Melupakanmu? Konyol. Sedetik pun aku tidak bisa berhenti untuk memikirkanmu.
***
Setelah kepergian Yuna, suasana yang semula canggung menjadi lebih canggung. Yeji dan Yeonjun, kedua sejoli ini sama-sama terdiam dan sesekali saling curi pandang satu sama lain. Tidak ada yang memulai percakapan terlebih dulu seolah tidak ingin membicarakan apapun. Padahal jauh dalam hati keduanya, mereka ingin mengobrol untuk sekedar berbagi cerita bagaimana mereka mampu melewati hari-hari menyedihkan tanpa bersama. Hari-hari yang hanya dipenuhi dengan rindu, rindu, dan rindu.
Yeji melihat pintu keluar yang dilewati Yuna tadi. Entah mengapa ia menjadi cemas. Apakah benar Yuna baik-baik saja?
Yeji memikirkan Yuna. Ia yakin tadi Yuna tidak mengatakan yang sebenarnya. Gadis itu hanya berusaha untuk terlihat kuat padahal didalam hatinya pasti rapuh. Yuna ingin melihat Yeonjun kembali bersama Yeji? Yeji tidak bisa mempercayainya. Tidak ada yang lebih sulit dari merelakan orang yang kita cintai bersama orang lain.
Yeji sadar ia dan Yuna bisa dibilang tidak terlalu dekat. Mereka jarang bertemu dan hanya beberapa kali saja bertemu. Namun bagi Yeji, Yuna ia anggap sebagai teman baiknya. Bagaimana bisa Yeji tidak mengkhawatirkan teman baiknya sendiri?
Yeji semakin khawatir. Apa yang sedang Yuna lakukan sekarang? Apakah gadis itu sedang menangis? Yeji jadi ingat dimana ia mengikhlaskan Yeonjun untuk Yuna. Saat itu selama berhari-hari Yeji terus menangis. Cinta memang sebucin itu.
Yeji adalah tipe orang yang suka mencemaskan banyak hal. Ia selalu memikirkan orang lain hingga terkadang lupa dengan kebahagiaan dirinya sendiri. Ia tahu apa yang ia lakukan salah, tapi Yeji bukanlah orang yang bisa bahagia diatas penderitaan orang lain.
"Apa kabar?" sebuah kalimat lolos dari bibir Yeonjun. Pertanyaan yang selalu mengganggu pikirannya. Ia ingin memastikan bahwa orang yang ia cintai baik-baik saja.
Perhatian Yeji kini teralih pada Yeonjun di depannya. Menyadari pertanyaan Yeonjun membuat Yeji menjadi gugup. "Ba..ik.." ucap Yeji terbata.
Sudut bibir Yeonjun terangkat. Ia menghela nafasnya lega. "Syukurlah."
Sudah lama Yeji tidak berbicara berdua saja dengan Yeonjun. Bahkan Yeji hampir lupa kapan terakhir kalinya mereka duduk bersama seperti saat ini. Mungkin inilah alasan mengapa sekarang Yeji merasa canggung. Padahal dulu sebelum berpacaran dan saat berpacaran rasanya tidak secanggung ini. Ataukah karena sekarang status mereka adalah mantan? Sehingga untuk berbicara mereka lebih berhati-hati agar tidak menyakiti satu sama lain. Lagi.
Yeji menunduk menghindari pandangan Yeonjun yang ditujukan padanya. Bukannya sombong atau apapun itu, Yeji hanya tidak ingin semakin melukai hatinya. Bahkan sampai sekarang rasanya Yeji belum bisa mempercayai bahwa ia dan Yeonjun bukanlah sepasang kekasih.
Yeji menggenggam kedua tangannya erat. Rasanya jahat jika ada seseorang yang menanyakan kabar kita namun kita tidak menanyakan kabar orang itu. "Dan Kakak?" tanya Yeji pelan hingga suaranya nyaris tidak terdengar. Perasaannya campur aduk antara canggung, malu dan juga rindu.
Yeonjun mengangguk paham dari melihat gerakan bibir Yeji. Itu saja sudah membuatnya senang. Sepertinya Yeji masih peduli padanya.
Yeonjun tidak ingin berbohong. Ia tersenyum simpul. "Buruk."
Seketika Yeji menatap Yeonjun dengan alis yang tertaut. Dalam hatinya ia bertanya-tanya tentang maksut ucapan Yeonjun barusan.
Seolah bisa membaca apa yang sedang Yeji pikirkan, Yeonjun segera menjawab kebingungan Yeji. "Bagaimana aku bisa bilang bahwa aku baik-baik saja jika sejujurnya aku sedang tidak merasa begitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Historia De Amor (TXT ITZY) Selesai✅
FanfictionKisah cinta 5 cowok ganteng dengan 5 cewek cantik baru dimulai. Siapa bilang jatuh cinta itu mudah? Mereka melalui banyak lika liku kisah hingga akhirnya bertemu cinta mereka yang sesungguhnya. High Rank : #1 in Kpoplovers [13/11/19] #5 in Midzy [...