Tiga Puluh Empat - Masa Lalu (2)

879 60 6
                                    

Aku yakin semuanya akan baik-baik saja asalkan aku melihat senyummu.

***

Setelah pemakaman papa Lia, Soobin memperhatikan Lia dari kejauhan. Gadis itu sedang termenung hanyut dalam lamunannya. Soobin sedih melihat Lia yang periang kini telah menjadi sosok yang penyendiri. Hati Soobin ikut sakit saat melihat Lia berulang kali menyeka air matanya.

Soobin menghampiri Lia. Ia bermaksud menenangkan Lia dan menghiburnya agar kembali seperti Lia yang ia kenal. "Lia, kamu yang sabar ya. Ini semua kehendak tuhan. Papa kamu pasti sekarang bahagia di surga."

Lia hanya terdiam menyorot Soobin dengan tatapan tajam seolah ingin mencabik Soobin di depannya. "Tau apa kamu?" ketus Lia membuat Soobin tersentak.

"Kamu kenapa Lia?" tanya Soobin tidak mengerti akan perubahan sikap Lia. Lia memandang tidak suka akan kehadiran Soobin. Soobin bertanya dalam hatinya, apa kesalahannya?

"Ini semua nggak bakal terjadi kalo andai aja keluarga aku nggak pernah kenal sama keluarga kamu!" bentak Lia.

Soobin mengerutkan dahinya, ia semakin dibuat bingung dengan ucapan Lia. Kenapa Lia harus membawa-bawa keluarganya?

"Maksudnya?"

"Harusnya papa aku masih hidup." mata Lia terlihat kembali berkaca-kaca.

"Sabar Lia, ini kehendak tuhan. Kamu pasti kuat. Lia yang aku kenal adalah cewek kuat." Soobin memegang kedua pundak Lia. Ia memberikan semangat untuk Lia agar kembali bangkit.

Lia menepis tangan Soobin kasar. Ia melihat Soobin sinis. Tatapan kebencian yang tidak pernah ia tunjukkan pada Soobin sebelumnya. Entah kenapa mendengar ucapan Soobin membuat perasaan Lia semakin sakit. Ia tidak bisa menerima kepergian papanya. "Stop! Gausah sok sedih karena musibah ini!"

Soobin menatap gadis di depannya tidak percaya, "Li..a?"

"Ini semua juga kan karena papa kamu kan?!" Lia tersenyum miring.

Soobin menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa dengan papa aku?"

"Papa kamu itu orang yang menyebabkan papa aku meninggal!" suara Lia meninggi. Ia tidak bisa menahan emosinya yang tengah meledak-ledak. Kali ini Lia menumpahkan segala kesedihannya, emosi yang sedari tadi sudah ia tahan.

Rasanya jantung Soobin berhenti berdetak saat itu juga. Apa salah papanya? Soobin tidak bisa menerima ucapan Lia yang seolah menyalahkan papanya untuk musibah yang sedang terjadi. "Kamu ngomong apa sih?" tanyanya sedikit kesal.

Lia tertawa meremehkan. Ia menghapus air mata yang jatuh di pipinya. "Jadi mama kamu belum cerita?"

"Apa?" tanya Soobin penasaran.

"Aku tahu penyebabnya. Andai aja papa kamu nggak korupsi. Pasti papaku masih hidup kan?" Lia bertanya pada dirinya sendiri.

"Kamu ngaco ya!" Soobin tidak bisa mempercayai ucapan Lia begitu saja.

"Papa aku stres banget saat mengetahui perusahaannya bangkrut akibat korupsi yang dilakuin papa kamu! Papa aku percaya sama papa kamu, tapi nyatanya papa kamu orang jahat! Papa..." Lia berhenti sejenak, tatapan matanya menjadi sendu. Lia kembali melanjutkan ucapannya, "Papa akhirnya sering mabuk buat melupakan masalahnya. Saat itu papa sedang mabuk dan mengendarai mobilnya. Papa tidak memperhatikan jalanan hingga akhirnya menabrak truk! Dan itu karena papa kamu!"

Soobin mengepalkan tangannya. Semuanya bohong! Apa yang dikatakan Lia bohong! Papanya bukan orang yang seperti itu! Sama sekali bukan!

"Kamu denger cerita itu dari mana?" tanya Soobin memastikan. Ia merasa mungkin karena kesedihannya Lia jadi ngaco seperti ini.

 Historia De Amor (TXT ITZY) Selesai✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang