chapter 20

15 3 0
                                    


Kay baru saja turun dari mobilnya, setelah semalaman ia merenung memikirkan segala sesuatu dan sesekali menangis. Entah sudah berapa banyak air mata yang gadis itu keluarkan hanya karna seseorang. siapa lagi kalau bukan Rayyan masa lalu indahnya. yang selalu menghantui pikiranya. Bahkan setelah Aldo mengajaknya menjenguk Ray dan akhirnya ia bertemu lelaki itu dirumah sakit pikiranya masih belum bisa berpikir dengan jernih. Ini memang payah, tapi begitulah kenyataanya. Cowok bernama Rayyan memang sudah sangat mengganggu fokusnya saat ini. bahkan dirinya baru sadar bahwa ia sudah meninggalkan sahabatnya Kinan, saat pulang sekolah waktu itu. Dan bodohnya Kinan sampai kecelakaan dirinya pun tak tau. Ia baru menjenguk saat Kinan sudah berada dirumah. Karna kekejamanya meninggalkan Kinan akhirnya ia harus merasa kesepian disekolah pagi ini, tanpa Kinan. Tanpa kebisingan dan ocehan. Agak aneh rasanya bila pagi hari tiada Kinan disekolah.

Dengan malas Kay melangkahkan kakinya untuk keluar dari lahan parkir sekolahnya. "Kay.." panggilan dari seseorang menghentikan langkahnya. Ia menoleh kearah sumber suara. Dan sontak saja mood nya berubah drastis.

"tunggu dulu" Rehan menarik tangan Kay "lepasin..." bentak Kay sambil menghempaskan tangan besar itu.

"ada yang salah disini, dan lo harus jeli mencerna sesuatu.." Rehan menatap Kay dingin..

"maksud kakak apa?" Kay mengerutkan keningnya. Sementara Rehan hanya tersenyum samar. "Hhhh,, Kay,, Kay" ia mengusap kepala gadis itu. "tambah lucu deh lo kalo lagi gitu" tawanya terdengar samar-samar.

"udah biasa aja litanya, lo nggak pantes marah kayak gitu" Rehan terus bicara sambil tersenyum-senyum dan tertawa kecil. "lo marah kan? Lo kira gue ngelakuin itu lagi?"

Mata Kay mebulat sempurna, "terus apa kalo bukan kakak!!!" Kay memundurkan langkahnya menjauhi Rehan. "jawab kak,, aku nggak nyangka kak Rehan bisa sekeji itu, inget kak itu semua nggak baik"

"yatuhaan, ternyata Kay Kay gue sekarang udah besar, udah pinter ngomong nya" Rehan mencubit pipi menggemaskan itu. "tapi saayang sekarang dia jadi monster kayak Kinan hehe"

"lepasin!!1" Kay menghempaskan tangan itu dan dengan sigap Rehan mempertahankan posisinya dan mencengkram tangan Kay. "kenapa? Lo takut sama gue sekarang?" Kay menunduk.

"Kay itu bukan gue, mana mungkin gue lupa sama semua nasehat malaikat kecil gue ini" Rehan mengusap wajah itu dengan lembut. "beneran?" terdengar suara lirih dari mulut mungil itu dengan tatapan dalam dimatanya. "bener Kay,, Kinan udah jelasin semuanya. Dan itu bukan gue"

"terus kenapa.." Rehan langsung menutup mulut Kay dan membuat ucapanya terhenti. "kenapa Rayyan celaka? Lo pikir gue segila itu? Gue nggak bodoh Kay!!!" Rehan melepaskan tanganya dan melingkarkanya didada.

Raut wajah Kay agak sedikit lega. Setidaknya bukan Rehan. Dan lelaki didepanya ini memang sudah berubah. Sementara wajah Rehan terlihat sangat sumringah setelah melihat Kay tak lagi acuh padanya. Namun yang menggelayuti pikiran Kay sebenarnya adalah bukan tentang itu. Karna yang dipikirkan sebenarnya adalah Rayyan yang terluka, kenapa harus dia? "Rayyan"

****

Setelah jam pelajaran selesai Kay terlihat sangat lega. Semua materi pelajaran yang dipelajari dikelas tadi terasa sangat menjengkelkan. Tak ada yang bisa ia serap. Memang tak ada yang menarik untuk dibahas saat ini. apalagi harus mencerna pelajaran-pelajaran itu.

"Kay, Kinan kemana" terlihat Aldo sudah berdiri tegap dihadapannya sekarang, sontak saja itu membuat Kay kaget. Entah kenapa semua orang terasa sangat menyebalkan. Tidak ada Kinan sekarang Aldo yang menggantikan posisinya sebagai orang menyebalkan di jam istirahat. "

"ngagetin aja lo!!!" Kay mengelus dadanya kasar. "hehe" sementara orang dihadapanya hanya nyengir kuda seolah tak punya dosa. "Kinan.. Kinan dimana?" Aldo mengarahkan pandanganya kedalam kelas dan mencari sosok orang yang dicarinya.

"Kinan nggak masuk, dia sakit"

"apaaa!!!" raut wajah Aldo langsung berubah kaget. "sakit apa dia??"

"kakinya sakit karna keserempet motor"

Aldo memutar bola matanya keatas. "keserempet motor... kapan?" ia seperti sedang mengingat sesuatu dengan berpikir keras. "pas pulang sekolah.." jawab Kay singkat. "pulang sekolah??/" Aldo menatap keatas plafon. "kok gue nggak tau?"

"gue aja baru tau,, " Aldo terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu, ia bengong seketika. "Doo.. Aldo, lo kenapa?" Kay melambaikan tanganya ke wajah Aldo. "ehh nggak papa, kantin yuk!!" ajaknya.

"la yang lain kemana kok nggak bareng?" tanya Kay menanyakan Rangga dan yang lain. Namun ekspresi Aldo seperti tidak suka. ia memalingkan wajahnya. "lagi pada sibuk, ada urusan paling.. yuk sama gue aja" Aldo menggandeng tangan Kay. Kay pun mengikuti langkah Aldo dibelakang. "lo nggak papa kan Do??'"

"nggakk>>"

Dari kejauhan Boy yang melihat mereka berdua mengepalkan tanganya. "bener-bener gila si Aldo sekarang." Ia menggelengkan kepalanya geram.

"lo kenapa Boy?" tanya Rangga heran.. "liat sahabat lo,, dalam keadaan kayak sekarang bisa-bisanya dia begitu" ucap Boy sambil menunjuk ke depan. Mata Rangga mengikuti arah telujuk Boy. "anjiirrr..." Rangga langsung meradang. "dasar gila,, ini semua gara-gara si cewek iblis itu" Boy memutar bola matanya jengah.. "maksud lo Kay???" Boy merasa tidak percaya dengan ucapan Rangga barusan, bahkan ia sampai menarik kerah baju Rangga. "bukan tolol, masak lo lupa,, siapa lagi kalo bukan cewek sialan itu.." Boy semakin heran dan tak mengerti dengan ucapan Rangga. "lo bakal tau nanti..." Rangga meninggalkan Boy yang masih bingung mematung ditempatnya. Apa maksud Rangga?

***

Bukkkkk sebuah pukulan melayang diwajah Aldo. "udah gila lo ya??"

Aldo menyentuh pipinya yang lebam. "apa-apaan lo?" tanya Aldo heran.

"masih belagak bego lo ya?/ mau kemana lo hah??" Rangga dengan kasar mendorong tubuh Aldo."kampang!!! maksud lo apa Ngga? Gue mau masuk." Rangga menyeret tubuh Aldo dan menempelkannya ke dinding.. "apa maksud lo sih Do? Gue nggak habis pikir sama lo,," tanya Rangga kesal. "justru gue yang harusnya nanya Ngga, salah gue apa? Sampe lo ngehajar gue kayak gini?" Hhhh Rangga mengempaskan tanganya. "ngapain lo deketin Kay sekarang? Apa gara-gara cewek sialan itu udah nolak lo terus lo bales dendam? Jangan bego Do,, dia lagi ngacak-ngacak pikiran lo, dia itu ibliss"

"hhaha loo salah pahan Ngaa, lo jangan bawa-bawa dia lagi disini. Sekarang gue mau nengok Ray" Aldo meninggalkan Rangga. "jangan bikin gue emosi disini, inget ini RUMAH SAKIT!!" Aldo mempertegas kalimatnya. "lo tenang aja, gue nggak se bego yang lo kira Rangga"

Sekarang Aldo paham Kay adalah orang yang dimaksud oleh Ray waktu itu. Dan soal Rangga yang kesal padanya itu hal biasa. Apalagi sudah menyangkut soal perempuan itu. Itu semua membuat kepalanya terasa pusing. Ia jadi semakin mantap untuk melanjutkan rencananya.



selamat membaca,, jangan lupa vote nya..

komen jika ada yang kurang pas dalam penulisannya.


maaf yaaa..

Come Back (KARAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang