chapter 41

20 1 0
                                    

Dinda terpaksa pulang kerumahnya karena kedua orang tuanya pulang dari luar negeri. Sebenarnya ia tidak mau pulang, tapi orang suruhan mamanya harus memaksanya untuk kembali kerumah. Dengan terpaksa akhirnya ia mengurungkan jadwal berfoya-foyanya hari ini.

Dan setelah sampai dirumah, seperti biasa nyonya Saras sudah siap memanjakannya dengan oleh-oleh dan barang-barang mewah yang di belinya saat liburan ke luar negeri bersama teman-teman sosialitanya. Semua itu sengaja ia beli untuk menyenangkan hati putrinya yang bernama lengkap Adinda Graycia itu.

Sudah bukan hal baru bagi Dinda dimanjakan oleh segala fasilitas-fasilitas mewah yang disediakan untuknya baik dari ibu Saras ataupun pak Andreas. Mereka terlalu memanjakan Dinda dengan segala kekayaan materi yang dimiliki. Tapi mereka lupa dan bahkan tidak perduli dengan kebutuhan psikis Dinda. Mereka tidak pernah memberikan kasih sayangnya.

"sayang kok kamu diem aja sih? Ini mama bawain tas kesukaan kamu." Ucap Nyonya Saras menunjukan tas mahal yang dibelinya untuk Dinda.

Dinda Nampak tidak semangat dengan semua hadiah-hadiah mahal yang dibawakan kedua orang tuanya itu. ia terlihat murung dan tak memperdulikan ucapan mamanya itu.

"oh kamu belum dikasih hadiah faforit sama papa ya?" nyonya Saras mengingatkan sesuatu pada suaminya. Seperti biasa ketika mereka baru pulang ke luar negeri harus membawakan hadiah-hadiah mahak untuk Dinda. Biasanya Dinda langsung menagih hadiah special pada kedua orang tuanya itu. hadiah-hadiah yang dibawakan oleh nyonya Saras dan suaminya mungkin sudah terlalu biasa sehingga membuat Dinda kurang bersemangat kali ini menurut pendapatnya. Ia mengarahkan pandangannya kearah suaminya memberi kode bahwa anak mereka sedang ngambek.

"papa??" rengek nyonya Saras.

"yaampun sayang, papa lupa. Yaudah papa ganti aja hadiahnya sama yang lain aja ya sayang. Kamu boleh minta apa aja sama papa, tinggal sebutin aja apa keinginan kamu sayang!" ucap pak Andreas menawarkan segalanya kepada Dinda. Siapa yang tidak tahu dengan tuan Andreas Suwito? Seorang pengusaha kaya yang bisa mendapatkan apa saja yang diinginkannya. Dia adalah pemilik sekolahan elit bernama SMA Kharisma Surya Putra tempat dimana putrinya memiliki kuasa penuh lebih dari siapapun.

"tuh sayang kamu mau apa sebutin aja, kamu mau mobil baru atau mau jam tangan mahal?" tanya nyonya Saras antusias mendengar apa yang akan diminta putrinya kepada suaminya itu.

Dinda tak bergeming sedikitpun ia tetap duduk di sofa dengan tidak mengeluarkan suaranya sedikitpun.

"Dinda, ayo jawab dong! Papa pingin tau mau kamu apa?" kata nyonya Saras yang semakin heran dengan sikap diam anaknya.

"kamu mau papa ganti mobil kamu sama yang baru ya? Kamu mau papa beliin mobil apa? Mobil sport?" papar pak Andreas.

"kalian semua sama aja, kalian nggak pernah mikirin perasaan Dinda!" ucap Dinda yang sedari tadi menabung ucapannya yang ingin ia lontarkan kepada kedua orang tuanya itu.

"apa kamu bilang? Kurang apa lagi kami?" nyonya Saras mulai menaikkan oktav suaranya saat putrinya itu mulai bicara tidak mengenakan.

"kami sudah memberikan segalanya untukmu, semua yang kami lakukan selama ini hanyalah untuk kebahagiaanmu." Papar nyonya Saras.

"kebahagiaan?" ucap Dinda sambil tertawa remeh. "ini yang dinamakan kebahagiaan?" lagi-lagi Dinda tertawa seolah meremahkan ucapan mamanya sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh hadiah mewah yang ada dihadapannya itu sambil mengayun-ayunkan tangannya keatas semua hadiah itu.

Hatinya sangat sakit mengingat orang tuanya yang tidak pernah mempunyai waktu untuknya. Bahkan disaat hari ulang tahunnya tiga hari yang lalu mereka tidak mengucapkan selamat sama sekali meski hanya lewat chat atau sambungan telvon. Dinda masih ingat tiga hari yang lalu ia hanya diucapkan selamat ulang tahun oleh bi Ratih pembantunya yang sudah mengurus dirinya sejak ia masih kecil. Bi Ratih membuatkan kue Tart untuknya sekaligus tumpeng nasi kuning yang akhirnya ia bagi-bagikan kepada satpam kompleks serta sopir. Bahkan bi Ratih memberinya hadiah meskipun tidak mahal namun penuh makna yang sangat sederhana. Dinda meniup lilin berangka 17 itu tanpa kedua orang tuanya, ia hanya ditemani seorang pembantu yang setia merawatnya dikala sakit dan menyiapkan makanan setiap harinya saat dirinya sedang berada dirumah. Ia sangat kesepian karena dirinya tidak memiliki teman. Sementara nyonya Saras dan suaminya tuan Andreas selalu sibuk dengan urusan bisnis dan yang lain.

Come Back (KARAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang