Tiga Puluh Tiga - Masa Lalu (1)

974 66 1
                                    

Aku merasa bahagia saat kita saling tegur sapa dan tidak menjadi asing lagi.

***

Soobin melihat Lia yang sedang duduk di taman perumahan. Soobin tidak tahu apa yang sedang Lia kerjakan, gadis itu terlihat serius dengan sebuah kertas di tangannya. Soobin memutuskan untuk mendekati Lia.

"Boleh duduk disini?" tanya Soobin melirik kursi kosong di samping Lia.

Lia mengangguk. Ia hanya melihat Soobin sebentar, sebelum kemudian kembali terfokus menggambar sketsa wajah.

"Dari dulu ternyata masih suka gambar sketsa wajah ya." Soobin terkekeh pelan.

Lia mengiyakan perkataan Soobin. Karena hal itu memang benar adanya. Sejak kecil ia sudah tertarik menggambar sketsa wajah agar ia bisa menggambar wajah orang yang ia sayangi. Dan menurut Lia hal itu sangatlah menarik.

Entah berapa banyak kertas yang Lia habiskan sejak kecil untuk menggambar sketsa wajah. Sudah banyak wajah yang ia gambar, dari wajah keluarganya, teman-temannya, artis idolanya, tokoh-tokoh negara. Sehingga hasil karyanya pun tidak bisa dihitung hanya dengan menggunakan jari. Ia senang mengoleksi semua hasil karyanya.

"Lagi ngegambar wajah siapa?" Soobin mencoba mengintip.

Lia segera menutup kertas itu dengan tangannya. "Nggak boleh."

"Aduh aku pengen tau Lia." pinta Soobin.

"Nggak mau." Lia menyembunyikan kertas itu di balik punggungnya.

Soobin tersenyum sumringah. "Lagi gambar aku ya?" katanya percaya diri.

Mendengar perkataan Soobin membuat Lia membulatkan matanya. Ia segera menggeleng. "Kata siapa?"

"Ayolah Lia ngaku aja." desak Soobin. Ia ingat saat kecil Lia pernah menggambar sketsa wajahnya. Dan sampai sekarang pun Lia belum menyerahkan hasilnya pada Soobin.

"Ihh terlalu percaya diri itu nggak baik Bin." celoteh Lia.

"Baik, daripada nggak punya kepercayaan diri."

"Iyadeh iya." Lia menyerah dengan ucapan Soobin. Karena ia sadar jika ia selalu kalah jika sudah berdebat dengan Soobin.

"Mana lihat gambarnya?" Soobin kembali mendesak Lia dengan raut wajah yang ingin tahu.

"Nggak ada." Lia tetap bersikeukeuh dengan keputusannya. Lia semakin menyembunyikan kertas itu dari Soobin. Lia tidak ingin Soobin melihat wajah yang sedang ia gambar.

Sudut bibir Soobin terangkat. Tingat kepercayaan dirinya naik 100%. Ia mengamati tingkah Lia sedari tadi. Sepertinya Lia memang sedang menggambar sketsa wajah dirinya. Jika tidak, mana mungkin Lia sampai sebegitunya menolak Soobin untuk melihat hasil gambarannya.

"Udah fix nih pasti lagi gambar aku!" seru Soobin antusias.

Lia tertawa kecil meremehkan ucapan Soobin. "Bagaimana bisa ada orang sepercaya diri ini?" Lia menepuk dahinya. Soobin benar-benar lucu.

"Nggak usah mengelak deh Lia." Soobin terus memaksa, ia begitu berharap apa yang ia ucapkan memang benar.

"Aku nggak lagi ngegambar kamu Ubin." jelas Lia.

"Bohong ah Lia. Sejak kapan kamu jadi pembohong gini?"

"Aku nggak bohong. Emang beneran aku nggak ngegambar kamu." Lia hampir putus asa dengan Soobin. Sebegitu tidak percayakah Soobin padanya?

Soobin menghela nafasnya sejenak. "Kalo gitu mana?" Soobin mengulurkan tangan kanannya di depan Lia, mengisyaratkan agar Lia menyerahkan kertas itu.

 Historia De Amor (TXT ITZY) Selesai✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang