Terimakasih telah membuatku tau bagaimana rasanya jatuh cinta.
***
"Kakak udah dapat bukunya?" tanya Ryujin.
Hueningkai mengangkat sebuah buku tebal di tangannya menunjukkannya pada Ryujin. "Udah."
Ryujin mengangguk senang karena akhirnya Hueningkai sudah menemukan buku yang akan ia beli.
"Yakin lo gak mau beli buku juga?" tanya Hueningkai pada Ryujin.
Ryujin menggeleng, "Nggak deh kak."
"Kenapa?"
Ryujin berpikir sejenak. Ia tidak bisa mengatakan pada Hueningkai bahwa ia lupa membawa dompet. Hal ini dikarenakan Hueningkai yang mengajaknya pergi tiba-tiba. Ryujin menjadi gugup dan menjadi terburu-buru karena tidak ingin Hueningkai menunggunya terlalu lama sehingga ia sampai lupa tidak membawa dompet.
"Yaudah gue bayar dulu ke kasir ya." ucap Hueningkai.
Ponsel Ryujin berbunyi, ia bersyukur karena tadi ia tidak melupakan ponselnya. Benar kata orang, lebih baik lupa membawa dompet daripada lupa membawa ponsel. "Aku keluar dulu ya kak mau ngangkat telepon." pamit Ryujin.
"Iya." jawab Hueningkai.
Ryujin berjalan keluar dari toko buku. Ia meletakkan ponsel di telinganya. "Halo ma?"
"Kamu dimana?" suara seorang wanita terdengar dari seberang sana.
"Keluar bentar sama teman." jelas Ryujin. Saat pergi bersama Hueningkai tadi Ryujin tidak sempat pamitan kepada mamanya karena mamanya sedang tidak berada di rumah. Sehingga wajar saja jika sekarang mamanya mencarinya.
"Teman yang mana?" tanya mama Ryujin memastikan.
Ryujin menghela nafas sejenak. Mamanya terkadang bersikap overprotektif padanya. Dan menurut Ryujin apa yang dilakukan mamanya memang tidaklah salah. Sebagai seorang ibu pasti akan selalu memastikan anak perempuannya baik-baik saja. Namun terkadang sikap mamanya bisa dibilang berlebihan. Ryujin merasa bahwa ia bisa menjaga dirinya sendiri. Lagipula ia juga tidak akan pergi dengan sembarang orang.
"Kakak kelas aku ma."
"Cowok atau cewek?" tanya mama Ryujin menginterogasi.
"Cowok."
"Pergi sama cowok?! Ngapain? Lebih baik kamu pulang dan belajar di rumah. Mama heran deh sama kamu, kamu itu kayak siapa sih? Mama sama papa suka belajar sedangkan kamu?! Bisanya main mulu." gerutu mama Ryujin.
"Mama bisa nggak sih marahnya nanti aja?" kesal Ryujin. Ia sedang tidak ingin mendengar ocehan dari mamanya.
"Mama cuma minta kamu belajar dan belajar apa susahnya sih?! Kamu dari dulu cuma main terus! Nilai kamu bener-bener ancur!"
"Ma, apa menurut mama masih kurang? Mama maksa aku buat les dan aku udah turutin kemauan mama. Mama pikir otak aku gak capek dengan terus-terusan belajar dan belajar?"
"Ini anak tinggal dengerin keinginan orang tua apa susahnya sih?!"
Ryujin mendengus, "Aku udah berusaha jadi yang mama inginkan. Tapi mama pernah nggak sih dengerin keinginan aku sekali aja?"
"Terserah kamu terserah!"
Ryujin memijat keningnya yang terasa pening. Ia tidak suka mamanya selalu memaksakan kehendaknya. Mamanya selalu saja menyuruhnya untuk belajar dan belajar. Inilah alasan Ryujin selalu memberontak dan membenci belajar. Ia ingin mamanya sadar bahwa apa yang dilakukannya salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Historia De Amor (TXT ITZY) Selesai✅
FanfictionKisah cinta 5 cowok ganteng dengan 5 cewek cantik baru dimulai. Siapa bilang jatuh cinta itu mudah? Mereka melalui banyak lika liku kisah hingga akhirnya bertemu cinta mereka yang sesungguhnya. High Rank : #1 in Kpoplovers [13/11/19] #5 in Midzy [...