Dua Puluh Enam - Cinta Datang

1.1K 69 2
                                    

Jatuh cinta padamu di luar kendaliku. Aku tidak pernah menginginkannya namun aku juga tidak bisa menghindarinya.

***

Ryujin menyesap jus mangga pesanannya. Di depannya ada sebuah buku yang sedang ia baca. Belakangan ini ia memang selalu membaca buku setelah sepulang dari les. Hal itu karena syarat dari Hueningkai yang menyuruhnya membaca buku selama 20 menit jika ingin nebeng dengannya.

Ryujin menyanggupi permintaan Hueningkai. Daripada ia naik bus ataupun angkot yang tentu akan mengeluarkan uang, lebih baik nebeng Hueningkai yang gratis. Lumayan untuk mengirit pengeluarannya.

Awalnya Ryujin memang kerap mengeluh. Karena gadis itu anti dengan yang namanya membaca buku pelajaran. Baru lima menit membaca saja ia sudah menguap, entah kenapa kantuk menyerangnya begitu saja.

Namun kini, membaca buku seolah adalah rutinitas baginya. Ia mulai terbiasa menghabiskan 20 menitnya untuk membaca buku. Bahkan terkadang ia tidak sadar bahwa waktu sudah berlalu lebih dari 20 menit dan ia tetap membaca.

Hueningkai menyunggingkan senyumnya saat melihat gadis di depannya yang tengah terfokus dengan bukunya. Rencananya untuk membuat Ryujin berubah menjadi lebih baik telah terlaksana. Hueningkai tahu sebenarnya Ryujin itu bisa dibilang gadis yang pandai, hal itu terbukti karena Ryujin yang cepat sekali menyerap pelajaran yang ia pelajari. Hanya saja selama ini rasa malasnya yang terlalu besar hingga menyingkirkan rasa semangatnya.

Hueningkai menutup buku pelajaran biologinya. Ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah hampir satu jam mereka berada di cafe ini. Ia merasa sudah cukup untuk belajar kali ini.

"Ryujin ayo pulang." ajak Hueningkai.

Ryujin hanya melirik Hueningkai sekilas dan kembali terfokus pada buku di depannya. "Emangnya udah dua puluh menit ya kak?"

"Udah hampir satu jam."

Ryujin menutup bukunya. Mulutnya terbuka sempurna. "Woah! Beneran?" seru gadis itu antusias yang segera dibalas anggukan oleh Hueningkai.

Ryujin tersenyum. Sejak kapan ia lupa waktu hanya karena belajar? Ia juga sadar kini nilainya di sekolah kian meningkat, dari yang awalnya di bawah rata-rata menjadi di atas rata-rata. Ini semua berkat Hueningkai.

"Gue seneng ngelihat lo jadi rajin gini." puji Hueningkai.

Ryujin tersenyum malu. "Aduh tersanjung deh kak dibilang rajin."

"Jadi belajar itu seru kan?"

Ryujin berpikir sejenak, kemudian ia mengangguk. Jeda tiga detik, "Tapi lebih enak main game sih." katanya tertawa kecil.

"Yahhh.. Belajar masih nggak bisa ngalahin game ya?" tanya Hueningkai sedih.

"Bisa, kan buktinya sekarang aku lebih sering belajar daripada main game. Tapi kalo lebih seru sih jujur ya seru main game." papar Ryujin.

Hueningkai tertawa kecil. "Yaudah ayo." Hueningkai berdiri yang kemudian diikuti Ryujin. Mereka berdua berjalan beriringan menuju mobil Hueningkai yang terparkir tidak jauh dari sana.

"Besok masuk les nggak?" tanya Hueningkai, matanya terfokus pada jalanan di depannya.

"Iya kak, emangnya kenapa?" tanya Ryujin heran.

"Besok gue jemput."

Ryujin menoleh pada Hueningkai. "Hah? Beneran?" tanyanya riang. "Terus waktu belajarnya jadi nambah dong, jadi satu jam atau dua jam?"

Hueningkai terkekeh mendengar penuturan Ryujin. "Nggak pake kayak gitu, waktu belajarnya cuma dua puluh menit aja kok."

"Horee!" seru Ryujin senang layaknya seorang anak kecil yang baru saja dibelikan balon. "Jadi aku bisa ngirit duit dong. Lumayan lah bisa buat jajan hehe."

 Historia De Amor (TXT ITZY) Selesai✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang