Lima Puluh Satu - Memperbaiki 1

996 72 5
                                    

Maaf. Satu kata yang bisa memperbaiki semuanya.

***

"Kamu ada masalah sama Soobin?"

Yuna menoleh pada Sinta di sebelahnya. Ia terkejut bagaimana mamanya bisa berpikir seperti itu? Ah, ia lupa. Tentu saja lambat laun mamanya pasti akan menyadarinya.

Sinta melihat putrinya heran. Kenapa Yuna lebih memilih bungkam daripada menjawab pertanyaannya? Raut wajah Sinta menjadi sedih. Kebungkaman Yuna seolah menjawab pertanyaannya.

Sinta mengamati kedua anaknya sejak ia kembali ke rumah ini. Sejak saat itu Sinta tidak pernah melihat mereka saling bertutur sapa ataupun bercanda seperti sebelumnya. Yuna dan Soobin hanya akan berbicara jika di depan orang tuanya dan pembicaraan mereka pun cukup singkat. Sinta merasa seperti ada dinding pembatas di antara keduanya.

Yuna mengetahui jika mamanya pasti akan mengkhawatirkannya dan Soobin. Yuna tidak ingin membuat mamanya lebih banyak pikiran. Baru saja mamanya terlihat bahagia. Yuna tidak ingin pertengkarannya dengan Soobin membuat mamanya sedih.

"Aku sama bang Soobin baik-baik aja kok ma." dusta Yuna.

Sinta menghela nafas panjang. Ia tahu Yuna sedang berbohong. Sinta menangkap raut wajah Yuna yang terlihat gelisah. Harusnya jika benar begitu, Yuna tak perlu merasa gelisah kan?

"Yuna jujur sama mama.." pinta Sinta melihat Yuna dengan penuh pengertian. Ia ingin Yuna jujur dan mengatakan yang sebenarnya. Karena bagaimanapun bersitegang itu tidaklah baik. Apalagi dengan kakak sendiri.

Yuna menghindari tatapan Sinta. Gadis itu menunduk sedih. Di sisi lain ia ingin berbicara sejujurnya. Namun di sisi lain pula, Yuna malu mengatakannya. Apa yang harus ia katakan pada mamanya? Apa ia harus jujur pertengkaran ini hanya karena seorang cowok? Seorang cowok bernama Yeonjun yang telah membodohinya?

Yuna meremas ujung kaosnya bingung. Sinta menyadari bahwa Yuna merasa tak nyaman. Sinta tidak ingin terlalu membebani Yuna dengan memaksa Yuna untuk mengatakan kebenarannya.

Sinta tau sebagai seorang ibu, ia tidak bisa selalu ikut campur akan permasalahan anaknya. Ada kalanya beberapa masalah bersifat pribadi dan anaknya tidak ingin Sinta mengetahuinya. Sinta harus menghargai itu.

Sinta menggenggam tangan Yuna erat untuk menguatkan Yuna. "Mama nggak bakal memaksa kamu untuk berbicara yang sebenarnya."

Yuna melihat mamanya. Entah mengapa hati Yuna merasa teduh mendengar ucapan mamanya. "Makasih ma." kata Yuna tersenyum.

"Mama percaya anak mama ini udah dewasa pasti bisa menyelesaikan masalahnya sendiri kan?"

Yuna mengangguk lemah. Ia ragu dengan perkataan mamanya. Jika ia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri tentu masalah ini sudah selesai sejak lama.

Sinta memperlihatkan senyumnya. Ada keraguan dalam diri Yuna dan Sinta mengetahuinya. Seberat apa masalah yang sedang dihadapi anaknya? Sinta merasa buruk karena sebagai ibu dia tidak bisa membantu apapun.

"Nak, seberat apapun masalah yang kita hadapi pasti ada jalan keluarnya."

Yuna mengangguk setuju. Apa yang dikatakan Sinta memang benar. Namun hingga saat ini Yuna masih belum menemukan jalan keluar dari masalahnya, ia selalu menemukan jalan buntu.

"Dan.. Masalah apapun lebih baik diselesaikan dengan jalan damai." nasehat Sinta. Ia tidak tau perkataannya akan membantu atau tidak. Tapi setidaknya ia mengeluarkan apa yang sedang ia pikirkan. "Seperti contohnya meminta maaf."

Yuna mengambil bantal sofa di sebelahnya kemudian memeluknya erat. "Walaupun kita nggak salah?" tanyanya pelan.

Sinta mengangguk, "Tidak ada yang buruk dari meminta maaf. Tidak peduli kamu melakukan kesalahan atau tidak. Dengan saling memaafkan bukankah semuanya akan menjadi lebih baik?"

 Historia De Amor (TXT ITZY) Selesai✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang