Epilog

1.1K 71 2
                                    

Seorang pria memakai setelan jas hitam dengan memegang sebuah cincin di tangannya. Senyuman bahagia selalu menghiasi wajah tampannya. Ia menatap seorang gadis di depannya dengan penuh cinta yang mampu meluluhkan siapapun yang melihatnya.

Dengan lembut, pria itu mengambil tangan kiri gadis itu lalu memasangkan cincin di jari manisnya.

Gadis itu tersenyum senang melihat pria yang dicintainya akhirnya memperjelas hubungan mereka. Bukan lagi sebagai teman, sahabat, ataupun pacar. Namun lebih dari itu.

Kini bergantian gadis itu memasangkan sebuah cincin dengan bentuk yang sama seperti miliknya di tangan sang pria.

Hingga kemudian terdengar tepuk tangan penonton. Mereka semua bersorak bahagia atas momen yang membahagiakan ini.

"Selamat sayang." Rini, memeluk putri semata wayangnya. Ia tidak bisa menutupi rasa bahagianya saat melihat kini putri kecilnya telah dewasa. Ia terharu, bagaimanapun juga akan ada masa dimana ia akan melepas putrinya untuk membentuk sebuah keluarga sendiri.

Lia memeluk mamanya erat. Ia menangis bahagia malam ini. Harusnya di saat membahagiakan seperti ini tidak perlu ada air mata yang jatuh. Tapi ini berbeda, bukan air mata kesedihan namun air mata kebahagiaan.

"Selamat Soobin! Mama gak nyangka anak Mama udah besar." Sinta tersenyum, "Padahal dulu kamu sekecil ini." Sinta mengukur tinggi badan Soobin saat masih kecil dengan tangannya di pundak. Sebenarnya sudah berapa lama ia tidak memperhatikan pertumbuhan anak-anaknya? Tentu saja karena selama ini ia sibuk mencari uang. Sinta menjadi sedih, karena saat anak-anaknya tumbuh dewasa ia tidak berada disisinya.

"Makasih Ma." ucap Soobin kemudian ia memeluk mamanya, "Walaupun Mama menganggap aku udah dewasa tapi mama harus ingat aku tetap Soobin putra kecil mama. Selamanya takkan pernah ada yang berubah."

Mendengar perkataan Soobin, mata Sinta berkaca-kaca. Ia mengulas senyumnya, tentu saja Soobin tak akan pernah jauh darinya.

"Lihat, Soobin kalau pake jas gini ganteng ya kayak papanya." puji Rizal pada dirinya sendiri lalu ia terkekeh.

Soobin melepaskan pelukannya pada mamanya kemudian ia tersenyum melihat papanya. "Iyadong anak siapa dulu."

"Aku bahkan tidak yakin bahwa Soobin adalah anaknya. Benar-benar berbeda." cibir Sinta terkekeh.

Rizal menoleh pada istrinya, "Apa?"

Sinta menggeleng cepat, "Tidak! Tidak!"

Soobin dan Yuna tertawa kecil melihat mama dan papanya. Lucu sekali.

Yuna memeluk Soobin erat sambil mendongak melihat wajah Soobin. Yuna memasang wajah sedih, "Bang Soobin gak akan ninggalin aku kan?"

Soobin tertawa kemudian ia mencubit hidung Yuna hingga membuat gadis itu mengaduh kesakitan. Melihat tingkah adiknya yang imut membuatnya gemas. "Mana mungkin abang ninggalin kamu."

"Kalau abang udah nikah sama Kak Lia, abang bakal tetap peduli kan sama aku?" tanya Yuna memastikan.

Soobin mengangguk cepat. Menurut Soobin pertanyaan Yuna sangat konyol, tentu saja Soobin akan peduli pada Yuna sampai kapanpun karena ia menyayangi Yuna. Yuna memang manja jika dengannya, namun Soobin tak pernah mempermasalahkan itu. Ia malah senang melihat Yuna seperti ini. Mungkin Yuna bersikap begini karena selama ini keduanya begitu dekat. Mengetahui fakta kakaknya akan menikah, mungkin ada suatu kekhawatiran yang mengganggu Yuna. "Abang kan nikahnya masih dua tahun lagi."

Yuna mengangguk paham, tapi tetap saja ia merasa seperti akan kehilangan sosok superhero yang selalu melindunginya, "Tapi kan...."

"Ada Beomgyu kan?" Sela Soobin.

 Historia De Amor (TXT ITZY) Selesai✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang