Biarkan perasaanku menjadi rahasia yang aku tutup rapat. Tidak perlu seorangpun untuk tahu. Aku takut mereka akan bereaksi berbeda saat mengetahui perasaanku.
***
"Gimana keadaan kamu dan Yuna?" tanya seorang wanita paruh baya di seberang sana melalui sebuah benda elektronik.
"Soobin disini baik-baik aja, Yuna juga." jawab Soobin dengan tangan kanan memegang ponsel yang ia tempelkan di telinganya.
"Mama rindu kalian." lirih wanita itu.
"Kita juga pengen mama cepet pulang." Soobin terlihat sedih.
"Nanti kalo pekerjaan mama udah selesai mama bakal langsung pulang nemuin kalian. Kalian di sana jaga diri baik-baik. Mama tau anak mama kuat kok." nasihat wanita itu lembut.
"Iya."
Sudah sejak tiga tahun ini. Mamanya Soobin bekerja di luar kota dan jarang pulang. Karena jarak tempat kerja dengan rumah jauh, sehingga pulang terkadang hanya beberapa bulan sekali.
Soobin sudah terbiasa dengan semua ini. Jujur ia rindu saat mamanya hanya menjadi seorang ibu rumah tangga yang hanya mengurusnya dan Yuna.
"Yuna dimana? Mama pengen bicara sama Yuna." titahnya.
"Yuna! Yun!" Soobin berteriak memanggil Yuna agar gadis itu segera datang kepadanya.
Tidak ada sahutan dari Yuna. Soobin mencoba memanggil Yuna berkali-kali namun tetap tak ada jawaban.
Terdengar helaan nafas kecewa karena tidak bisa bicara dengan anak bungsunya. "Yaudah, nanti mama telepon lagi. Mama cuma pesan jagain adik kamu. Mama sayang kalian."
"Kita juga sayang mama." Soobin mematikan panggilan teleponnya. Lantas ia memutuskan untuk ke kamar Yuna guna mencari keberadaan gadis itu.
Soobin membuka pintu kamar Yuna perlahan. Ia melihat Yuna yang duduk sambil menidurkan kepalanya di meja belajarnya.
Soobin membuka tirai jendela kamar Yuna. Jam menunjukkan pukul lima sore. Soobin menghela nafas pelan. Ia heran, tidak biasanya Yuna tidur jam segini.
"Yun..bangun. Pindah gih, ke kasur." kata Soobin pelan sambil mengelus kepala adiknya agar terbangun.
Yuna tidak bereaksi. Gadis itu terlihat nyenyak dalam tidurnya sehingga Soobin mengurungkan niatnya untuk membangunkan Yuna. Apalagi Yuna terlihat kecapean.
Soobin menggendong Yuna dalam dekapannya dan menidurkan adiknya di kasur. Ia menyelimuti Yuna. Soobin menatap nanar Yuna yang tengah terpejam. Ia tahu bahwa selama ini banyak sekali hal buruk yang menimpa Yuna walaupun Yuna selalu menyembunyikannya dibalik senyuman.
Tidak sengaja, mata Soobin menangkap sebuah buku diary yang terbuka di atas meja belajar Yuna. Soobin menghampiri buku itu. Sepertinya Yuna tertidur saat sedang menulis.
Soobin membaca sesuatu yang baru saja Yuna tulis. Soobin menatap tulisan itu tidak percaya. Yuna menuliskan setiap kejadian yang ia alami dengan detail. Soobin merasa ia kakak paling bodoh di dunia ini. Bagaimana bisa ia membiarkan Yuna mengalami masalah seberat ini tanpa pernah bisa membantu mengurangi sedikitpun masalah Yuna.
Soobin juga sedih karena Yuna tak pernah mau berbagi kisah dengannya. Yuna tak pernah bersikap terbuka pada Soobin. Soobin tau Yuna melakukan hal itu agar Soobin tak menghawatirkannya. Tetapi, Yuna salah. Hal itulah yang membuat Soobin semakin terluka.
Sebenarnya sudah sekian lama Soobin tau semua tentang Yuna. Soobin tau tentang pembullyan Yuna di sekolahnya. Ryujin yang menceritakannya. Tapi apa yang bisa Soobin lakukan? Yuna terus memaksa Soobin agar tidak ikut campur dengan masalahnya. Hal itulah yang membuat Soobin tak bisa melakukan apapun. Yuna berdalih bahwa ia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Namun, nyatanya masalah Yuna tak pernah terselesaikan. Yuna masih saja mengalami kejadian tak mengenakkan seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Historia De Amor (TXT ITZY) Selesai✅
FanfictionKisah cinta 5 cowok ganteng dengan 5 cewek cantik baru dimulai. Siapa bilang jatuh cinta itu mudah? Mereka melalui banyak lika liku kisah hingga akhirnya bertemu cinta mereka yang sesungguhnya. High Rank : #1 in Kpoplovers [13/11/19] #5 in Midzy [...