BAB 14

6.9K 570 2
                                        

"Ndra, jangan lari lo!" teriak seorang cowok yang baru kelas satu SMP itu mengejar saudara kembarnya.

"Bilang aja lo lemah. Ngejar gue aja nggak bisa," ledek cowok yang masih memakai seragam sekolahnya itu.

Langkah lari Devano berhenti mendengar suara ayahnya memanggil namanya. Devandra ikut berhenti. Cowok itu menggeram kesal melihat ayahnya memeluk kembarannya.

Masih bisa ia dengar samar ucapan ayahnya itu. "Kemarin Devano juara satu lomba, besok udah mau ikut lomba lagi."

Alfian merangkul pundak Devano. "Devano mau ayah beliin apa? Mau beliin hape baru?"

Kedua tangan Devandra mengepal kuat. Selalu saja ayahnya itu membanggakan saudara kembarnya.

Devano melihat wajah Devandra yang memerah. Hatinya juga ikut merasa kesal. Tapi, apa alasannya ia tidak tahu.

Devano melambaikan tangannya. "Ndra, ayah mau beliin kita hadiah. Lo mau apa?"

Ya, Devandra tidak akan pernah bisa marah pada saudara kembarnya itu. Devano selalu membagi kebagiaannya pada Devandra.

Raut wajah Devandra berubah ceria. Cowok itu tersenyum lebar lalu berlari menghampiri Devano dan Alfian.

"Devandra mau motor, Yah. Yang motor sport," ucapnya semangat.

Alfian mendelik. "Nggak boleh! Kamu belum boleh naik motor sendiri."

Devano melirik Devandra yang murung lalu menatap Alfian. "Devano juga mau motor sport, Yah. Yang biru buat Devano yang merah buat Devandra."

Alfian tampak berpikir sejenak sebelum mengangguk samar dan mengusap puncak kepala Devano. "Ya udah, besok ayah beliin buat kalian."

Apa salah jika sebuah rasa iri muncul di dalam hati Devandra?

Devandra menggeleng kuat. Rasa iri itu segera Devandra buang jauh-jauh. Ia tidak mau membenci saudara kembarnya.

Devandra tersenyum lebar dan meninju udara. "Yeay dapet motor!"

Alfian menatap dan memegang kedua bahu Devandra. "Tapi Devandra janji sama ayah buat belajar yang rajin ya."

Devandra mengangguk mantap. "Devandra janji, Yah."

---

Seorang cowok menghembuskan asap rokoknya perlahan. Asap itu menghilang bersamaan angin yang berhembus cukup kencang sore ini.

Devandra tersenyum mengingat kejadian lima tahun yang lalu itu. Sebenarnya ia masih bingung dengan perubahan sikap ayahnya yang menjadi lebih dingin pada Devano selama lima tahun ini.

Dulu, keinginannya selalu ditolak mentah-mentah oleh ayahnya. Sekarang, permintaannya langsung dipenuhi. Seperti kemarin, ia minta mobil baru. Sorenya, mobil itu sudah ada di depan rumah.

Dirinya juga tidak pernah dimarahi lagi karena membolos atau mendapat nilai yang jelek. Semua itu berubah dalam lima tahun ini.

Devandra teringat Devano. Ia mendadak gelisah. Cowok itu mematikan rokoknya dan berjalan turun dari rooftop rumahnya.




🌼🌼🌼

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Devano✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang