"Van, lo nggak papa?"
Terdengar jelas nada suara Devandra yang bergetar.
Cowok itu khawatir dan...ketakutan. Yaa, Devandra sejak tadi ketakutan melihat ayahnya marah.
Devano tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi berwarna merah darah. "Sorry Bro. Gue tadi langsung ngehajar lo."
Belum sempat Devandra membalas, Alfian mendekat dan mendorong jauh cowok itu dari saudara kembarnya.
Alfian memaksa Devano berdiri. Pria paruh baya itu mencengkram kuat krah kemeja yang Devano pakai entah untuk keberapa kalinya.
"Bereskan barang-barang kamu dan pergi dari rumah ini!"
"Ayah," lirih Devandra.
Devano meringis menahan perih di sudut bibirnya yang sedikit sobek. Mungkin karena cowok itu memaksakan dirinya untuk tersenyum.
"Devano udah lama pengen denger kalimat itu dari Ayah."
Cowok itu melanjutkan ucapannya, "Devano pulang cuma pengen ketemu Bunda sama Devandra."
---
"Van, lo jangan pergi. Gue akan paksa Ayah supaya nggak ngebolehin lo pergi," ucap Devandra.
Devano terkekeh. "Lo gimana sih, orang Ayah sendiri kan yang nyuruh gue pergi?"
Devandra terdiam. Pandangan matanya terus mengikuti gerakan tangan Devano yang memasukkan barang-barang cowok itu ke dalam tas besar.
"Lo jangan berantem terus."
Gue akan ingat itu.
"Sholat tepat waktu."
Iya, pasti.
"Kalo ada waktu, lo nengokin Bunda. Bunda pasti kangen banget sama lo."
Devandra mengangguk samar. Gue akan nengokin Bunda.
Devano menggendong tasnya. Cowok itu menepuk pundak kanan Devandra berulang kali.
"Adikku, kakakmu ini pergi dulu ya. Satu pangeran kerajaan ini mau berperang. Jagain Ayahanda sama Ibunda."
"Garing lo."
Devano tahu usahanya menghibur Devandra gagal meskipun ia mendengar tawa saudara kembarnya.
Karena ia masih merasakan sesak di dalam dadanya.
"Van," Devandra tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memeluk saudara kembarnya itu.
"Sejak kapan lo jadi cengeng gini?"
Devano tahu, Devandra baru saja menyeka air matanya. Devano melepaskan pelukan saudara kembarnya itu.
"Gue geli lo peluk," ucapnya lalu bergidik geli.
Sesak dalam dada Devano mereda. Ia tersenyum melihat Devandra tertawa mungkin karena melihat ekspresi wajahnya yang geli.
Setidaknya sebelum pergi, ia tidak melihat saudara kembarnya itu terus menerus bersedih.
---
Devano meluncur menggunakan skateboardnya membelah jalanan yang cukup padat dengan kendaraan.
Devano menghela napas berat. Kemana ia harus menghentikan skateboardnya ini?
Devano berhenti di depan sebuah mini market. Cowok itu menenteng skateboardnya masuk ke dalam mini market.
Devano mengambil sebotol air minum dan membayarnya. Ia melangkah keluar dan tak sengaja menabrak seseorang.
"Kalo jalan pake mata mas!" sewot orang itu.
"Maaf," Devano mendongak dan langsung memukul kepala orang yang sudah ia tabrak itu. "Sewot amat lo!"
Orang yang kepalanya dipukul oleh Devano itu menatapnya tajam. "Sapa sih lo?!"
🌼🌼🌼
Selamat membaca bab berikutnya🤗
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

KAMU SEDANG MEMBACA
Devano✔
Fiksi RemajaCOMPLETED Alfian Series 1 Devano Alfian Putra, cowok pintar berwajah tampan. Ia selalu tersenyum hangat sehangat mentari meskipun hatinya sedang berselimut awan mendung. Sampai sebuah kejadian benar-benar membuat senyum di wajahnya menghilang seirin...