Aku telah menjadi alasan untukmu tersenyum namun aku takut jika aku juga alasan untukmu menangis.
***
"Mama udah bilang berapa kali ke kamu buat jauhin Soobin?!"
Lia hanya diam. Ia tidak ingin berdebat dengan mamanya hanya karena masalah ini. Lia tahu mamanya sangat sensitif tentang apapun yang berhubungan dengan keluarga Soobin. Lia sedih melihat mamanya yang masih belum bisa melupakan masa lalu. Lia kasihan melihat mamanya yang sering menangis jika mengenang papanya.
"Kenapa diam aja? Mama nggak mau tau kamu harus jauhin mereka!" Mama Lia mengguncang tubuh Lia yang mematung.
Lia menunduk tidak berani melihat mamanya. Ia sibuk merangkai kata-kata dalam pikirannya agar tak menyakiti perasaan mamanya. "Kenapa ma? Kenapa?" tanya Lia pelan.
"Kenapa kamu bilang?! Keluarga mereka yang udah membunuh papa kamu!" kata mama Lia emosional.
Lia melihat mamanya yang sedang bersungut marah. "Mama nggak bisa menyalahkan seluruh keluarga hanya karena ulah dari satu orang saja." Yuna memberanikan diri mengeluarkan apa yang ada dalam pikirannya selama ini.
"Pokoknya mama nggak suka Lia!" seru mama Lia penuh penekanan disetiap katanya.
"Soobin nggak salah ma. Soobin nggak pernah terlibat dalam hal apapun." Lia meraih tangan mamanya, berharap kali ini mamanya mendengarkan ucapannya.
"Mama tetap nggak bisa terima!"
"Selama ini Lia nurut sama mama buat menjauhi keluarga mereka. Selama ini hati Lia dipenuhi benci yang mama tanam dari tiga tahun yang lalu. Tapi sekarang Lia sadar, semuanya nggak ada gunanya ma. Papa udah pergi." Lia mengatur nafasnya, "Lia nggak bisa terus-terusan benci sama seseorang yang nggak salah apa-apa. Lia tahu, papa Soobin memang bersalah dalam hal ini. Tapi memangnya apa salah Soobin? Apa salah Yuna? Apa salah mamanya Soobin?" jelas Lia.
Mama Lia diam untuk beberapa saat. Matanya terlihat berkaca-kaca. Lia berdoa dalam hati semoga mamanya segera sadar. Tidak ada gunanya hidup dalam kebencian.
"Mama bilang sekali lagi, jauhi mereka!" Mama Lia menepis tangan Lia dari tangannya. Ia melangkah keluar dari kamar Lia. Sesungguhnya ia mengerti bahwa ia memang bersalah. Tetapi ia masih butuh waktu, mengikhlaskan kepergian seseorang yang begitu ia cintai sangat berat baginya.
Lia terduduk di ranjangnya. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia memikirkan kata-katanya barusan. Ia takut jika perkataannya telah membuat mamanya terluka. Ia takut jika perkataannya dapat membuat mamanya semakin terpuruk.
Lia bingung apa yang harus ia lakukan? Disisi lain ia tidak ingin lagi membenci Soobin, ia ingin bersama dengan Soobin seperti masa kecil mereka dulu. Namun, disisi lain ia juga tidak bisa jika tidak mematuhi perintah mamanya. Ia tidak ingin jika mamanya kembali depresi. Ia sedih melihat mamanya seperti itu.
Lia mengacak rambutnya frustasi. Hal ini benar-benar menyebalkan. Kenapa ia harus memilih? Soobin dan mama adalah dua orang yang ia cintai. Terlalu berat, Lia tidak ingin kehilangan keduanya.
+x+
"Mau yang mana?" Yeonjun memperhatikan satu persatu boneka yang berjajar rapi di depannya. Yeonjun menghela nafasnya melihat Yuna yang masih terlihat bingung dengan pilihannya.
Hari ini Yuna mengajak Yeonjun untuk membeli boneka. Mau tak mau Yeonjun harus menemaninya, Yeonjun tidak ingin jika Yuna curiga. Sebagai pacar Yuna, Yeonjun harus selalu bisa diandalkan.
"Bagus yang mana ini atau ini?" Yuna menunjuk sebuah boneka panda besar kemudian berganti menunjuk boneka beruang.
"Lo sukanya yang mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Historia De Amor (TXT ITZY) Selesai✅
FanfictionKisah cinta 5 cowok ganteng dengan 5 cewek cantik baru dimulai. Siapa bilang jatuh cinta itu mudah? Mereka melalui banyak lika liku kisah hingga akhirnya bertemu cinta mereka yang sesungguhnya. High Rank : #1 in Kpoplovers [13/11/19] #5 in Midzy [...