Rayyan mengikuti langkah Khayana kemanapun ia pergi. Rayyan benar-benar tidak mau jauh-jauh dari pacarnya itu. dunianya benar-benar berantakkan jika jauh dari Khayana. Ia tidak mau kejadian itu terulang lagi. Kali ini Rayyan benar-benar cemas. Kenapa selalu saja ada masalah baru dalam hubungannya? Ohh sungguh ini tidak boleh terjadi lagi😪
"yang kamu kok masih ngambek aja sih?" tanya Rayyan kesal saat pelukannya tidak dihiraukan oleh Khayana.
"jangan ngambek gitu dong."
Khayana tidak memperdulikan tingkah Rayyan. Ia terus berjalan memilih-milih buku yang ingin dipinjamnya di perpustakaan sekolah. Meski Rayyan terus mengganggu konsentrasinya sejak tadi ia masih enggan untuk menjawab semua ocehan itu. hatinya benar-benar sakit melihat Rayyan di cium oleh perempuan lain. Dirinya saja tidak pernah mencium pacarnya itu, wajar saja jika dia tidak rela Rayyan mendapat ciuman dari gadis lain.
"Yang, sayaaaang." Panggil Rayyan. Tak perduli dengan orang di kelilingnya yang memperhatikan mereka.
"apaan sih?" Kay mulai kesal. Apalagi melihat semua siswa yang ada di perpustakaan saat ini sedang memperhatikan mereka. Tidak sedikit yang mendesis kesal melihat mereka berduaan. Bagaimana tidak, Rayyan yang tampan itu kelihatan selalu didekat Khayana, banyak yang iri karena hal itu.
Khayana merasa risih ditatap seperti itu. setiap berduaan dengan Rayyan selalu saja ada yang memperhatikannya. "udah deh, malu diliat orang."
Rayyan tersenyum senang, akhirnya pacarnya itu mau diajak bicara meskipun masih marah. "kamu malu, apa cemburu aku diliatin sama mereka?" tanya nya menggoda.
Khayana memutar malas bola matanya. Bisa-bisanya Rayyan masih bercanda disaat dirinya merasa kecewa?
"jangan marah lagi dong yang. Aku kan nggak sengaja tadi."
"basik" bentak Khayana kewajah Rayyan.
"yang, kamu cemburu sama aku?" lagi-lagi Rayyan bertanya. Sejak jam istirahat Rayyan berkali-kali mengeluarkan kata-kata dan permohonan maafnya. Namun Khayana masih saja enggan bicara dengannya.
"lo nggak punya otak ya? Apa lo nggak bisa bedain mana yang serius mana yang bisa dibikin bercandaan." Bentak Khayana kesal. Tadi saat Khayana ke kelas Rayyan ia melihat pemandangan yang tak mengenakkan hati. Khayana melihat Rayyan sedang mencium Camelia teman sekelas Ray. Hatinya sangat sakit, entah kenapa ia merasa dipermainkan. Dan saat ini Rayyan masih bicara dengan nada bercanda seperti itu? dia memang benar-benar tidak menghargai perasaan Khayana.
"yang. Itu tadi Cuma main game. Kamu salah paham yang. Mereka Cuma kasih chalance ke aku karena aku kalah. Ya udah aku cium deh si Camelia." Rayyan mencoba menjelaskan. "aku Cuma main Dare or Dare."
"bohong, itu cuman alasan lo aja kan?" Ucap Khayana dengan suala yang menahan tangis. Tadi saat Rayyan mencium Camelia, gadis itu tampak menggeliat senang. Yang lebih menyakitkan lagi Camelia membalas ciuman Rayyan dengan mesranya. Rayyan Nampak tidak menolak sedikitpun saat Camelia menciumnya. Sudah sejak lama Camelia jatuh hati pada Ray, bahkan ia pernah melabrak Khayana saat tau dirinya berpacaran dengan Rayyan.
"nggak yang. Sumpah!!" kalimat Rayyan penuh penekanan. Raut wajahnya kini sudah tak biasa. Karena ternyata Khayana benar-benar marah dan cemburu. "aku nggak suka sama si Camelia, dianya aja yang kegatelan ngejar-ngejar aku terus."
"harusnya lo bisa menghindari dia, tapi lo seneng kan dikejar-kejar Camelia?"
"terus aku harus gimana yang? Aku yang kena dare nya, jadi aku harus menerima tantangan itu. itu semua ulahnya di Rangga yang. Kalo kamu nggak percaya kamu boleh tanyain sama si Aldo dan Boy."
"kamu bohong Rayyan." Khayana tak bisa menahan tangisnya lagi. Apalagi setelah Camelia melayangkan senyuman kemenangan padanya saat berpapasan tadi. Khayana langsung berlari ke kelasnya meninggalkan Rayyan diperpustakaan.
"yang." Teriakan Rayyan tak dihiraukan lagi oleh Khayana. Rayyan menatap lekat punggung Khayana yang mulai menjauh. "sial banget sih gue, baru aja bahagia, udah ada lagi masalah." Rayyan mengacak rambutnya frustasi. Khayana kalau sudah marah susah untuk membujuknya. Apalagi tadi Khayana benar-benar melihat dengan mata kepalanya saat Rayyan mencium Camelia.
Sesampainya dikelas Khayana langsung duduk dibangkunya dengan perasaan marah dan kecewa. Ia tak menghiraukan Rayyan yang terus memanggil namanya. Khayana menangis sesenggukan sambil menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangan.
***********
Khayana sedang menunggu seseorang didepan gerbang sekolah. Yang jelas itu bukan Rayyan. Karena Khayana masih marah akibat kejadian beberapa jam yang lalu saat jam istirahat. Baginya Rayyan sudah mempermainkan perasaaannya. Lihat saja saat ini! bahkan Rayyan tidak berusaha untuk menemuinya dan meminta maaf. Laki-laki macam apa itu?
Tiba-tiba mobil Kinan mendekat kearahnya. "ayo gue antar pulang." Ucap Kinan menawarkan tumpangan.
"duluan aja, gue lagi nunggu sopir."
"hm. Rayyan maksudnya?" tanya Kinan.
"berisik..!" bentak Khayana penuh penekanan. Kinan langsung menutup mulutnya rapat-rapat ini artinya Kinan sudah melakukan kesalahan. Kinan baru ingat kalau Khayana sedang marah pada Rayyan.
Mendengar nama Rayyan disebut, mood nya langsung berantakan. Ia masih kesal, apalagi saat melihat adegan Rayyan mencium Camelia di kelas.
Kinan tahu Khayana sedang tidak baik-baik saja. Jika terus bicara, Kinan bisa jadi korban Bad Mood pacar Rayyan ini. "yaudah gue duluan ya." Kinan lalu pergi saat ucapannya tidak dijawab. Itu artinya Khayana sedang sangat marah.
Disudut tempat parkir ada Rehan yang sedang memperhatikan Khayana dari kejauhan. Rehan tahu Khayana sedang bersedih. Dia benar-benar marah saat mendengar Rayyan melakukan hal itu pada Khayana. Dia tahu betuh Khayana sangat mencintai Rayyan. Khayana tetap mempertahankan cintanya meskipun Rayyan pernah melakukan kesalahan.
Rehan tersenyum tipis. Ia memakai helmnya dan membawa motornya menuju Khayana. Mungkin dirinya tidak akan pernah bisa mendapatkan hati Khayana, tapi dirinya bisa menjaga Khayana disaat sedang terluka. Pikirnya.
Karena mencintai tidak harus memiliki bukan?
Meskipun dia tidak bisa berada didekat Khayana setiap saat, tapi setidaknya dia akan selalu ada disaat Khayana sedang membutuhkan.
Awalnya Khayana ingin memesan taksi online. Karena mungkin menurutnya pak Tedy sopir kantor bundanya akan telat karena ada urusan. Namun ia mengurungkan niatnya saat melihat mobil jemputannya sudah tiba.
"lama amat pak jemputnya?" tanya Khayana, dia sudah menunggu hampir tiga puluh menit.
Namun pak Tedy tidak menjawab pertanyaan Khayana, bahkan dia tidak membukakan pintu untuk anak majikannya itu. jendela mobil pun tidak dibuka sama sekali.
Khayana merasa ada yang aneh. Ia mengamati mobil itu sebentar. Ini benar mobil dari kantor bundanya atau bukan? Batin Khayana bertanya-tanya. Ia mulai cemas.
Beberapa hari yang lalu, mama Rayyan mengatakan padanya untuk selalu waspada. Karena boleh jadi pembunuh ayahnya masih mengincar Rayyan. Bukan tidak mungkin jika mereka akan mengincar Khayana juga. Apalagi mereka bersekolah di sekolah yang sama.
"ini beneran pak Tedy bukan sih?" tanyanya dalam hati.
Akhirnya Khayana memberanikan diri untuk mengetuk pintu mobil yang gelap itu. "pak.. pak Tedy?"
"..." taka da jawaban. Pintu mobil masih belum dibuka.
"pak!! Pak Tedy.. pak Tedy."
"pak Tedy!!!" khayana mulai menaikkan oktav suaranya. Perasaan takut bercampur aduk dalam benaknya. Sekolah saat ini sangat sepi, semua siswa sudah pulang hanya beberapa kelas yang masih terisi. Ia mulai menyesal tidak menerima tawaran Kinan tadi.
Tiba-tiba, pintu mobil bagian belakang terbuka secara otomatis. Khayana menelan ludah. Tidak bisa dipungkiri bahwa dirinya saat ini takut. Ia memberanikan diri untuk menengok kedalam. Matanya membulat saat tidak melihat siapa-siapa didalam mobil itu. bahkan tidak ada sopir di kursi kemudi.
"pak Tedy?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back (KARAY)
RomanceKhayana Syakir : NYAWA HARUS DIBAYAR NYAWA "Kenapa dunia ini begitu sempit? Kenapa harus dia?" Seharusnya aku bunuh dia, nyawa harus dibayar dengan nyawa. Tapi kenapa? Kenapaaa.. Kenapa? Kenapa aku begitu bodoh. AKU HARUS BALAS DENDAM." Rayyan Kh...