Betapa terkejutnya Khayana saat menyadari ternyata saat terbangun ia berada dikamar yang cukup besar, dirinya benar-benar tidak tau apa yang sudah terjadi. Seingatnya ia berada di gudang sekolah saat jam istirahat. Saat ini, dia sedang diawasi oleh dua orang pria di depan pintu kamar.
Ini benar-benar nyata, seharusnya Khayana di gudang. Ia berusaha mencari ponselnya tapi tidak ada di kamar ini. dimana ponselnya sekarang? "yatuhaan? " keluhnya frustasi.
Setiap sudut ruangan sudah ditelusutinya, awalnya ia ingin kabur lewat jendela, tapi saat melihat ke luar ia baru menyadari sepertinya dia berada di gedung yang tinggi. Ini pasti sebuat hotel atau apartemen. Pikirnya menduga-duga.
Tidak ada jalan keluar selain pintu. Tapi bagaimana caranya melewati pintu sementara diluar sudah dijaga ketat? Khayana mengacak rambutnya. Saat ini dia benar-benar tidak bisa berfikir.
"bundaa tolongin Kay.." rengeknya pada bundanya yang sekarang sedang berada di London.
Siapa yang bisa membantunya sekarang? Bagaimana caranya meminta pertolongan jika ponselnya saja sudah hilang? Para sahabatnya? Tidak mungkin bisa meminta bantuan mereka jika tidak bisa menghubungi.
"beres Bos, semuanya aman."
"......"
"tenang aja bos, cewek itu nggak mungkin bisa kabur dari sini."
"bagus, tunggu intruksi dari gue, dan jalanin rencana selanjutnya."
"baik bos, kita tunggu rencana selanjutnya dari bos. Dijamin semuanya beres." Ucap salah satu penjaga di luar sana sambil mengangguk pertanda paham dengan apa yang diperintahkan.
Khayana mendengar pembicaraan telvon mereka, meskipun dirinya tidak bisa mendengar perintah orang yang menelvon itu. sudah bisa disimpulkan jika ini adalah penculikan, dan si penculik pasti sedang merencanakan sesuatu untuk melancarkan aksi kejahatannya. Pikiran Khayana mulai melalang bulalang tak karuan.
"gue harus bisa kabur dari sini." Pikirnya.
Setelah beberapa saat mencoba dan akhirnya berhasil keluar, Khayana merasa bingung karena banyak lorong-lorong disini. Ini benar-benar sebuah gedung apartemen, tapi rasanya Khayana seperti tidak asing dengan tempat ini. ia mengingat-ingat, siapa tau dirinya pernah kesini.
Ah, tidak penting baginya apakah pernah kesini atau belum, yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya kabur dari sini sebelum dua orang jahat itu mengejarnya.
Khayana tersenyum lebar setelah menemukan Dion yang berada di sudut lorong terlihat sedang berbincang dengan seseorang. Ia mengingat Dion karena beberapa kali mereka pernah bertemu.
"Dion?"
Ya, dia ingat Dion adalah saudara Milea. Milea yang pernah mengajaknya ke tempat ini menemui Dion.
****
"lepasin gue bego!"
"dasar cowok murahan! Siapa juga yang mau sama kalian?"
Rangga dan Boy terlempar ke tanah dengan sekali hempasan. Mereka berdua sempoyongan seperti masih ada dalam ruangan yang dimeriahkan dengan music dugem yang tadi mereka nikmati.
"gila ni cewek apa mak lampir?" tanya Boy yang kesakitan karena tangannya terpentok tembok.
"ini namanya kekuatan L*cinta L*na." ucap Rangga sambil meringis membayangkan sosok yang baru saja disebutnya tadi.
"hhaha pantesan aja si Ray nggak mau, baru kencan sehari aja Rayyan langsung muak."
"iya, takut pisangnya beradu.." whahahahaha ... mereka berdua tertawa terbahak-bahak setelah membayangkan itu.
"Rayyan."
"Khayana."
Kedua orang yang baru saja dipisahkan itu langsung berpelukan dan melepaskan kerinduannya masing-masing. Aldo hanya menggeleng, ia tahu Rayyan tidak benar-benar mengiginkannya. Dia hanya masih hanyut dalam ilusi dan hayalan bodohnya karna efek minuman laknat itu.
Rayyan memeluk dan mencium gadisnya, kerinduannya pada sosok Khayana seperti di luapkannya pada malam ini.
Sementara Camelia tersenyum puas saat Rayyan membenamkan wajahnya ke leher jenjangnya.
"Camel udah cukup!" bentak Aldo yang sudah sangat kesal karena Camel benar-benar memanfaatkan kesempatan saat Rayyan sedang mabuk berat.
Rangga berusaha menarik dan melepaskan pelukan Rayyan dengan Camelia. "udah lepasin! Gue jijik litanya."
"nggak sayang, kamu nggak boleh pergi. Temenin aku malam ini!" seru Rayyan saat pelukannya dilepaskan dan badannya diseret ke mobil oleh sahabatnya. "sayaaaang.. asdfghjkzxcvbgdsdfgh...." Rayyan terus bicara ngelantur seperti orang gila saat orang lain mencoba memisahkannya dari perempuan yang dilihatnya sebagai Khayana itu.
Rayyan memberontak dan berlari pada Camelia. Kembali memeluk dan mencumbu gadis itu lagi. Sementara Camelia tersenyum puas karena sedetik lagi tujuannya akan segera tercapai, ia tersenyum sambil membalas pelukan Rayyan.
"Rayyan!!"
Khayana turun dari mobil Dion dengan masih mengenakan seragam sekolah. Wajahnya Nampak kusut seperti orang putus asa. Air mata sudah membanjiri pipinya saat ini. melihat Rayyan lagi-lagi bermesraan dengan gadis lain, hatinya hancur. Sementara dirinya berjuang menyelamatkan diri dari penculikan, Rayyan malah melakukan hal menjijikan di tempat seperti ini.
Khayana membuang muka saat melihat tindakan Rayyan yang semakin agresif. Dan wajah Camelia yang menyiratkan senyum kemenangan untuknya sudah cukup memberinya penjelasan.
Sementara sahabat-sahabat Rayyan yang lain mencoba menarik Rayyan dan memaksanya masuk mobil, Aldo berinisiatif untuk menjelaskan pada Khayana bahwa semua ini tidak seperti yang di lihatnya. "Kay ini semua salah paham, gue bisa jelasin. Rayyan tadi Cuma.."
"udah nggak perlu ada penjelasan apa-apa lagi!" Khayana memecahkan tangisannya. Awalnya ia ingin bersikap tegar dan tegas menghadapi ini, tapi ternyata dia tidak mampu.
Hikss hiks... isak tangis Khayana semakin membuncah..
"lo nggak papa Kay?" tanya Dion yang baru saja kembali setelah ijin membeli minuman di minimarket terdekat.
"anterin gue pulang Yon!" Khayana memasuki mobil dan mengalihkan pandangannya ke sebrang jalan yang berlawanan dengan klub itu.
Sepanjang jalan Khayana terus menangis meratapi nasibnya. Dia benar-benar tidak habis fikir kenapa Rayyan bisa melakukan ini padanya.
Jujur saja Khayana masih mencintai Rayyan, meskipun semua yang sudah dilakukan Rayyan padanya, Khayana tetap mencintai laki-laki itu. itulah yang membuatnya semakin sakit.
"Kay?"
Didepan rumahnya sudah ada Kinan dan Milea yang menunggu kedatangannya. Khayana turun dari mobil Dion dan langsung memeluk Kinan.
"Kinan. Hikssss.." ia tumpahkan semua air matanya saat ini.
"lo kenapa Kay?" Kinan panik melihat sahabatnya pulang dalam keadaan seperti ini.
"Nan, sebaiknya lo bawa dia ke dalem suruh dia istirahat!" ucap Dion.
"apa yang terjadi sama dia Yon?" tanya Milea penasaran, sepupunya menelvonnya saat dia dan Kinan sedang sibuk mencari keberadaan Khayana. Dion menyuruhnya ke rumah Khayana dan menunggu disana.
"gue juga nggak tau, dia ada di apartemen tadi dan minta tolong dianter pulang." Jawab Dion dengan wajah datar.
"ayo Kay masuk!" ajak Kinan.
Hhhhuaaaaahhhhaaaa....
Khayana justru semakin kencang menangis, membuat ketiga orang yang berada disana semakin Khawatir. Terutama Kinan. "gimana ini? kenapa dia nangis terus?" seru Kinan.
"ya mana gue tau Nan.." kata Milea sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Yon kenapaaaaaa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back (KARAY)
RomanceKhayana Syakir : NYAWA HARUS DIBAYAR NYAWA "Kenapa dunia ini begitu sempit? Kenapa harus dia?" Seharusnya aku bunuh dia, nyawa harus dibayar dengan nyawa. Tapi kenapa? Kenapaaa.. Kenapa? Kenapa aku begitu bodoh. AKU HARUS BALAS DENDAM." Rayyan Kh...