015

8K 939 30
                                    

"Nilai kamu disekolah gimana? Mama lihat kamu ada penurunan?" Yuvin yang semula membuka lemari pendingin untuk mengambil air putih melihat ke arah mamanya yang sedang sibuk memotong sayuran dan menyiapkan makan siang, satu jam yang lalu Yuvin baru pulang dari kemah dan sekarang ia masih sangat lelah tapi mamanya malah membahas topik yang membuatnya semakin lelah.

"Mama kan udah bilang sama kamu, kamu boleh ikut club musik dengan catatan nilai kamu nggak boleh turun" Yuvin meneguk minumnya lalu melihat sang mama tengah memasukan sayuran tadi ke panci yang sudah di isi air yang mendidih.

"Kalo nilai kamu turun lagi, mama bakal paksa kamu untuk keluar dari club musik. mama masih ngasih kamu keringanan ya Yuvin" Yuvin menghela nafasnya panjang

"Iya ma, Yuvin usahain nilainya nggak turun"

"Kalo bisa kalahin itu Seungwoo" Ucap mama sambil mencicipin masakannya lalu kali ini matanya menatap mata anaknya.

"Mama tau kamu bisa dan mama tau kamu bukan tipe yang akan mengecewakan mama seperti kakakmu. Mama percaya sama kamu Yuvin"

Mama percaya sama kamu Yuvin.

Yuvin terus memikirkan perkataan mamanya tadi siang, hingga membuat kepalanya sakit. jika orang dengar perkataan yang sama mungkin orang akan berpikir bahwa itu adalah sebuah kepercayaan yang di berikan ibu kepada seorang anak dengan diiringi sebuah ketulusan. tapi tidak bagi Yuvin, perkataan itu seperti ujung tombak yang siap menusuknya. Yuvin mengartikan perkataan itu adalah perintah mutlak dari mamanya untuk Yuvin berusaha keras.

Yuvin membuang nafasnya kasar dan berjalan masuk ke dalam minimarket yang ada disana, selama 17 tahun hidupnya ia sama sekali tidak hidup di jalannya sendiri, ia selalu berada di bahwa kontrol kedua orang tuanya di tambah karena kegagalan sang kakak yang membuat Yuvin semakin di kontrol oleh kedua orang tuanya. Rasanya Yuvin ingin pergi menyusul kakaknya yang pergi meninggalkannya sendirian di rumahnya.

"Loh Yuvin?" Yuvin menoleh ketika dia sudah hampir memasukan ramen ke mulutnya, jadi dia minimarket untuk membeli ramen karena kedua orang tuanya tidak memperbolehkan Yuvin makan makanan seperti itu, karena ini dan itulah bisa menyebabkan kebodohan dan tidak sehatlah, entahlah Yuvin juga pusing jadi kalo dia emang mau makan ramen atau mie istan dia pasti akan pergi ke mini market yang memang jaraknya agak jauh dari rumahnya, takutnya kalo yang deket rumah lagi enak-enak makan tiba-tiba di lihat sama salah satu kedua orang tuanya kan bisa berabe.

"Sihoon? ngapain disini?" Tanya Yuvin lalu ia memasukan sesuap ramennya yang sempat tertunda karena kedatangan Sihoon dan sekarang Sihoon duduk di kursi yang ada di depan meja Yuvin lalu meletakan dua cup ramen di mejanya.

"Lo makan dua?" Tanya Yuvin lagi sambil melihat kedua cup di depan Sihoon, Sihoon ketawa aja terus nggak lama satu sosok berjalan ke meja mereka sambil membawa dua sosis yang sudah di panaskan di mesin yang ada di samping minimarket tadi.

"nggak yang satu punya Yohan" jawab Sihoon tepat dengan Yohan yang datang.

"Eh! Ada Yuvin juga? kok bisa kesini?" Yohan memberikan sosisnya pada Sihoon lalu menarik kursi di samping Sihoon

"Kalian sendiri ngapain disini?" Bukannya menjawab tapi Yuvin malah balik tanya

"Ya wajarlah, inikan komplek perumahan kami Yuvin. lo aja kejauhan ke sini" Yuvin diam waktu denger jawaban dari Sihoon, iya juga ya. kalo di pikir-pikir ini adalah komplek perumahan Sihoon dan Yohan, pantes mereka bisa ada di sini.

"Oh pantes hati gue menyuruh gue kesini, mungkin gue udah ditakdirkan ketemu sama lo pada dan tentunya langkah ini membawa gue ke jodoh gue. ya kan Han?"

"uhuk! uhuk!" Yohan tersedak oleh kuah ramennya membuat Sihoon cepat-cepat memberi Yohan air minum di sampingnya.

"Ihh.. kamu lucu deh Han" Sihoon menatap wajah Yuvin malas dan melemparkan tutup botol ke arah Yuvin.

IPA VS IPS | PDX 101 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang