Seorang cewek yang masih menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangan itu mendongak ketika sebuah suara yang sangat ia kenal memanggil namanya.
Devano tersenyum lebar menatap Vania yang wajahnya sudah penuh air mata. "Hai," sapanya.
Vania berdiri. Devano hampir saja terjatuh kalau ia tidak dapat menjaga keseimbangannya ketika Vania tiba-tiba memeluknya erat. Devano tertawa kecil sambil mengusap punggung Vania menenangkannya.
"Kamu...jahat banget sihh!" ucap Vania sambil menangis. Cewek itu melepaskan pelukannya lalu memukul bahu Devano berulang kali.
"Aduh, Van!" Devano malah tertawa terbahak-bahak.
"Kamu mau balas dendam sama aku, iya?! Aku pamit mau ke luar negri sama kamu dua jam sebelum berangkat, tapi kamu malah nggak pamit sama sekali. Kamu tuh jahat banget. Jahatnya melebihi Rangga di film AADC, tahu nggak?! Vania itu sayang sama Devano. Vania nggak mau Devano pergi!" cerocos Vania.
Cewek itu melebarkan kedua matanya lalu menutup mulut menggunakan telapak tangan. "Bego keceplosan," gerutunya.
Devano tersenyum lebar. Cowok itu berdiri tegap di hadapan Vania. "Coba bilang sekali lagi," ucapnya lembut. Vania menunduk dalam lalu menggeleng kuat.
"Vania?" Vania menggeleng kuat.
Ohh astaga, Devano semakin gemas dengan cewek itu. Devano menarik tangan Vania dan memeluknya erat.
"Devano sayang sama Vania," ucapnya tepat di telinga Vania.
Vania menyembunyikan wajahnya yang memerah di balik dada bidang Devano. "Vania juga sayang sama Devano."
Devano mengeluarkan sebuah kotak berwarna hitam dari dalam saku celananya. Cowok itu melepaskan pelukan. Ia membuka kotak cincin itu dengan mudah di hadapan Vania.
Vania menunduk sekilas melihat sebuah cincin yang ada di dalam kotak itu lalu menatap kedua mata Devano yang menunjukkan kesungguhan.
"Maukah kau menikah denganku?"
Kedua mata Vania berkaca-kaca. Cewek itu mengangguk mantap. "Mau. Vania mau."
Devano memasangkan cincin sederhana berwarna putih di jari manis tangan kiri Vania sebelum memeluk erat cewek itu.
Vania membuka kedua matanya dan melihat semua orang sedang memperhatikan mereka berdua sambil bertepuk tangan.
"Aku malu."
Devano tertawa geli. "Kamu habis bangun tidur?"
Vania melepaskan pelukannya. "Kok kamu tahu?"
Vania mengikuti Devano yang menunduk memperhatikan baju yang sedang ia pakai. Vania membelalakkan matanya.
Ohh astaga, ia masih memakai baju tidur berlengan panjang bergambar beruang coklat.
Vania memeluk Devano dan menyembunyikan wajahnya. "Pano, aku malu banget..." lirihnya.
Devano malah tertawa, "nggak papa."
"Devano!"
Teriakan itu membuat Devano mendongak. Ia tertawa kecil melihat seseorang itu terengah-engah setelah berlari.
Vania bersembunyi di belakang tubuh Devano. Cewek itu menunjuk orang yang sekarang berdiri di hadapan Devano. "Gara-gara tu orang aku sampe lupa ganti baju kan!"
Devandra tersentak tapi detik berikutnya ia tertawa terbahak-bahak. "Ya sorry, keadaannya lagi darurat Van."
Devandra melihat Bundanya berdiri di samping Ayahnya yang memegang sebuah kamera. "Tu orang tua udah kayak youtuber aja. Orang tua sapa sih?" tanya Devandra pada Devano.
Devano menjitak kepala saudara kembarnya. "Orang tua kita, bego. Durhaka lo."
"Ehh, kok lo nggak jadi pergi?" tanya Devandra sambil mengusap bagian kepala bekas jitakan Devano.
Devano mengedikkan kedua bahunya lalu tersenyum miring. "Ya gitu."
Devano lalu memanggil Ayah dan Bundanya. Sepasang suami istri itu menghampiri mereka bertiga. Alfian mengarahkan kameranya pada Devandra.
Pria paruh baya itu bertanya pada anaknya seperti seorang reporter. "Gimana Devandra rasanya di prank sama satu keluarga?"
"What?!" kaget Devandra. "Prank?!"
LENGKAP
Dari Devano
Untuk Devandra"Lo mau ngerjain gue? Gue kerjain balik lah."
Dari Devandra
Untuk Devano"Gue nggak mau ngerjain lo lagi!"
🌼🌼🌼
Yeay, lengkap😚
Gimana nih sama EPILOG nya?
Semoga kalian suka yaaYang mau ikutan Tanya Jawab sama tokoh-tokoh cerita ini, yuk gulir ke bawah
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊
27-03-2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Devano✔
Fiksi RemajaCOMPLETED Alfian Series 1 Devano Alfian Putra, cowok pintar berwajah tampan. Ia selalu tersenyum hangat sehangat mentari meskipun hatinya sedang berselimut awan mendung. Sampai sebuah kejadian benar-benar membuat senyum di wajahnya menghilang seirin...