Orang itu tidak mengenali Devano karena cowok itu menggunakan masker. "Devano," jawabnya pelan.
Orang itu mendengus kesal. "Pantes jalan nggak pake mata."
"Semua orang jalan tu pake kaki, mata dipake buat liat jalannya," balas Devano tak mau kalah.
Dimas, teman akrab Devano sejak SMP itu memutar bola matanya malas. Pandangan matanya menangkap sebuah tas besar yang ada di punggung Devano.
"Lah, lo mau camping nggak ngajak-ajak gue. Tega bener lo sama temen sendiri."
Devano mengangkat satu alisnya. "Emang lo temen gue?"
"Hm."
Dimas mendorong Devano ke samping. "Minggir! Menuhin jalan aja lo. Ohh ya, tunggu gue. Jangan pulang dulu."
"Pulang?"
Dimas menghentikan langkahnya. Ia berjalan mundur dan memiringkan kepalanya, bingung.
Cowok itu merasakan perubahan nada bicara sahabatnya itu. "Gue beli makanan dulu abis itu lo cerita sama gue."
Devano menepuk dua kali pundak Dimas. "Nahh, itu baru temen gue."
"Ohh, sekarang gue baru diakuin temen nih?"
---
Devano dan Dimas duduk di bangku taman. Dimas melirik Devano yang sedang menatap langit yang bertabur bintang.
"Bokap lo mukul lagi?" tanya Dimas memecah keheningan. Hanya Dimas yang Devano percaya mengetahui tentang keadaan keluarganya.
Devano menurunkan pandangannya. "Dia mukul gue di depan Devandra."
"Kok bisa? Biasanya pasti ngehindarin si Devandra kalo mau..."
Dimas tidak bisa melanjutkan kalimatnya.
"Karena gue tadi mukul Devandra."
"Haa?"
Devano menoleh ke arah Dimas. Ia mengusap kasar wajah sahabatnya itu menggunakan telapak tangan. "Biasa aja, bego."
"Kok lo bisa sampe mukul sodara kembar lo?"
"Gue tadi marah banget sama Devandra. Gue dapet kabar dari pegawai kafe, katanya Rian dikeroyok gerombolan tukang rusuh di sekolahan dia. Ya pasti itu ulah Devandra."
"Dia kan ketua gerombolan itu," lanjutnya. "Mantan ketua gerombolan itu lebih tepatnya."
"Napa Rian bisa dikeroyok gerombolannya Devandra?"
"Renata selingkuh sama Rian."
"Ohh."
Devano menoleh mendapat sahutan seperti itu dari Dimas. Devano mulai berhitung di dalam hati.
Satu
Dua
Tiga
"Apa?!" teriak Dimas tepat di telinga Devano. "Se-selingkuh? Renata selingkuh sama Rian? Beneran?"
Dimas mengusap dada dan menggeleng tidak percaya. "Astaga, sepupu macam apa itu?"
Plak
Devano yang kesal memukul kepala bagian belakang Dimas. "Lemot banget ya lo nangkep informasi dari orang lain. Untung gue udah kenal lama sama lo. Kalo enggak, gue ceburin lo ke kolam ikan."
"Ya, maap," Dimas nyengir lebar. "Terus lo bawa tas gede gini mau kemana?"
"Gue diusir sama Ayah."
"Ap-"
Hampir saja ia akan merusak indra pendengaran sahabatnya kalau ia tidak langsung menutup mulutnya menggunakan kedua telapak tangan.
Dimas menurunkan kedua tangannya. "Terus lo mau kemana?"
🌼🌼🌼
Selamat membaca bab berikutnya🤗
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

KAMU SEDANG MEMBACA
Devano✔
Fiksi RemajaCOMPLETED Alfian Series 1 Devano Alfian Putra, cowok pintar berwajah tampan. Ia selalu tersenyum hangat sehangat mentari meskipun hatinya sedang berselimut awan mendung. Sampai sebuah kejadian benar-benar membuat senyum di wajahnya menghilang seirin...