Dua Puluh Sembilan - Bahagia dan Sakit (2)

1K 75 1
                                    

Tidak perlu berusaha tegar saat hati sedang gusar. Tidak perlu berpura-pura tersenyum padahal sedang muram. Terkadang menjadi lemah tidak seburuk itu.

***

Yuna berdiri depan gerbang sekolahnya. Sudah dua puluh menit ia berdiri disitu. Rasanya capek memang, namun ia dengan sabar menunggu seseorang yang akan datang menjemputnya.

Yuna tersenyum saat cowok yang ditunggunya sedari tadi telah sampai. Cowok itu membuka helmnya. Melihat wajahnya saja, seketika membuat Yuna merasa baik-baik saja. Untuk sejenak ia melupakan beberapa kejadian yang telah menimpanya tadi.

"Sorry nunggu lama." ucap Yeonjun sambil memberikan helm pada Yuna. Ia sama sekali tidak melihat Yuna. Belakangan ini sejak mereka jadian, Yeonjun sering menjemput Yuna di sekolahnya. Hal itu ia lakukan semata-mata agar Yuna tidak curiga.

Yeonjun memaksakan senyumnya. Ia merasa sangat berat melakukan kebohongan seperti ini. Ia sudah berusaha sekuat tenaga untuk menyukai Yuna, tetapi sayangnya bayang-bayang Yeji terus muncul dalam pikirannya.

Yuna menerima helm pemberian Yeonjun. Ia tetap menunjukkan senyumannya seolah tidak ada apapun yang terjadi.

Yuna berusaha menaiki motor Yeonjun. Ia mengaduh saat merasakan sakit di pergelangan kakinya. "Aduh." Yuna segera menutup mulutnya tidak ingin Yeonjun mendengarnya. Mungkin rasa sakit ini ia dapatkan saat Chelsea mendorongnya tadi. Herannya rasa sakitnya baru terasa sekarang.

Yeonjun segera menoleh pada Yuna. Ia akhirnya melihat wajah Yuna. Terlihat gadis itu tengah kesulitan menaiki motornya yang memang lumayan tinggi.

Yeonjun melepas helm yang ia kenakan. Ia turun dari motornya. Ia mengerutkan dahinya menatap Yuna.

Yuna menggigit bibir bawahnya. Ia takut jika Yeonjun melihatnya dalam keadaan berantakan seperti ini. Ia tidak ingin Yeonjun tahu tentang masalahnya ataupun nantinya mengadu pada Soobin.

"Pipi lo kenapa?" Yeonjun cemas. Pasalnya, pipi Yuna terlihat memerah seperti ada bekas tangan. Ia memperhatikan Yuna dari atas sampai bawah. Rok yang Yuna kenakan terlihat kotor di beberapa bagian. Seperti baru saja terkena tanah.

Yuna segera menutup pipinya dengan tangan. "Nggak kenapa-napa kok. Ayo pulang." Yuna mengalihkan pembicaraan, berharap Yeonjun akan melupakan pertanyaannya.

Yeonjun menyingkirkan tangan Yuna dari pipinya. Ia menaikkan sebelah alisnya. "Jangan bohong."

Yuna menelan ludahnya susah payah. Sepertinya ia sudah tidak bisa berbohong lagi. Ia melihat ke arah lain guna mencari alasan yang tepat untuk ia katakan pada Yeonjun.

"Jatuh." kata Yuna sekenanya.

"Mana mungkin?" Yeonjun tidak percaya dengan penuturan Yuna. Karena dari raut wajah yang Yuna tunjukkan, ia terlihat sedang berbohong.

"Iya ta....di ja..tuh terus nggak sengaja kena pipi." jawab Yuna gugup.

"Terus soal rok kotor ini bisa jelasin?" Yeonjun menunjuk rok Yuna.

"Kan jatuhnya di tanah."

"Lo yakin nggak lagi bohong? Bekas memerah di pipi lo itu kayak bekas tamparan?"

Deg! Bagaimana bisa Yeonjun dengan benar menebaknya? Yuna semakin kesulitan untuk menjawab. Karena memang apa yang dikatakan Yeonjun benar.

Yeonjun menghela nafasnya sejenak. Ia memegang pundak Yuna dengan kedua tangannya. Memang benar ia tidak bisa mencintai Yuna layaknya sepasang kekasih. Namun, ia memiliki rasa cinta pada Yuna sebagai seorang adik dan saat ini ia benar-benar sedang mencemaskan keadaan Yuna.

 Historia De Amor (TXT ITZY) Selesai✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang