Cowok tinggi dengan wajah yang selalu senyum itu berjalan menuju kantin. "Selamat pagi Bu," sapanya hangat.
Bu Atun, pemilik kantin bernama 'kantin sehat' itu membalikkan badan. "Ehh, den Devano."
Cowok itu terkekeh. "Kok manggilnya pake den Bu. Devano aja."
Bu Atun tertawa kecil.
"Saya titip kue ya Bu. Kayak biasanya. Semoga laku semua ya," ucap Devano seraya menggerakkan keranjang yang ia bawa mendekat ke arah Bu Atun.
"Siap den. Ehh, Devano."
Devano terkekeh. Tak sadar matanya melirik makanan yang tertata rapi dipiring-piring dalam etalase dan diketahui oleh Bu Atun. Bu Atun mengambil piring. "Devano mau sarapan pake apa?"
Devano tersenyum lalu menggeleng. "Ehh, nggak Bu. Saya sudah sarapan."
"Ya udah, makan lagi aja. Biar tambah kenyang. Jadi, Devano bisa nangkep pelajarannya cepet."
"Tapi Bu-"
"Untuk Devano makan di tempat ibu, gratis," potong Bu Atun cepat.
"Tapi Devano-"
Bu Atun kembali memotong ucapan cowok itu sambil menyodorkan sepiring nasi dan lauk pauk. "Udah cepet dimakan. Nanti keburu bel masuk."
Devano menerima dengan ragu. "Bener Bu?"
Bu Atun mengangguk. Ada sebuah kehangatan yang ia rasakan dan kehangatan itu sudah lama tidak ia dapatkan dari seorang ibu.
"Makasih Bu."
Devano berjalan untuk duduk dan makan. Ia sangat bersyukur perutnya yang keroncongan sejak tadi malam terisi nasi pagi ini.
Saat sedang makan, nyeri pada pundaknya terasa berdenyut karena tepukan pelan seseorang. Devano meringis. Seseorang yang menepuk pundaknya merasa bersalah.
"Ehh, aku ngagetin kamu ya?" tanyanya yang tidak mengetahui pundak Devano yang luka.
Devano langsung tersenyum. Seketika ia lupa dengan nyeri yang ada di pundaknya melihat cewek yang ia sayangi. "Nggak kok."
Cewek itu duduk di depan Devano. "Baru sarapan?"
"Makan siang," jawab Devano enteng.
Cewek itu mengerucutkan bibirnya, kesal. "Devano nyebelin ihh."
Devano mengacak rambut cewek itu sebelum melanjutkan makannya. Cewek itu merapikan rambutnya sebelum bertanya. "Besok sabtu...jalan-jalan yuk," ajaknya ragu karena sudah tahu Devano akan menjawab apa.
Devano menaruh sendoknya lalu menggenggam tangan pacarnya itu. "Maaf Ren," ucap Devano tidak enak hati.
Ya, sudah Renata duga jawabannya akan sama seperti sebelumnya ketika ia mengajak cowok itu jalan. Renata mengangguk paham.
"Nggak papa, Dev."
🌼🌼🌼
Semoga suka sama ceritanya😊
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara
7-12-2019

KAMU SEDANG MEMBACA
Devano✔
Подростковая литератураCOMPLETED Alfian Series 1 Devano Alfian Putra, cowok pintar berwajah tampan. Ia selalu tersenyum hangat sehangat mentari meskipun hatinya sedang berselimut awan mendung. Sampai sebuah kejadian benar-benar membuat senyum di wajahnya menghilang seirin...