"Mbak?"
Devano melambaikan tangannya pada pegawai toko yang menatapnya dan menatap Devandra tidak berkedip. "Mbak?"
Pegawai toko itu mengerjap. "Ehh, iya mas. Ada yang bisa dibantu?"
"Saya boleh minta foto-"
"Boleh mas. Saya mau banget foto sama mas sama mas yang kaos merah juga," potong pegawai itu cepat sambil melirik Devandra.
Devandra memutar bola matanya malas. Devano tersenyum kecil. "Maaf mbak, saya bukan mau foto sama mbak."
Jleb
"Tapi saya mau foto sama barang yang dijual di toko ini. Boleh mbak?"
Pegawai itu menunduk malu. "Boleh, mas."
"Makasih mbak," Devano mengangguk sopan dan tersenyum lebar.
"Sama-samaa," balas pegawai itu.
Kaki para pegawai toko itu terasa lemas melihat senyum manis Devano. Mereka memekik tertahan setelah Devano berjalan menjauh.
"Astaga, ganteng banget!"
"Manis banget senyumnya!"
"Gue pengen deh jadi pacarnya!"
"Diem lo semua!" bentak Devandra. "Jangan centil sama sodara gue!"
Mereka melirik tajam Devandra. "Yee, mas ganteng-ganteng tapi galak."
Devandra mengedikkan bahunya tidak peduli. Ia berjalan meninggalkan mereka yang masih menatap kagum Devano saat mendengar saudara kembarnya itu memanggil namanya.
Cowok itu bergidik ngeri melihat apa yang sedang Devano bawa. "Cepet bawa," suruh Devano.
Devandra menggeleng kuat. "Nggak."
"Devandra."
"Nggak, Van!" seru Devandra. Volume suaranya mengecil, "gue takut."
Devano terbahak, "masa badboy takut sama boneka beruang semanis ini?"
Yaa, yang sedang Devano bawa sekarang adalah boneka beruang berukuran besar yang sangat lucu.
Devandra mendengus kesal. "Lo tau kan dari dulu gue takut sama boneka?"
"Satu kali foto aja," suruh Devano.
"Nggak, Van!"
---
Devandra melirik Devano yang tertawa sambil memegangi perutnya. Cowok itu mendengus kesal.
Saudara kembarnya itu masih melihat layar ponsel yang menampilkan foto dirinya membawa boneka.
Di foto itu Devandra memakai masker. Cowok itu memang malu berfoto sambil membawa boneka. Tapi alasan lainnya karena Devandra alergi bulu boneka yang membuat cowok itu takut boneka sejak kecil.
"Udah kali ketawanya. Tega banget lo ngetawain sodara kembar lo."
"Muka lo jelek banget, Ndra," ledek Devano.
"Dari mana lo tau. Gue kan pake masker."
"Tapi masih keliatan. Ehh, tapi muka lo tiap hari jelek sih. Nggak cuma pas bawa boneka doang," Devano terbahak.
Devandra tidak menanggapi ucapan Devano itu. Ia kembali berbicara setelah menyeruput kopinya.
"Jadi, yang buat lo malem itu terus nahan napas di dalem air gara-gara Renata?" tebaknya tepat.
Devano berhenti tertawa. Cowok itu tersenyum kecut lalu berdehem mengiyakan, "hm."
"Ya udah, cari cewek lain aja. Masih banyak cewek yang lebih cantik dan pastinya lebih baik dari Renata."
Devano terkekeh. "Enteng banget lo ngomongnya. Gue sama dia udah dua tahun lebih pacaran. Masa gara-gara gini gue harus putus?"
"Ya dia yang salah, Van!"
"Ini juga salah gue, Ndra. Gue terlalu sibuk sama urusan OSIS dan pekerjaan sampingan gue. Gue mau perbaiki hubungan gue sama Renata."
Devandra menggeleng takjub. Bagaimana bisa saudara kembarnya sebaik itu?
---
Devandra mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya setelah Devano pergi ke toilet. Cowok itu mencari nama seseorang dan menelponnya.
"Hallo, Bud. Gue minta bantuan lo sama yang lain," ucapnya.
🌼🌼🌼
Devandra alergi sama bulu boneka yaa, bukan karena takut sama boneka, wkwk
Aku mau nanya nih, gimana cerita Devano menurut kalian?
Apa membosankan?
Seru?
Greget?
Atau sebel?
Kalau sebel sama siapa?
Yuk boleh komen😅
Aku ucapin terima kasih buat kalian yang udah membaca sampai bab ini😊
Aku mau minta saran. Kalo aku update 6 bab langsung tapi setelah itu aku lanjut habis UN, gimana? Hehe
Yuk, kasih aku saran😉
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊
14-01-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano✔
Teen FictionCOMPLETED Alfian Series 1 Devano Alfian Putra, cowok pintar berwajah tampan. Ia selalu tersenyum hangat sehangat mentari meskipun hatinya sedang berselimut awan mendung. Sampai sebuah kejadian benar-benar membuat senyum di wajahnya menghilang seirin...