Tiga Puluh - Sejujurnya

988 66 7
                                    

Jika menjauh dariku adalah keputusan yang terbaik bagimu, aku tidak masalah selagi itu bisa membuatmu bahagia.

***

"Maaf ya kali ini kita nggak bisa pulang bareng." kata Hueningkai.

Ryujin mengernyitkan dahinya bingung. "Lagi? Kemarin juga katanya nggak bisa?"

Hueningkai tidak menjawab. Perkataan Beomgyu masih terngiang di kepalanya. Ia masih tidak yakin apakah ia memang sudah jatuh cinta dengan Ryujin? Hueningkai berpikir menjauhi Ryujin adalah pilihan yang terbaik. Ia tidak ingin melanggar aturan yang ia buat sendiri. Terlebih lagi ia tidak ingin cinta akan membuat impiannya hancur. Ia hanya memusatkan pikirannya pada satu hal, yakni belajar.

Hueningkai sama sekali tidak pernah memberi sedikit pun cela dalam hatinya untuk cinta. Namun, ia sadar sekeras apapun ia mencoba menghalanginya, saat cinta sudah masuk, ia tidak bisa melakukan apapun. Karena jatuh cinta diluar kendalinya.

"Gue ada perlu."

"Perlu apa?" tanya Ryujin kepo. Ia tentu tidak akan percaya dengan jawaban Hueningkai. Masa iya ada perlu setiap hari?

"Pokoknya ada." kata Hueningkai seadanya. Ia kesulitan mencari alasan untuk membohongi Ryujin.

"Katanya kalo aku belajar 20 menit kakak bakalan nganterin aku pulang?" Ryujin mengingatkan Hueningkai tentang perkataannya tempo hari.

"Belajar itu buat diri lo sendiri. Jangan pernah belajar karena terpaksa supaya dianterin gue pulang. " papar Hueningkai.

Ryujin mengangguk. Perkataan Hueningkai memang ada benarnya. Tak seharusnya ia belajar dengan niat seperti itu. Belajar harus ia lakukan dengan hatinya guna mendapatkan ilmu.

"Iya kak aku tahu. Tapi kan kalo bareng Kak Kai jadi irit duit buat naik angkot." jujur Ryujin. Ia tidak pernah malu mengatakan apa yang ia pikirkan. Ia senang menjadi dirinya sendiri.

Hueningkai menghembuskan nafas panjang. Susah sekali rasanya membuat Ryujin mengerti. Cewek itu terus mengintrogasinya.

Hueningkai hanya butuh waktu untuk menjauh sejenak dari Ryujin. Ia berharap dengan hal itu ia bisa menghilangkan perasaannya untuk Ryujin.

Ryujin tampak berpikir sebelum kemudian dengan ragu mengatakan. "Kakak ngejauhin aku ya?"

Hueningkai terbatuk mendengar pertanyaan Ryujin. Ia terkejut karena apa yang Ryujin katakan memang benar. Hueningkai diam dan sibuk memikirkan jawaban yang akan ia keluarkan. Ia harus menjelaskan mulai dari mana?

"Tuh kan beneran. Kok Kak Kai diem aja?" kata Ryujin sedih.

"Nggak gitu." sangkal Hueningkai segera.

"Terus kalo nggak gitu apa? Apa aku punya salah ke Kak Kai?"

"Lo nggak salah apa-apa kok."

"Kak Kai belakangan ini beda banget." ujar Ryujin.

Hueningkai menaikkan sebelah alisnya. "Beda gimana sih?"

"Kayak lebih cuek gitu. Terus Kak Kai juga ngehindar dari aku."

"Perasaan lo aja kali."

Ryujin menggeleng. "Nggak, emang ini faktanya." katanya yakin.

"Nggak ada yang kayak gitu." Hueningkai mencoba meluruskan apa yang tengah dipikirkan Ryujin. Ia tidak ingin Ryujin salah paham padanya. Tetapi ia juga sadar, ini memang salahnya. Wajar jika Ryujin berpikir seperti itu.

"Kak Kai bikin aku sedih tau dengan bersikap kayak gini. Aku udah nganggap Kak Kai sebagai teman aku. Tapi sekarang Kak Kai malah ngejauhin aku." terang Ryujin.

 Historia De Amor (TXT ITZY) Selesai✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang