chapter 22

17 3 0
                                    

Di dalam sebuah ruang kelas siang itu saat jam istirahat suasana sangat ricuh. Para siswa berkerumun masuk kedalam kelas. Mereka melihat dua orang yang sedang beradu mulut dan bersitegang, sebagian mereka yang tidak bisa masuk kedalam terus berupaya untuk bisa melihat apa yang sedang terjadi. Bahkan mereka rela berdesakan dan saling dorong. Seperti sedang menunggu giliran pembagian sembako atau bantuan semacamnya. Sebagian diantara mereka saling meneriaki "hajar aja.. dasar pelakor mah gitu" kata salah satu diantara mereka dan yang lain saling menyahuti. Semua ucapan itu, anggaplah perkataan dari si provokator. Karna yang menimbulkan anak-anak berkerumun disitu adalah salah satu geng dari seorang siswi yang sedang bertengkar. membuat suasana makin kacau. Mereka memanggil semua orang untuk menyaksikan pertarungan itu. "ayoo guys liat nih pelakor harus dikasih pelajaran". dan sebagian lagi yang masih penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi didalam. Saling dorong, saling sikut tak bisa dihindarkan lagi.

"puas lo ya?? Udah ngerebut cowok gue!!!"

"ngaca lo,, lo nggak pantes buat dia. Mana ada cowok yang mau sama cewek sok kayak lo ini hahh" ucap Kina jengah.. "minggir lo semua, ngapain pada ngumpul disini?" Kinan mengusir semua orang yang ada didalam kelas. "nggak ada kerjaan lo ya?" Namun Kina kalah jumlah.

"udah Nan, nggak usah ngeladenin orang nggak penting" kepala Kay terasa sangat pusing ditengah kerumunan orang yang saat ini menontonya. Ia sangat lelah. Meski Kinan tak pernah kehabisan energi untuk membalas mereka. Kalimat hujatan dan cemoohan tak bisa di elak lagi, entah kenapa ini bisa terjadi lagi. Apa salahnya?. Dia tidak pernah melakukan kesalahan. Namun perempuan didepanya tak lagi menghiraukan. Amarahnya terlihat jelas, raut wajahnya geram. Ia bilang Kay telah merebut seseorang darinya.

Meski Kay tak pernah merasa melakukan hal itu. Dan sudah berkali-kali menjelaskan semuanya, namun kebencian di matanya itu tak pernah hilang sejak pertama kali mereka dipertemukan di sekolah ini. dialah seniornya, yang sangat benci pada Kay, dan selalu menghasut semua orang membencinya. Ntah lah, semua orang memang sangat takut padanya, taka da yang berani melawan perintahnya meskipun para dewan guru sekalipun.

**

Ray sedang berjalan manaiki tangga dengan santai. Tujuanya saat ini adalah kelas Kay. Dirinya sudah sangat rindu pada gadis itu. Setelah seminggu absen pikiranya tak pernah lupa pada Kay. Tingkahnya yang menggemaskan selalu bisa membuat dirinya penasaran. Ia tak lagi takut menemui gadis itu. Karna Kay sudah tak lagi marah padanya, saat ini yang ia inginkan hanyalah bertemu gadis itu secepatnya. Ia tak mau buang-buang waktu lagi. Raut wajah bahagia terpancar jelas rasa Rindunya telah mengalahkan semua rasa sakitnya.

Terlihat beberapa orang siswa berlarian. Seseorang telah menyenggol tubuhnya hingga hampir terjatuh. "sory gue buru-buru" ucap seorang yang tak sengaja menabraknya. Ray mengerutkan keningnya, "itu kan??" Ray ingat sekarang, orang yang menabraknya tadi adalah laki-laki yang bersama Kay saat dikantin waktu itu, kenapa dia berlari kearah kelas?/ Ray melanjutkan langkahnya. Kembali pada tujuan awal.

Saat tiba didepan kelas, sudah ramai anak-anak berkerumun disana. Ia mendengar teriakan dari dalam kelas. "yatuhan.. apa-apaan ini??'' tanyanya heran.

"cukup Din!!" bentak Rehan sambil mendorong tubuh Dinda yang mendongak dengan angkuhnya. "gue muak liat lo"

"ini yang lo bilang nggak akan terulang lagi hah?" ucap Kinan geram, sambil mendorong tubuh Rehan. "urus tuh cewek lo!!!"

"Nannn" Rehan menggenggam tangan KInan, "nggak usah," Kinan menghempaskan tangan kekar itu.

"Reee" Dinda menundukan pandanganya. "ini bukan salah aku Ree tapi dia" Dinda menunjuk kearah Kay, sambil menunjukan muka sedihnya. Entah kenapa ekspresi dan sikap Dinda saat ini berubah drastis saat Rehan datang. "kamu percaya sama aku kan Ree?"

"hikss, munafik lo,," Kinan bergidik geli.

Dinda mencoba meraih tangan Rehan. Namun Rehan langsung menepisnya.. "Hhhh .. nggak Din. Gue kecewa sama lo"

Dinda menoleh kearah Kay dengan tatapan sadisnya. "ini semua gara-gara lo!!! Loo udah rebut Rehan dari gue, gue benci sama lo cewek murahan" teriakan histeris Dinda semakin menjadi-jadi. "REE" tangis nya tak bisa terbendung lagi saat Rehan terlihat tak perduli padanya.

"maafin aku kak Dinda, aku nggak pernah bermaksud ngerebut kak Ree, kita nggak ada hubungan apa-apa kok" ucap Kay terdengar bercamour dengan isak tangis. jawaban Kay tak akan pernah benar dimata Dinda. Sedangkan Rehan, tatapan mata laki-laki itu tak lagi indah dilihat. Tatapan nanar itu menyiratkan kebencian yang mendalam yang ditujukan pada Dinda. Dan itu semua itu semakin membuat Dinda makin membenci pada Kay.

"munafik lo ya,," Dinda menjambak rambut Kay dan terus mencakar-cakar tak hentinya. "gue nggak terima, ini nggak adil.. dia jahat Reee" hhhikss. "lo yang jahat" Kinan menjawab sambil menyingkirkan tangan Dinda dari tubuh Kay.

"lepasin Din, cukup!!" Rehan menarik tubuh Dinda yang sudaah tak terkendali itu. "Ree dia jahat Reee dia ngerebut kamu dari aku Ree"

"cukup Din, lo udah keterlaluan."

"bubar-bubar.. bubar lo semua, nggak penting tau nggak!!1" Rangga berteriak di tengah kerumunan para siswa yang sedang penasaran itu. Suasana langsung menjadi hening seketika. Semua orang menoleh kearahnya. Tak terkecuali Nea yang sejak tadi jadi provokator. Dialah salah satu anggota geng yang diketuai oleh Dinda. "Ranggaa" Nea melongo terlena dengan pesona Rangga yang baru saja datang itu. "kamu keren banget Ngga,, kayak super hiro" Nea menggigit ujung dasinya. Mereka semua bubar, dan meninggalkan pertunjukan yang sedang asik di tonton itu. Meski yang dipertintinkan masih saja ribut dan terus bersitegang didalam kelas. Boy dan Aldo serta Ray terus membantu Rangga menyingkirkan kerumunan orang itu. "minggor lo semua, apa-apaan kayak beginian ditinton.. punya otak nggak lo?"

"tau nihh, bukanya dipisahin malah ditonton, lo kira sirkus??" ucap Boy geram.. apa-apaan orang-orang ini, tak ada rasa simpatinya sama sekali.

"kurangajar lo!! Beraninya ngerebut Ree dari gue?" Dinda kembali menjambak rambut Kay dan bertarung dengan Kinan. "hhh"

Seketika Aldo terkejut. Melihat sosok yang sedang mengamuk membabi buta itu. pandangan matanya tak bisa lepas dari semua ini.

Ray langsung meloncat saat melihat KAY yang menangis tersendu dipelukan Kinan. "Kayy" Ray langsung merangkul tubuh lemah itu dan menyingkirkan perempuan kasar dihadapanya. "Rrrrayy" isak tangis Kay terdengar lemah dipelukan Rayyan. Ia terus menangis tersendu-sendu didalam pelukan hangat itu.

"Dinnn" Aldo terasa kaku mengucapkan kata-katanya. Benarkah yang ia lihat sekarang? Dindaa?

Suasana sekarang berubah sangat hening, semua terlihat saling tatap termasuk para anggota geng Dinda. Yang tak perduli semua itu adalah Rayyan yang terus memeluk dan mengecek keadaan Kay. "kamu sakit Kay, kita kerumah sakit ya"

"Aii Dooo" ucap Dinda terbata-bata,

"apaa?" Rehan mengerutkan keningnya, apa maksud semua ini? "jadi ini orangnya? Iya?" tangan Rehan mencengkram pergelangan tangan Dinda. "Rrrrhheee" Dinda menangis memeluk tubuh itu. "nggak Ree, nggak!!"

"loooo???" tatapan nanar tak bisa dihindarkan lagi diwajah Boy. "jauh-jauh loo"

Aldo masih sangat bingung dengan semua ini, amarah sahabatnya Boy dan Rangga tak terbendung lagi, namun tangisan tak bisa terhindar lagi dari wajah perempuan dihadapanya. Dan Rehan?? Tatapanya terlihat sangat marah pada Dinda. Yang makin membuat Aldo heran kenapa Dinda terus terus memohon pada Rehan tanpa memperdulikan kehadiranya.

"Ree"

"Dinda ini orangnya? Iya?" cengkraman tangan Rehan makin keras "aww sakit Ree"

"Din?" apa ini???



£semuanya terasa sangat membingunkan bukan..

£ai Doo,, £Din? APA-APAAN INI!!!

selamat malam, selamat membaca ceita ini,,

jangan lupa vote nya yaa..

Come Back (KARAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang