Hai, apa kabar?
Ekstra part nihh
Ada yang nunggu ekstra part nggak ya?
Selamat membaca🤗Thank you, I'm Mint A🌿
🌼🌼🌼
Seorang cewek sedang mendorong troli belanjaan. Ia harus membeli bahan makanan untuk dirinya dan suaminya selama sebulan.
Cewek itu tersentak kaget dan langsung menghentikan langkahnya ketika seseorang meletakkan kedua tangan di samping tangannya yang menggenggam pegangan pada troli.
Seseorang itu menaruh dagunya di bahu cewek itu. Cewek itu memutar bola matanya malas dan menjauhkan kepala cowok itu dari bahunya.
Cewek itu memutar badannya. Sekarang jarak mereka hanya sekitar satu jengkal. Mereka mendekatkan wajah. Semakin dekat, dekat, dekat, dan...
"Anak kecil nggak boleh liat," ucap Devano lalu membalikkan badan Vania dan masih menutup kedua mata cewek itu menggunakan sebelah tangan.
Vania mendengus kesal. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik badan. "Aku bukan anak kecil!" protesnya membuat Devano tertawa.
"Kamu nih, malah liatin suami istri yang lagi mesra-mesraan," ledek Devano.
"Ya lagian mereka mau mesra-mesraan nggak liat tempat. Di sini tuh supermarket. Banyak pengunjung di sini. Aku yang lagi milih sayur di deketnya kan jadi liat. Terus kalo aku pura-pura nggak li-"
Cup
Devano dengan cepat mengecup kening Vania. Cowok itu tertawa melihat istrinya yang langsung terdiam. "Diem kan."
Vania menyentuh keningnya. Wajahnya langsung memerah. "Pan-"
Devano menaruh telunjuknya di dahi Vania. "Ssstt, cepet lanjutin belanjanya istriku. Terus kita pergi ke suatu tempat," ucap Devano lalu mendorong pelan dahi Vania menggunakan telunjuk.
"Kemana?" tanya Vania penasaran.
"Ke..." Devano menggantungkan kalimatnya. "Suatu tempat," lanjutnya sambil cengengesan.
Vania memukul bahu Devano. "Aduh, sakit sayang!" ucap Devano sambil mengusap bahunya.
"Biarin, wle," Vania menjulurkan lidahnya.
"Mentang-mentang pengantin baru, mesra-mesraan terus nggak liat tempat," ucap seseorang membuat mereka menoleh. "Nggak kasihan apa sama gue yang jomblo?"
"Nggak!" balas Devano dan Vania bersamaan.
Devandra yang berdiri di sebelah Dimas pun menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu dengan keras. "Sabar, Dim. Sabar ya. Emang jomblo itu berat. Biar kamu aja."
"Sakit bego!" Dimas menghempaskan tangan Devandra lalu mengusap punggungnya. "Mentang-mentang lo udah nggak jomblo ngatain gue gitu ya. Oke, gue nggak kasih res-"
"Ehh, lo jangan putus asa, Dim. Jodoh nggak akan kemana. Tenang aja. Jodoh lo mungkin lagi dijagain sama jodoh orang. Tunggu aja," ucap Devandra langsung sambil mengusap bahu Dimas berulang kali berpura-pura menenangkan.
"Ngapain lo berdua ke sini?" tanya Devano ketus.
"Galak amat. Lagian ini bukan supermarket lo. Bebas dong kita belanja di sini," balas Devandra. "Gue disuruh Bunda belanja."
"Nah, betul!" celetuk Dimas.
"Kata Bunda, bahan makanan di rumah habis."
"Nah, betul!"
"Keperluan yang lain juga habis."
"Nah, betul!"
"Terus katanya Dimas yang mau bayarin. Ya nggak Dim?"
"Nah, betul!"
Detik berikutnya, Dimas membelalakkan matanya. Ia menatap tajam Devandra. "Kok jadi gue yang bayarin, Bambang?!"
Vania menjitak kepala Dimas. "Durhaka kamu, Dim. Aku bilangin Ayah kena hukum kamu!"
Dimas nyengir lebar, "jangan lah, Van. Nanti gue dimarahin sama Om Bambang."
Devandra terbahak. "Rasain!"
"Lo ngajak berantem gue?!"
"Emang lo berani?"
"Siapa yang berani lawan lo, ha?!"
"Diem!" bentak Vania. "Jangan berantem!"
"Maaf."
Devano tertawa melihat Dimas dan saudara kembarnya yang langsung menunduk merasa takut. Devano bertanya pada saudara kembarnya itu, "mana doi lo?"
Devandra mendongak dan menampilkan wajah memelasnya. "Lagi masak sama Bunda. Gue jadi ngajak ni anak buat belanja. Padahal kan kalo ajak dia bisa latihan buat mengisi bahan makanan rumah kalo udah nikah nanti."
"Drama lo, Ndra!" ledek Dimas.
"Jomblo diem aja!"
Sebuah ide terlintas di kepala Devano. Cowok itu mengambil sebuah kertas yang Vania genggam lalu memberikannya kepada Devandra.
"Gue titip sekalian belanjaan istri gue sama kalian. Gue mau ajak istri gue jalan-jalan dulu. Nanti belanjaannya taruh di apartemen aja, oke?"
Devano merangkul Vania. "Yuk sayang."
Devandra berusaha mencerna perkataan Devano. Cowok itu bergumam, "titip belanjaan. Mau ajak jalan-jalan istri. Taruh belanjaannya di apartemen."
Kenapa Devandra jadi lemot ya?
Setelah Devano dan Vania berjalan cukup jauh, Devandra berteriak. "Lo pikir gue babu lo?!"
Dimas yang berdiri di samping Devandra tertawa terbahak-bahak. "Kasihan lo, Ndra. Jadi babu."
Devandra melirik tajam Dimas. "Devano itu nyuruh kita, bego. Bukan gue doang!"
Dimas mendelik. "Wahh, kurang ajar tuh orang! Tahan gue, Ndra. Tahan gue buat ngejar tu orang!" ucapnya seperti orang yang sudah siap berkelahi. Lama tak mendengar suara Devandra, Dimas menoleh.
"Lah mana tu anak?"
🌼🌼🌼
Mau ekstra part lagi nggak?
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊
2-04-2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Devano✔
Fiksi RemajaCOMPLETED Alfian Series 1 Devano Alfian Putra, cowok pintar berwajah tampan. Ia selalu tersenyum hangat sehangat mentari meskipun hatinya sedang berselimut awan mendung. Sampai sebuah kejadian benar-benar membuat senyum di wajahnya menghilang seirin...