"udah gue bilang jangan tiduran dilantai, ini akibatnya"
"kamu,,,?" Kay kaget melihat sosok laki-laki yang sedang menyender di pintu kamarnya.
"iya Kayaa ini aku"
Ray menjawab dengan senyuman lembut khas miliknya.
Bola mata Kay membulat sempurna menatap Rayyan yang mulai masuk kamarnya, jantungnya pun mulai berdebar. Seakan merespon dengan penuh kegugupan.
"boleh kan aku masuk?"
Kay tidak menjawab, ia hanya diam dengan tatapan tajam yang sulit diartikan.
"jadi nggak boleh ni?"
"ngapain lo ke sini, darimana lo tau rumah gue?" Kay bertanya sinis sambil memeluk guling nya.
"dari intel,.." jawab Ray dengan agak nyeleneh "ya nggak penting aku tau dari mana rumah kamu Kayaa, aku tau semuanya tentang kamu"
"cukup" Kay mengarahkan tanganya kearah Ray dengan isyarat penolakan. "jangan panggil gue Kayaa lagi, nama gue Khayana, panggil gue Kay"
Ray membulatkan matanya, mendengar ucapan Kay tadi membuat jantung dan nadi nya berdenyut tak beraturan. Sudah sejak lama Rayyan memanggil Kay dengan panggilan itu. Melihat kenyataan sekarang Kay membenci panggilan sayang darinya membuat perasaanya sangat kacau. Namun ia berusaha tenang dengan tersenyum samar.
Ray mendekatkan dirinya ke arah tempat tidur Kay. "yakin nggak mau dipanggil Kayaa?" Ray tersenyum manis sambil mendekatkan tubuhnya ke wajah Kay.
Jantung Kay kembali berdebar tak beraturan. Kenapa lagi-lagi Rayyan mendekat padanya.
"nggak usah sok manis"
Kay masih kukuh dengan sikapnya dan tak mau melihatkan kelemahanya dihadapan cowok itu..
"Laki-laki memang begitu, selalu saja mencari kelemahan perempuan. Kalau sampai dia tau kita gugup makin besar kepalanya."emang gue manis, kan lo sendiri yang bilang"
Kay mengigit bibirnya.. Lagi-lagi gombal. Dasar cowok. Itulah yang ada dalam pikiranya saat ini. Yang tidak seimbang dengan isi hatinya.
"kenapa? Malu? Bener kan yang gue bilang?"
Kay masih mencoba tenang menghadapi orang yang ada di hadapanya ini. Jangan beri dia pintu lagi untuk masuk ke hatimu.
"semuanya udah lain Ray, lo nggak bisa nyamain hal sekarang dengan sesuatu yang nggak penting kayak gitu"
Kay berbicara dengan tatapan kosong dengan pandangan lurus. Ia tak mau menatap mata itu."Orang nya disini di deket lo, ngapain liatnya kesana? Nggak sopan tau"
Hati Kay langsung tertikam dengan ucapan Ray barusan. Benar katanya, ia langsung teringat tidak boleh menatap kearah lain saat bicata. Itu sama saja tidak menghargai orang yang bicara pada kita.
Mau bagaimana lagi? Biat bagaimanapun kita harus menghargai orang.. Kay pun mengalihkan pandanganya Yang ternyata tepat di depan wajah Ray. Hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa senti dan mata merekapun saling bertemu.Beberapa detik mereka terdiam akhirnya Kay sadar. Dan langsung menjauhkan wajahnya dan tertunduk malu.
"ini penting buat gue Kayaa, lo nggak bisa berfikir begitu tanpa lo dengerin dulu penjelasan dari gue"
Kening Kay mengerut, bisanya Rayyan bicara seperti itu. Kenapa baru sekarang ia bicara? Semuanya sudah terlambat. Kemana dia selama ini.
"untuk apa lo mau jelasin semuanya kalo semua tentang kita aja nggak pernah ada kejelasan terus untuk apa lo jelasin semuanya sekarang Rayyan?"
Ray tertawa kecil mendengar perkataan Kay.
"jadi ini yang buat lo marah ke gue sampe sakit ngelamun dilantai? Hhaha Kayaa Kayaa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back (KARAY)
RomanceKhayana Syakir : NYAWA HARUS DIBAYAR NYAWA "Kenapa dunia ini begitu sempit? Kenapa harus dia?" Seharusnya aku bunuh dia, nyawa harus dibayar dengan nyawa. Tapi kenapa? Kenapaaa.. Kenapa? Kenapa aku begitu bodoh. AKU HARUS BALAS DENDAM." Rayyan Kh...