chapter 19

20 3 0
                                    

Ray sedang berusaha bangkit dari tidurnya dengan susah payah. Yang ia rasakan saat ini dadanya terasa sangat sesak dan sakit sekali. Ia meraba-raba kesamping kanan dan kiri dan ia mencoba turun dari brankar. Sepertinya sesuatu yang dicarinya tak kunjung ditemukan. Nafasnya semakin tersengal-sengal seolah kehabisan oksigen. "kemana sih?" ucapnya kesal. "sialan" ia baru teringat bahwa dirinya sekarang berada dirumah sakit. Sedangkan sesuatu yang sangat ia butuhkan tentu saja ada dikamarnya. Diruangan itu tidak ada siapapun kecuali dirinya. Entah kemana Mia dan Bimo sekarang. Sesak didadanya semakin menjadi-jadi Ray tak kuasa menahan rasa sakitnya ia terus berkutat dengan tanganya yang mengepal meremas jemarinya dengan keras.

"aaarrrrghhhh" upatnya kesal sambal menahan sakit. "sialan, kenapa bisa begini sih... berenti bego!!" umpatnya sambal memukuli dadanya.

Ia memencet bel yang ada didekatnya berharap suster ataupun dokter segera datang. Dan benar saja tak berapa lama beberapa orang suster datang dengan tergesa-gesa. Ray melihat kedatangan mereke dengan samar-samar karna pemandanganya yang mulai memudar dan perlahan-lahan menjadi gelap. Ray pun sudah kehilangan kesadaranya saat ini, dia pingsan. Dokter pun langsung mengevakuasi tubuh Ray dan segera melakukan tindakan.

Saat kesadaran Ray sudah kembali ia mendapati dokter sedak melakukan aktivitas dengan selang infus yang menempel ditanganya. "ehh Ray sudah bangun" sapa dokter itu dengan senyuman hangat. Ray mengucek matanya. "dokter,,," ia menatap dokter dengan tatapan cemas.

"sudah-sudah kamu istirahat dulu, ada yang harus saya sampaikan sebenarnya" dokter itupun mencari posisi yang nyaman untuk duduk dan mulai bicara. "jadi begini, apakah sebenarnya kamu sudah tau sejak awal tentang semua ini?"

Ray tak menjawab ia hanya menatap dengan tatapan kosong.

*haii bocah dimana kau??" Teriak seorang laki-laki dibalik tumpukan bata tak jauh dari persembunyianya.
"Keluar lah bocah kecil.. Atau kau akan bernasib sama dengan si bodoh itu"

Seketika jantung anak berumur 10 tahun itu berdebar sangat kencang. Tubuhnya gemetar mendengar lelaki itu mengancamnya.. Seluruh tubuhnya sudah basah dengan keringat dingin.. Ia menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua telapak tangan agar nafasnya tak terdengar..

" dasar anak nakal" ucap lelaki itu dengan menendang ember bekas du depanya.. " kenapa kau berkeliaran ditempat seperti ini bocah?" laki-laki itu terus bicara meski tak satupun orang membalasnya.

Anak itu mundur dengan merunduk dengan hati-hati. Setelah dirasa lelaki sialan itu tak lagi berada di tempatnya.. Namun ternyata dugaanya salah.. Tangan besar telah mencengkram pergelangan tanganya saat ini.

" hhahahaha kena kau bocah... Dasar anak sialan" laki-laki itu menarik tubuhnya dengan kasar dan terus menyeret dengan tidak manusiawi. Meski anak itu memberontak dan terus meraung berusaha melepaskan diri. Namun tenaganya tak sebanding dengan orang dewasa didepanya yang menyeret tubuhnya... "Toloooong... Pliiis help me.. Hhuuuaaahhhaha" anak itu terus meronta sekuat tenaga..

"Penjahaaat.. Kau orang jahat... "**


"Tidaaaaaak"
Ray berteriak histeris membenturkan kepalanya ke tembok..

"Ada apaa?" tanya dokter itu panik dan memegang tubuh Ray yang terus memberontak seperti orang ketakutan..

"Ada apa ini?" Mia dan Bimo yang baru datang langsung masuk dengan raut wajah kagetnya.. Bimo langsung membantu dokter memegangi tubuh Ray yang terus mengamuk. Kemudian dokter menyuntikan obat bius. Dan Ray pun langsung lemas dan tak sadarkan diri.

" dokter apa yang sebenarnya terjadi" tanya Mia dengan wajah panik..

Dikter hanya menggeleng setelah memeriksa infus.. "Bisa ikut ke ruangan saya,"

Come Back (KARAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang