Sudah menjadi kebiasaannya tidak bisa tidur dengan nyenyak dengan perut yang kosong. Harus ada asupan makanan yang mengisi kekosongan perutnya. Kalau tidak dia akan terbangun sepanjang malam dengan perut yang berisik meronta-ronta.

Khayana keluar kamar menuju dapur. Ia membuka tutup nasi. Didapatinya hanya sayur udang yang tersisa itupun hanya tinggal sedikit. Khayana menghela nafas. Tidak mungkin jika dirinya harus memakan udang ini. bisa-bisa ia akan menggaruk-garuk tubuhnya semalaman penuh.

Khayana membuka kulkas mengambil beberapa bahan makanan yang ada didalamnya. Lalu mulai memasak. Ia memotong beberapa sayuran dan memasukkannya kedalam panci.kemudian ia menaburkan sedikit garam untuk memberinya rasa.

Sambil menunggu masakannya matang Khayana duduk di bangku meja makan. Matanya kini sudah sangat ngantuk namun perutnya juga tidak bisa dikompromi lagi. Ia menopang dagunya keatas meja dan sedikit memejamkan matanya. Mungkin sambil menunggu sup yang dibuatnya matang ini bisa membuat rasa kantuknya sedikit hilang.

Come Back (KARAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang