Empat Puluh Dua - Beban

945 69 5
                                    

"Jika tanpa kehadiranku dapat membuatmu bahagia, aku akan pergi."

***

Soobin senang saat melihat Yuna sudah pulang. Hari ini ia tidak menjemput Yuna karena Yeonjun yang memintanya. Yeonjun ingin meminta maaf pada Yuna.

Soobin melihat ke luar jendela. Tidak terlihat Yeonjun disana. Apakah Yeonjun tidak mengantarkan Yuna pulang? Dan apa Yeonjun gagal meminta maaf pada Yuna? Soobin tidak tahu akan hal itu. Soobin berinisiatif untuk bertanya pada Yeonjun nanti.

Seperti biasa tanpa berbicara Yuna langsung menuju kamarnya. Jangankan bicara, tersenyum saja tidak. Soobin merasa kini rumahnya terasa sepi sejak Yuna mulai bersikap dingin padanya. Kehangatan yang tersisa sudah hilang begitu saja.

"Bi." panggil Soobin saat Bi Siti lewat di depannya.

Bi Siti mendekat pada Soobin. "Iya?"

"Bi, Soobin mau minta tolong boleh?" tanya Soobin.

Bi siti terkekeh mendengar pertanyaan Soobin. Harusnya Soobin tidak perlu bertanya seperti itu. Ia akan senang hati membantu Soobin. "Tentu saja boleh. Seperti sama siapa saja."

"Makasih Bi, tolong anterin makanan ke kamar Yuna." pinta Soobin. Ia khawatir dengan keadaan Yuna karena sejak Yuna marah, Soobin tidak pernah melihat Yuna turun untuk makan. Soobin ingin mengantarkan makanan untuk Yuna tetapi ia yakin Yuna akan menolaknya. Sehingga Soobin terpaksa harus meminta bantuan Bi Siti. Barangkali jika bukan Soobin yang mengantarnya, Yuna akan mau makan.

"Iya, Bibi ambilkan makanannya dulu."

"Makasih banyak ya Bi."

Bi Siti pergi begitu saja tanpa bertanya apapun pada Soobin. Ia tahu jika hubungan Soobin dan Yuna sedang tidak baik. Tetapi ia tak ingin ikut campur urusan anak muda.

+x+

Tok tok tok!
Suara pintu diketuk, Yuna bangun dari tempat tidurnya. Ia yakin bahwa itu pasti Soobin. Yuna tidak mau membukakan pintu untuk Soobin. Soobin pasti ingin meminta maaf padanya seperti apa yang dilakukan Yeonjun tadi. Yuna tidak ingin mendengar kata maaf ataupun bujukan lagi untuk kali ini.

Yuna mengabaikan ketukan pintu itu. Berharap Soobin akan capek dengan sendirinya dan akan meninggalkannya sendiran.

Tetapi sepertinya dugaan Yuna salah. Selama apapun Yuna mengabaikan, ketukan pintu tetap saja terdengar. Apa Soobin tidak capek berdiri di depan sana terus?

Yuna mulai kesal dengan Soobin. "Mendingan abang pergi aja, aku nggak bakal bukain pintu buat abang!"

"Ini Bi Siti neng." sahut seseorang dari balik pintu.

Yuna membulatkan matanya. Ia mengenal suara ini dan suara ini bukanlah milik Soobin. Yuna salah menduga. Ia segera menuju pintu. Ia sungguh tidak enak hari membiarkan Bi Siti terus berdiri seperti itu.

Yuna membukakan pintu kemudian terlihat wajah Bi Siti yang tengah tersenyum padanya sambil membawa sepiring makanan dengan segelas air putih dan segelas susu coklat kesukaannya.

"Maaf Bi. Yuna nggak tau kalau ini Bibi. Yuna kira tadi abang." Yuna menunduk meminta maaf.

"Nggak papa kok neng. Tenang aja." Bi Siti tersenyum menunjukkan bahwa ia baik-baik saja.

"Ayo masuk bi." Yuna mempersilahkan Bi siti masuk ke kamarnya.

Bi Siti meletakkan makanan yang ia bawa di atas meja belajar Yuna. "Makanannya Bibi taruh sini ya?"

 Historia De Amor (TXT ITZY) Selesai✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang