Rehan menyentuh mukanya yang lebam. Ia meringis kesakitan terlihat sedikit darah ditelapak tanganya. "Reee lo nggak papa?" tanya Kinan dengan nada terisak. "gue nggak papa Nan,, udah biasa" ucap Rehan dengan senyum yang dipaksakan.
"biar gue bantu" Aldo mengulurkan tanganya. "nggak usah gue bisa sendiri" jawab Rehan menolak. "tapi muka lo parah banget, pasti sakit" Aldo meraik tangan Rehan dan membantunya duduk di sebuah bangku dekat taman. "lebih baik lo anter Kinan pulang kasian dia"
"nggak!! Gue nggak mau pulang, gue anter lo kerumah sakit." Kinan menggeleng pelan dan mencoba meraih tangan Rehan. "jangan lo pulang aja Nan, gue bisa sendiri"
"tapi Ree muka lo harus diobatin. Biar gue sama Aldo anter lo"
"bener kata Kinan Re, kita anterin lo dulu baru gue anter Kinan pulang" Aldo menyetujui usulan Kinan. "jangan Do, Kinan masih sakit kakinya dia harus istirahat, lagian kalo nganterin gue dulu kelamaan kasian Kay nungguin lo"
"tapi Reee" ucapan Kinan terpotong.. "udah nggak papa, pulang sana! Kasian nyokap lo pasti khawatir." Akhirnya dengan terpaksa Kinan menuruti keinginan Rehan, Aldo pun ikut pasrah, ia mengantarkan Kinan pulang.
"Aldo.. Kinan.." Rehan memanggil, mereka pun menoleh.. "jangan kasih tau ini ke Kay. Gue nggak mau dia marah lagi sama gue" raut wajah Kinan berubah, sementara Aldo mengangguk paham. "lo tenang aja kita pasti jaga rahasia"
"thanks Do"
Rehan pun mencoba bangkit. Ia mulai menaiki motornya, meski sakit dirinya masih bisa menahan. Ia pun melaju kendaraanya dengan kecepatan tinggi.
Rehan membuka pintu apartemenya. Ia membanting tas nya ke lantai. "bangsattt!!!" umpatnya kesal. Ia terus membanting semua barang-barang di tanganya termasuk ponselnya dan meluapkan semua amarah .
Rehan membaringkan tubuhnya keatas sofa panjang dibelakangnya."siallan"
"why Babe?? Apa-apaan ini?" terlihat seseorang baru saja datang dari arah dapur dengan membawa segelas air. Rehan kaget.Mata Rehan memanas, melihat orang yang sangat tidak dia inginkan sedang berada didalam apartemenya. Amarahnya pun langsung memuncak kembali setelah tadi agak sedikit mereda. ia langsung bangkit dari tidurnya memalingkan pandanganya dari perempuan itu. DINDA? kenapa bisa dia masuk? Siapa yang memberinya aksess masuk apartemen?
Dinda mendekati Rehan dan merangkulnya erat-erat. "kamu kenapa Ree?" sambil mencium tubuh laki-laki itu. Dinda terus bergelayut manja tanpa memperdulikan wajah sangar Rehan yang sarat akan kebencian dan kini mulai memerah. "Lepasin!!" Rehan mencoba melepaskan pelukan gadis itu. Namun Dinda menolak, ia semakin menggila merangkul-rangkul tubuh beraroma wangi parfum yang bercampur keringat itu. "nggak mau.. sebelum kamu Kiss aku dulu"
"udah gila lo ya!!" Rehan melemparkan gadis itu keatas sofa. "aaahh Reee" Dinda justru meringis senang. "siapa yang ngijinin lo masuk?" Rehan menatap nanar perempuan didepanya itu. Dinda hanya membalas dengan senyum puas. "aku bisa masuk kapan aja aku mau sayang, ini tempatku" Dinda menaikan kakinya ke sofa dan ber pose manja di atasnya. "ayolahhh" ucapnya dengan nada merayu.
"om yang kasih akses masuk apartemen ini Beibhh" Dinda bangkit dan memeluk erat tubuh Rehan.
"pergi Dinn gue mau istirahat" Rehan mengangat tanganya dan meluruskan telunjuknya kearah pintu. "kamu jahat Ree, kamu berubah!!" teriakan Dinda histeris. "pergi Dinda!! Gue bukan siapa-siapa lo lagi. Jadi jangan pernah lo ganggu hidup gue. Karna gue udah punya seseorang yang ngisi hati gue saat ini"
"haaaahh bohong, kamu bohong Rehan.. cewek sialan itu nggak ada apa-apanya dibanding aku.. kamu masih sayang aku kan Reee" tangis Dinda histeris, ia turun dari sofa dan merangkul Rehan didepanya. "hhhhmmm Reee pliiis jangan giniin gue Re" Dinda terus menangis tanpa henti merangkul kaki itu dan terus memohon. berharap Rehan bersimpati padanya.
Tangis perempuan memang kelemahan Rehan, ia tak bisa melihat seorang perempuan menangis. Meskipun itu gadis kasar seperti Kinan misalnya. Namun melihat Dinda menangis taka ada rasa iba sedikitpun dihatinya, sorotan mata itu tak melihat sedikitpun penyesalan di mata Dinda. Yang ia rasakan saat ini hanyalah amarah yang tak bisa dipendam. Melihat sosok Dinda rasanya kepalanya seperti ingin meledak. "Din udah gue bilang gue bukan siapa-siapa lo, dan gue udah punya seseorang"
"nggak Ree, lo milik gue seutuhnya.. apapun akan gue lakuin demi bisa sama lo lagi Ree" Dinda terus menangis "apa karna cewek itu sekarang lo udah nggak mau sama gue, sekarang lo lebih milih gabung sama cewek sialan itu Re, dan lo gabung sama temenya yang pada kampungan itu kenapa REEE"
"hhhh... Diem loo..!!! lo nggak berhak ngelarang gue untuk deket sama siapapun" Rehan menyingkirkan tubuh Dinda dengan kasar. Namun Dinda bangkit dan mencium bibir laki-laki itu. "maaf Din, gue nggak bisa" Rehan meninggalkan perempuan itu.
"Ree lo bakal ngerasain akibatnya karna lo nolak gue, ini akan lebih parah dari saakit yang lo rasain sekarang"
Rehan membalikan tubuhnya, "jadi tadi itu semua karna lo??"
"iya Ree, kenapa? Lo kaget.." Dinda tertawa puas. "suatu saat bukan Cuma mereka, gue bisa lakuin yang lebih ke semuanya Re"
"lo emang perempuan murahan.." Rehan mengepalkan tanganya.. ia keluar dengan wajah emosionalnya. "kurangajar, beraninya dia bawa iblis ke tempat gue" ia turun ke lantai bawah dan menyalakan motornya.
***
Rehan membanting pintu putih itu sekuat tenaga hingga langsung tertutup rapat. Dirinya sudah tidak bisa lagi menahan emosi. melihat Dinda di apartemennya, dan kejadian tak mengenakan di depan teman-temanya, siapa lagi penyebabnya?. Rehan menaiki anak tangga untuk kelantai atas.
"kenapa kamu kesini Re? bukanya dia sudah menunggumu" ucap seorang laki-laki yang sedang duduk dan membaca koran di atas sofa sambil tersenyum.
Rehan memutar bola matanya. "kenapa papa kasih tau tempat Ree?"
"aku hanya ingin yang terbaik untukmu Re, bukankah kau sangat menginginkanya" laki-laki itupun menurunkan kakinya dan melipat koran itu. "aku yang menyuruh mereka menjemputmu, karna dia sudah lama menunggu, harusnya kau senang. aku membawakanmu hadian.. apa yang tak bisa kulakukan? orang seperti dia akan semakin bertekuk lutut dihadapanmu Re"
"cuihhh dasar gila!!" Rehan membuang ludahnya..
"itulah yang kumaksud.. kau akan tau lebih kegilaanya jika kau menolaknya.. jadi kumohon turuti saja apa maunya Rehan"
"aku bukan boneka papa lagi, aku benci ini semua pa..." Rehan berteriak keras sampai semua pelayan datang ke ruangan itu. Dan laki-laki itu pun mengibaskan tanganya, menyuruh mereka pergi.
"seandainya Re punya mama, pasti dia tidak akan membiarkan semuanya pa.. papa memang keterlaluan"
"Rehann" lelaki itu memutar bola matanya jengah.. "jangan pernah kamu mengguruiku seperti itu.. dasar tak tau terimakasih.."
Plakkk.. sebuah gamparan melayang ke muka Rehan.. "jangan kau pikir aku tidak tau.. mulai sekarang jangan pernah kau berani-berani bicarakan ini dehadapan teman-temanmu atau."
"atau apa??" Rehan memotong ucapan itu.
"sudahlahh.. cepat pulang. Dia membutuhkanmu" laki-laki itu pergi meninggalkan Rehan.
"dimana mama pa??"
**
bab ini isinya Rehan semua yaa.. karna memang bukan cuma Ray dan Kay tokoh utamanya.
selamat membaca.. jangan lupa vote & komen..
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back (KARAY)
RomanceKhayana Syakir : NYAWA HARUS DIBAYAR NYAWA "Kenapa dunia ini begitu sempit? Kenapa harus dia?" Seharusnya aku bunuh dia, nyawa harus dibayar dengan nyawa. Tapi kenapa? Kenapaaa.. Kenapa? Kenapa aku begitu bodoh. AKU HARUS BALAS DENDAM." Rayyan Kh...