BAB 19

6.7K 570 7
                                        

Devano sedang bermain mobil-mobilan dengan anak-anak panti ketika Devandra menghampirinya dan duduk di rumput bersama mereka.

Devano menyuruh anak-anak itu bermain dengan teman-teman Devandra karena ia tahu saudara kembarnya ingin mengatakan sesuatu.

"Main sama kakak-kakak itu ya," tunjuknya pada teman-teman Devandra yang sedang beristirahat karena kelelahan.

Mereka mengangguk patuh dan berlari menghampiri teman-teman Devandra. Devano terkekeh mendengar samar-samar gerutuan mereka.

"Gue baru aja istirahat."

"Jangan main kuda-kudaan lagi yaa. Kakak pegel."

"Aaa, jangan tarik-tarik rambut gue!"

Devano menoleh ke arah saudara kembarnya yang memanggil namanya. "Mau ngomong apaan?"

"Kenapa lo nggak ngasih tau kalo lo setiap bulan ke sini dan kenapa nggak pernah ajak gue?" protes Devandra.

Devano tersenyum. "Jenguk bunda yang kamarnya ada di bawah kamar lo aja, lo nggak pernah."

Deg

Devandra menunduk merasa bersalah. Devano menyentuh bahu Devandra. "Kalo ada waktu luang, jenguk Bunda. Bunda juga kangen sama lo."

Devandra dengan kedua mata yang berkaca-kaca mengangguk dan tersenyum. Devano tertawa. "Lo cengeng banget sih."

Devandra menutup wajah menggunakan kedua telapak tangan besarnya lalu mendongak. Cowok itu ikut tertawa. "Baper banget gue hari ini."

"Ohh ya, pulang dari sini gue mau ajak lo ke suatu tempat lagi. Kalo temen-temen lo mau ikut, boleh."

"Kemana lagi?"

Devano beranjak berdiri, "nanti lo juga tau."

---

Jam menunjukkan pukul tiga sore. Devano mengajak Devandra dan teman-temannya pergi ke suatu tempat. Entah kemana Devano mengajak mereka, mereka juga tidak tahu.

Devano menghentikan mobil sport Devandra di depan sebuah masjid. "Yuk, sholat dulu," ajak cowok itu lalu keluar dari mobil.

Devandra mengikuti Devano keluar mobil. Cowok itu menghampiri teman-temannya yang berada di dalam mobil Budi.

"Keluar," ucap Devandra singkat.

"Ngapain bos?"

Meskipun Devandra sudah menyuruh mereka untuk tidak memanggilnya 'bos', tapi mereka sering lupa karena sudah terbiasa.

Wajah Devandra memerah menahan amarah. "Ya lo pikir ke masjid mau apa lagi bego?! Sholat ashar dulu."

"Haa?" mereka sedikit terkejut.

"Bos, lo mau sholat?" Bimo langsung menutup mulutnya yang keceplosan bertanya seperti itu pada Devandra.

Mereka tidak tahu saja kalau Devandra tidak pernah meninggalkan kewajibannya. Devandra tidak menjawab hanya menghela napas.

"Lo semua mau gue tarik paksa turun dari mobil?" ketusnya.

"I-iya bos," sahut mereka.

Setelah selesai sholat, mereka berdiri di pinggir jalan tak jauh dari masjid sambil membawa beberapa bungkus nasi yang tadi sudah mereka beli.

Devano tersenyum ketika kedua matanya menangkap beberapa orang yang ditunggunya. Devano melambaikan tangannya. "Yudi, Tina, Sona, Bian, Jojo, Pinkan, Juni, Anwar."

Mereka menoleh dan melihat Devano berada di sebrang jalan.

"Kak Devano!"




🌼🌼🌼

Semoga suka sama part ini sama part sebelumnya. Soalnya ide cerita part ini sama sebelumnya belum aku pikirin matang-matang tapi langsung aku tulis, hehe

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

9-01-2020

Devano✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang