"Kay, bertahan Kay."
Rehan membopong tubuh Khayana yang masih pingsan. Setelah beberapa saat, beberapa perawat langsung membantunya dan membawa Khayana ke ruang IGD. Rehan menunggu dokter dan perawan yang sedang menangani Khayana.
Rehan menyenderkan tubuhnya ke tembok yang berada didekat kursi tunggu. Ia menutup wajahnya san menjambak-jambak rambutnnya. Rehan benar-benar menyesal karena kejadian tadi. melihat Khayana hancur ternyata lebih sakit daripada melihatnya bahagia bersama dengan orang lain.
Perasaannya saat ini benar-benar Khawatir dengan keadaan Khayana. Rayyan sudah salah paham, dia sangat marah. Rehan mencoba menghubungi Rayyan berkali-kali namun Rayyan tidak mengangkatnya meskipun dirinya sudah mencoba menggunakan ponsel milik Khayana.
"bodoh... gue bener-bener bodoh." Umpat Rehan. "ya Allah, kenapa bisa jadi begini sih?"
Tak lama kemudian dokter dan perawat keluar dari ruang IGD. Rehan segera menemui dokter. "bagaimana keadaannya dok?" tanya Rehan panik.
"dia baik-baik saja, Cuma kelelahan. "
Rehan bernapas lega. "syukurlah.."
"oh ya, usahakan jangan sampai dia stress dan banyak pikiran. Tekanan darahnya sangat rendah. Saya sarankan dia dirawat inap dulu."
"lakukan apa saja yang terbaik untuk dia." Perintah Rehan.
Dokter Wijaya tersenyum. Ia menepuk pundak Rehan. "kamu tenang saja, saya akan menyembuhkan pacarmu ini Rehan. Papamu pasti sangat senang kalau tau pacarmu secantik ini." ucap dokter Wijaya sambil tertawa tertahan.
"dokter bisa aja, dia bukan pacar saya dok dia Cuma." Rehan terdiam. Dihatinya Rehan merasa sakit untuk mengatakan itu. 'dia Cuma pacar orang' ucapnya dalam hati.
Dokter Wijaya tertawa lagi. "kamu tidak usah malu. kalau kamu mewarisi rumah sakit ini kamu bisa merawatnya sepenuh hati." Ia kemudian pergi untuk menemuai pasiennya yang lain. "sus, sediakan semua fasilitas yang diinginkan Rehan." Perintahnya kepada seorang suster bernama Dista.
"baik dok." Jawab suster Dita.
Rehan tersenyum kecut menatap kepergian Dokter Wijaya yang mengucapkan bahwa dirinya kelak bisa menjadi pewaris Rumah Sakit ini. hal yang tidak mungkin bisa terjadi, karena Rehan bukanlah bagian dari keluarga Sasmita. Keluarga yang sekaligus Pemilik 'Rumah Sakit Winarta Sasmita' yang sangat megah dan berstandar Internasional milik kakeknya tuan Winarta. Ya, tuan Winarta adalah ayah dari nyonya Rita, wanita yang sudah merawatnya sejak kecil yang dikenalnya sebagai mamanya. Nyonya Rita mengorbankan hidupnya untuk tuan Rudi dan meninggalkan semua aktivitasnya sebagai dokter di Rumah Sakit ini sejak Rehan masih kecil. Entah apa yang salah dengan wanita itu, bagi Rehan mamanya adalah wanita yang sempurna dan sangat baik. Tapi tuan Rudi tidak pernah memperlakukannya dengan baik.
Sejak kecil Rehan bercita-cita untuk menjadi Dokter agar kelak bisa menjadi penerus kakeknya. Dan mewarisi rumah saki ini dengan kemampuannya yang baik di bidang medis. Namun mimpi itu saat ini sudah dibuangnya jauh-jauh. Betapa bodohnya dia? Pikir Rehan. Karena menganggap dirinya adalah pewaris keluarga Sasmita. Karena saat ini Rehan sadar bahwa dirinya bukan anak nyonya Rita.
"mas, mbak nya mau dirawat di kamar mana?" tanya suster Dita yang membuat Rehan tersadar dari lamunannya.
"eh iya, tolong siapkan kamar yang dekat dengan kamar mama supaya saya bisa memantaunya."
"baik mas." Para suster langsung melaksanakan perintah Rehan dan mengurus kepindahan Khayana ke sebuah kamar yang diminta Rehan.
*******
Rayyan pulang kerumah membawa perasaan yang hancur karena kekecewaannya pada Khayana. Untuk yang kesekian kali dirinya merasa tidak percaya dengan semua ini. Rayyan mulai memasukkan mobilnya ke area rumahnya. Ia merasa heran melihat beberapa mobil terparkir berjejer didekat mobil polisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back (KARAY)
RomanceKhayana Syakir : NYAWA HARUS DIBAYAR NYAWA "Kenapa dunia ini begitu sempit? Kenapa harus dia?" Seharusnya aku bunuh dia, nyawa harus dibayar dengan nyawa. Tapi kenapa? Kenapaaa.. Kenapa? Kenapa aku begitu bodoh. AKU HARUS BALAS DENDAM." Rayyan Kh...