BAB 37

6.6K 528 8
                                    

Devandra menarik Rian hingga cowok itu terhuyung ke depan Renata. Dua orang itu saling menatap canggung. Senyum miring tercetak di wajah saudara kembar Devano itu.

Prok, prok, prok!

Devandra tepuk tangan sambil tertawa. "Wah, wah, akhirnya kita semua bisa berkumpul di satu ruangan ya. Gue udah lama pengen satu ruangan bareng kalian berdua, orang yang udah nyakitin hati saudara kembar gue!"

Devandra menangkap wajah bingung Renata. "Saudara kembar?"

Sudut kanan bibir Devandra terangkat. "Gue sekarang setuju sama keputusan lo buat nyembunyiin kebenarannya selama ini dari semua orang, Van!"

"Kebenaran?" bingung Renata. "Kebenaran apa?"

"Gue," Devandra menunjuk dirinya sendiri. Ia menampilkan wajah angkuhnya. Sekarang cowok itu terlihat begitu menyebalkan.

"Devandra Alfian Putra. Anak pemilik SMA Alfian. Gue saudara kembar Devano Alfian Putra."

Devandra tersenyum miring. "Lo pasti kenal lah sama ayah gue. Alfian Putra. Pemilik apartemen dan perusahaan yang tersebar di seluruh daerah di negara ini dan beberapa di luar negri. Dia juga ayah Devano."

Sombong amat ni anak! batin Dimas.

Devandra tersenyum puas melihat Renata yang ternganga mendengar penjelasannya. "Gue bersyukur, saudara kembar gue bisa terselamatkan dari cewek kayak lo. Cewek yang-"

"Diem, Ndra!"

Sudah. Sudah cukup Devano diam selama lima menit mendengar Devandra yang terlalu banyak bicara itu.

"Gue mau bicara sama kalian. Lo Ndra, bisa tenang nggak? Kalo nggak, lo bisa keluar."

"Gue mau di sini," ucap Devandra.

"Sekarang, lo semua duduk," perintah Devano. "Termasuk lo, Dim," ucap Devano tepat ketika Dimas ingin pamit keluar ruangan.

Renata berdiri di samping ranjang Devano. Tidak seperti tadi yang langsung duduk di tepi ranjang Devano. Cewek itu seperti sedang menjaga hati seseorang.

Kedua mata berlapis softlens abu-abu milik Renata hanya bisa menatap lantai ruang rawat inap Devano. Cewek itu menunduk dalam merasa...bersalah?

Mungkin saja Renata bersalah pada Devano yang sudah ia patahkan hatinya atau merasa bersalah pada Rian karena ia selama seminggu ini mengaku di luar negri.

Pernyataan yang kedua lebih mungkin karena cewek itu tidak peduli dengan hati Devano. Sejak dulu.

"Aku mau kita putus, Ren," ucap Devano lebih dulu menyampaikan apa yang ingin Renata katakan sebelum suara Dimas menghentikan ucapan cewek itu tadi.

"Yes!" seru Devandra saking senangnya sambil meninju udara seperti baru saja memenangkan sebuah perlombaan.

Renata mendongak, "Dev?"

"Itu yang mau kamu omongin tadi kan, Ren?" Renata terdiam tidak bisa menjawab.

"Makasih untuk dua tahun ini, Ren. Maaf kalo aku kurang perhatian dan terlalu sibuk sama kegiatan aku sendiri. Aku minta maaf."

Napa jadi sodara kembar gue yang minta maaf?

"Semoga kamu bahagia sama Rian," lanjut Devano.

Renata terkejut mengetahui bahwa Devano tahu hubungannya selama ini dengan Rian. "Rian cowok yang baik. Jaga hati Rian baik-baik ya," ucap Devano tulus.

"Tuh denger. Jaga hati Rian baik-baik! Cukup hati sepupunya aja yang lo patahin!" ketus Devandra.

Renata menangis sesenggukan. "Ma-maafin aku, Dev."

Drama banget dah! batin Devandra.

"Dan lo, Yan. Jaga Renata," ucap Devano pada Rian yang berdiri tak jauh darinya. "Maaf soal gengnya Devandra yang mukulin lo."

Rian terdiam. Ia merasa sangat bersalah sudah merebut pacar saudara sepupunya sendiri. "Van, gue minta maaf."

"Udah gue maafin," ucap Devano enteng.

Tunggu. Sepertinya kita melupakan satu orang lagi yang ada di dalam ruangan itu. Dimas mendengus kesal. Buat apa ia di sini?

Dan Dimas segera menemukan jawabannya,

"Dim, ambilin gue minum dong!"

Dimas melirik tajam orang yang sedang duduk bersantai di sofa. Apa indra pendengaran Dimas bekerja dengan baik?

Ahh, rasanya tidak ada masalah dengan kedua telinganya. Jadi, benar ia disuruh mengambilkan minum?

"Lo pikir gue babu lo?!"

"Daripada lo berdiri kek patung gitu mending ambilin gue minum," ucap Devandra enteng. "Haus nih gue."

"Ogah!"

Ya tentu Dimas tidak mau. Seorang anak tunggal keluarga Adi Pranata disuruh-suruh oleh Devandra? Enak aja!

"Dim, ambilin gue minum napa. Gue haus banget nih. Habis ngomong panjang lebar tadi."

"Bodo amat! Gue nggak denger, gue lagi merem," Dimas menutup kedua matanya rapat.

Ni anak bego apa gimana sih? batin Devandra.

Sedetik kemudian Dimas membuka matanya dan mendelik ke arah Devandra. "Dan gue kan disuruh tetep di sini sama Devano. Bukan lo!"

"Yee, lo kan disuruh tetep disini karena Devano tahu gue butuh orang buat gue suruh-suruh. Kita udah komunikasi lewat te-"

"Bawel lo!"

Dimas yang kesal ditambah kasihan pada Devandra langsung mengambilkan minum untuk cowok yang duduk santai di sofa itu.

Devandra tersenyum puas menerima segelas air putih yang diambilkan Dimas. "Terima kasih anak muda. Kerjamu lumayan bagus. Tingkatkan."

Lo harus tahan amarah lo, Dim.

Yaa, begitulah perdebatan dua orang itu melupakan ketegangan yang terjadi diantara ketiga orang tadi.

🌼🌼🌼

Maafkan Devandra yang menyombongkan diri itu yaa😖

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Devano✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang