Tiga Puluh Sembilan - Marah 2

915 67 3
                                    

Atas semua kesalahan yang pernah kulakukan di masa lalu, apakah egois jika aku ingin kita kembali bersama?

***

"Kamu ini ngomong apa sih?" Soobin masih tidak mengerti dengan arah pembicaraan Yuna, mengapa Yuna begitu marah padanya? Apa salahnya?

"Abang nggak usah pura-pura nggak tahu!" Yuna tersenyum miring melihat Soobin dengan tatapan benci. Ia merasa Soobin hanya berpura-pura seakan ia tidak memiliki kesalahan apapun.

"Apa? Jelasin ke abang, apa salah abang?"

"Abang nggak usah bohong sama aku! Aku bukan lagi anak kecil yang bisa abang bohongin!" teriak Yuna pada Soobin. Ia menekankan kata bohong dalam ucapannya.

Soobin terdiam, ia tenggelam dalam pikirannya. Banyak pertanyaan muncul di dalam kepalanya. Soobin menatap nanar ke arah Yuna. "Udah tau?" tanyanya pelan.

Yuna tertawa mengejek, "Kenapa?Abang nggak suka aku tahu?"

"Bukan gitu." sangkal Soobin.

"Apa aku terlihat semenyedihkan itu hingga abang harus mengemis cinta buat aku?" suara Yuna melemah, kini air matanya terjatuh.

Soobin menggeleng cepat. Jujur, ia tidak pernah berpikiran seperti itu. Ia hanya ingin Yuna bahagia, itu saja. Soobin tidak pernah menyangka bahwa akhirnya akan seperti ini. Nyatanya kebahagiaan yang di dapat Yuna hanyalah sesaat.

"Abang cu..ma mau ka..mu bahagia itu saja." kata Soobin terbata, ia menunduk tidak ingin melihat Yuna yang menangis karenanya.

"Omong kosong bahagia! Menurut abang kebohongan bisa buat aku bahagia?!" Yuna menyeka air matanya.

Soobin tidak menjawab pertanyaan Yuna karena sebenarnya ia hanya bermaksud baik. Namun ia sadar bahwa cara yang ia lakukan salah. Tidak ada yang baik dari sebuah kebohongan yang menyakitkan.

"Abang lihat aku!" seru Yuna, suaranya terdengar bergetar.

Soobin melihat Yuna ragu. Ia menahan dirinya agar tidak menangis. Soobin merasa bahwa ia adalah kakak paling buruk sedunia. Ia benci melihat Yuna seperti ini karenanya. Soobin gagal menjalankan permintaan kedua orangtuanya untuk menjaga Yuna. Soobin adalah alasan Yuna menangis sekarang. Soobin membenci dirinya sendiri.

Yuna menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia menangis sesenggukan sambil menumpahkan segala isi hatinya. "Aku emang suka Kak Yeonjun. Tapi kenapa abang harus ikut campur? Aku tidak pernah berharap lebih supaya Kak Yeonjun membalas cintaku. Aku tahu aku nggak pantas buat Kak Yeonjun. Asal abang tahu karena perbuatan abang, bukan cuma aku yang terluka... Kak Yeonjun...di..a.. pasti capek terus-terusan berpura-pura cin...ta sama aku, Kak Yeji juga harus merelakan Kak Yeonjun, sementara aku? Aku...aku.. ada..lah.. korban kebohongan kalian berdua!"

Soobin ingin mendekat. Saat Yuna menangis ia akan selalu menenangkan Yuna, memeluk Yuna agar merasa lebih baik. Tapi kali ini Yuna menolak Soobin dengan tegas. Seolah tahu apa yang akan dilakukan Soobin, Yuna berteriak mengingatkan. "Berhenti! Jangan mendekat! Aku benci abang!" seru Yuna tetap menyembunyikan wajahnya dengan tangannya.

Soobin menyeka air matanya. Ia tidak pernah bertengkar sehebat ini dengan Yuna. Selama hidupnya ia tidak pernah mendengar kata benci dari mulut Yuna. Bisanya ia bertengkar dengan Yuna karena hal sepele kemudian akan kembali berdamai. Tapi kali ini Soobin tidak yakin Yuna akan memaafkannya. Ia sadar kesalahannya terlalu besar.

"Saat papa harus masuk penjara aku sedih. Mama juga sampai harus bekerja di luar kota. Aku juga jadi kehilangan teman-temanku, mereka menjauh saat tahu perbuatan papa." kata Yuna parau.

 Historia De Amor (TXT ITZY) Selesai✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang