Empat Puluh Tujuh - Bukan mimpi

993 68 5
                                    

"Setelah melewati manis dan pahitnya kehidupan, sekarang aku tau Bahwa kenyataan tidak selalu buruk."

***

"Yuna kok belum pulang sih Bin?" tanya Yeonjun pada Soobin di sebelahnya.

"Gak tau, tapi belakangan ini Yuna pulangnya selalu telat." jawab Soobin.

Sekarang Yeonjun sedang berada di rumah Soobin. Yeonjun belum menyerah untuk berbicara pada Yuna. Penolakan dari Yuna tidak membuat semangatnya mengecil. Yeonjun berpikir bagaimanapun ia harus mendapatkan maaf Yuna. Walaupun itu terdengar mustahil.

"Bin kenapa Yuna gak lo jemput aja sih?"

Soobin menghembuskan nafasnya frustasi. "Lo pikir dia mau dijemput gue?"

"Tapi kasihan aja gitu pulang sendiri." kata Yeonjun cemas.

"Gue udah berusaha, tiap hari gue selalu datang ke sekolahnya. Tapi lo tau kan Yuna itu keras kepala? Dia nolak semua perhatian gue. Dia gak mau di anterin gue, bahkan ngomong sama gue pun dia males. Gue sengaja berhenti jemput dia, gue gak mau dia semakin marah." jelas Soobin sedih.

Yeonjun menyandarkan punggungnya di sofa. Ia jadi pesimis setelah mendengar perkataan Soobin. Bayangkan saja Soobin yang kakak kandungnya tidak dipedulikan seperti itu, apalagi dirinya?

"Menurut lo apa Yuna bakal maafin gue?" tanya Yeonjun.

Soobin terdiam cukup lama. Sebenarnya ia tidak yakin apa Yuna mau memaafkan mereka. "Gak tau. Tapi doain aja supaya Yuna bisa maafin kita. Walaupun kesalahan kita ke dia gak bisa dibilang kecil."

"Andai aja waktu itu lo gak nyuruh gue jadi pacar pura-pura Yuna. Semuanya gak bakal kayak gini kan?" ujar Yeonjun.

Soobin menaikkan sebelah alisnya mendengar ucapan Yeonjun. "Hei, harusnya lo kan bisa nolak?"

"Gue udah nolak. Kalo bukan Yeji yang nyuruh dan lo nggak tunjukin wajah memohon kayak gitu. Gue gak bakal mau lah."

Soobin mulai kesal dengan Yeonjun. "Harusnya lo jadi cowok punya pendirian gitu. Kalo gak ya gak. Jangan setuju karena permintaan cewek lo. Lagian gue kan waktu itu udah pasrah, gue udah nerima lo gak mau bantuin. Kenapa tiba-tiba aja lo nembak Yuna? Kan gue kaget."

Yeonjun memijat kepalanya yang terasa pening. "Sorry Bin. Gue gak bermaksud nyalahin lo atas semuanya. Gue tau gue juga salah. Dan gue gak suka terjebak di situasi kayak gini."

"Lo pikir gue suka? Kepala gue rasanya mau meledak tau gara-gara kepikiran masalah ini terus."

Yeonjun menegakkan tubuhnya. "Gue yakin masalah ini pasti selesai."

"Gue harap juga begitu."

Suara pintu di buka membuat Yeonjun dan Soobin melihat ke arah pintu. Mereka berdua tersenyum saat melihat kedatangan Yuna. Akhirnya gadis yang mereka tunggu ada di hadapan mereka.

Yeonjun berdiri menghampiri Yuna yang melihatnya enggan. Sedangkan Soobin tetap duduk di sofa. Ia hanya memperhatikan apa yang akan dikatakan Yeonjun pada Yuna. Melihat raut wajah Yuna, Soobin tidak yakin jika gadis itu akan memaafkan Yeonjun. Yuna masih sakit hati. Soobin tahu tidak akan mudah untuk Yuna melupakan rasa sakit hatinya.

"Yuna kali ini gue gak bakal ngomong kata maaf." Yeonjun mengawali pembicaraannya pada Yuna.

"Kan kakak udah ngomong." ketus Yuna mengalihkan pandangannya dari Yeonjun.

"Gue cuma mau jelasin semuanya, yang mengganggu gue selama ini."

Yuna menghembuskan nafasnya kasar. "Maaf Kak. Aku gak ada waktu." Yuna melewati Yeonjun begitu saja. Yuna heran kenapa Yeonjun begitu keras kepala dengan terus muncul di hadapannya? Padahal Yuna hanya butuh waktu untuk menenangkan diri. Tetapi sepertinya Yeonjun tidak mengerti itu. Kemunculan Yeonjun tidak bisa membuat Yuna tenang. Yuna malah semakin kesal.

 Historia De Amor (TXT ITZY) Selesai✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang