Dua Puluh Empat - Menjauh (1)

1K 82 3
                                    

Terkadang aku menyesal dengan keputusan yang aku ambil. Mengapa aku membiarkanmu pergi?

***

"Emang bener ya kata orang, baik sama bodoh itu beda tipis." cibir Chaeryeong setelah mendengar cerita dari Yeji. Ia sudah menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan Yeji sejak tadi, lebih tepatnya setelah Yeji kembali entah dari mana. Yeji terlihat murung saat itu. Bahkan untuk tersenyum saja Yeji terlihat memaksakannya.

Yeji mau menceritakan masalahnya karena Chaeryeong yang terus mendesaknya. Awalnya ia ingin menyimpan masalahnya sendirian. Namun, sayangnya ia tidak bisa menahan air matanya untuk tidak menangis di dalam mobil.

"Lo itu terlalu baik atau terlalu bodoh sih?" komentar Chaeryeong tidak percaya dengan apa yang telah dilakukan sahabatnya itu. Mengorbankan cintanya? Omong kosong macam apa itu? Apa Yeji sudah gila?

Yeji hanya diam menangis sesenggukan sambil memeluk Chaeryeong. Ia sudah menghabiskan banyak tisu sehingga mengotori mobil Chaeryeong.

"Untung temen." Chaeryeong mengelus dadanya setelah melihat tisu berserakan dimana-mana.

"Jangan mikirin tisu Chae, gue lagi sedih nih. Huaaaa."

Chaeryeong mengelus punggung Yeji, mencoba menenangkan gadis itu agar berhenti menangis.

Yeji tidak menyalahkan siapapun dalam hal ini. Semuanya adalah salahnya sendiri. Ia yang memutuskan, wajar saja jika ia harus menerima akibatnya.

"Sebenernya lo itu nganggep gue apaan sih? Kok kayaknya lo ngerasa gue gak penting buat tau masalah lo?" tanya Chaeryeong kesal dengan sikap Yeji yang benar-benar tertutup. Harusnya Yeji lebih terbuka padanya. Sebagai seorang sahabat, Chaeryeong pun ingin membantu meringankan masalah Yeji. Namun sepertinya Yeji tidak mempercayainya.

Yeji hanya diam. Ia tau ia salah, ia pasrah dengan omelan Chaeryeong. Ia tidak pernah bisa terbuka dengan Chaeryeong. Ia terlalu malu jika berbagi masalah dengan orang lain. Disamping itu ia juga tidak ingin menyusahkan orang lain. Sehingga apapun masalahnya, Yeji berusaha untuk menyelesaikannya sendiri.

"Lo jadian sama kak Yeonjun aja gue nggak tau." Chaeryeong tersenyum meremehkan. Ia bingung dengan statusnya sebagai sabahat Yeji. Bahkan Yeji menyukai Yeonjun saja Chaeryeong tidak mengetahuinya.

"Maaf Chae." sesal Yeji.

"Berapa banyak lagi yang lo sembunyiin dari gue?"

"Cuma itu kok Chae." Yeji mengelap ingusnya yang keluar karena menangis.

"Kapan sih lo lebih terbuka sama gue? Gue ini sahabat lo kan? Apa lo nggak sepercaya itu sama gue?"

"Maafin gue. Gue ma...lu buat curhat masalah gue ke lo." jujur Yeji. Ia pasrah, Chaeryeong memarahinya seperti apapun ia akan mendengarkannya.

"Kenapa lo harus malu? Lo pikir karena lo selalu kasih pendapat setiap masalah gue jadi lo bisa menanggung masalah lo sendiri?"

"Bukan gitu. Gue hanya nggak pengen nyusahin lo."

"Kenapa? Gue gak ngerasa disusahin. Gue malah sedih ngelihat lo kayak gini. Andai gue gak maksa lo buat cerita, mungkin lo bakal diem aja kan?" kata Chaeryeong dengan mata yang berkaca-kaca.

Yeji mengangguk, "Gue janji gue nggak bakal kayak gini lagi." yeji menyeka air matanya namun air matanya sama sekali tidak bisa berhenti mengalir. Mengingat kejadian beberapa jam yang lalu saat Yeonjun menciumnya semakin membuat hatinya patah.

Chaeryeong menyeka air mata di pipinya. "Gue sedih lihat lo kayak gini. Yeji yang nggak pernah menangis karena cinta, hingga akhirnya harus menangis kayak gini. Gue dapat ngerasain sebesar apa rasa sayang lo sama kak Yeonjun."

 Historia De Amor (TXT ITZY) Selesai✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang