Cowok yang sedang mengemudikan mobil sport-nya dengan kecepatan tinggi itu terus mencoba menghubungi anggota keluarganya--Alfian, Dina, dan Devano. Tapi tidak ada satu pun yang menjawab panggilannya.
Devandra sekarang mencoba menghubungi Vania tapi cewek itu juga tidak mengangkat panggilan teleponnya. Cowok itu menggeram frustasi lalu melempar ponselnya ke kursi belakang mobil.
"Argh, rencana gue gagal!"
Tadi malam ia hanya bercanda mengakui bahwa dirinya menyukai Vania. Devandra berusaha membuat Devano marah dan akhirnya mau mengakui perasaannya pada Vania. Tapi, Devano malah tersenyum manis seolah ia tidak keberatan.
"Gue harus sampe ke bandara bareng Vania. Iya, harus!"
Devandra menambah kecepatan mobil sport-nya menuju rumah Vania. Ia harus sampai ke bandara tepat waktu.
Iya, harus!
---
Tok, tok, tok!
Devandra mengetuk pintu rumah Vania tidak sabaran. "Vania!" teriak Devandra.
"Vania, buka pintunya!"
"Vania!"
"Woy, budeg lo!"
"Vania!"
"Iya!" balas seseorang dari dalam rumah. Vania membukakan pintu rumahnya. "Ada ap--Ehh, kenapa aku ditarik-tarik?!"
Devandra menarik paksa tangan Vania. "Devano mau kuliah ke luar negri. Satu jam--" Devandra melirik jam tangannya. "What?! Setengah jam lagi, Van!"
"Ha?" bingung Vania.
"Devano mau ke luar negri, berangkatnya setengah jam lagi!" ucap Devandra dengan nada tinggi.
"Kuliah?"
"Iya betul-betul."
"Ke luar negri?"
"Iya, betul-betul."
"Setengah jam lagi berangkat?"
"Iya betul-betul."
"Pano sekarang di bandara?"
"Iya betul-betul."
Ohh astaga, dalam keadaan seperti ini mereka malah main tebak-tebakan.
Devandra melotot. "Sekarang bukan saatnya main tebak-tebakan, Vania!" ucapnya gemas sambil menggoyangkan kedua bahu Vania.
"Aduh, gimana ini?" bingung Vania.
"Ya cegah dia lah!" balas Devandra. "Sekarang, lo ikut gue ke bandara. Cepet masuk ke mobil!" Devandra masuk ke dalam mobilnya disusul Vania.
Tanpa Vania sadari, ada sesuatu yang ia lupakan.
---
Vania duduk dengan tidak tenang di samping Devandra yang mengemudi. Cewek itu menggigit kukunya tanda ia sedang gelisah.
"Pano mau balas dendam apa ya sama aku?" gumamnya.
"Lo kenapa dari kemarin nggak hubungin dia? Nggak bales chat dari dia pula," omel Devandra.
"Aku...aku lagi marah sama Pano," jujur Vania.
Devandra menoleh ke arah Vania. "Lo marah sama dia kenapa?!"
"Dia...pas di kafe aku liat dia..pelukan sama seseorang," ucap Vania takut melihat wajah Devandra yang sudah memerah menahan amarah.
"Heh, Van!" panggil Devandra dengan nada suara yang tinggi membuat Vania tersentak.
"Devano itu kemarin meluk Renata karena mantannya mau nikah. Jadi, Renata meluk sebagai pelukan perpisahan. Dan Devano tuh sayang banget sama lo!"
Vania melebarkan matanya, "Devano sayang sama Vania?"
"Iya, dia sayang banget sama lo, Vania!" ucap Devandra gemas.
"Yahh, Vania salah dong."
"Lo salah banget, Bambang!"
Vania menoleh ke arah Devandra dengan tatapan sebal. "Jangan manggil nama Ayahku!"
Devandra tersentak, "maaf."
"Lagian kamu kemarin kenapa nggak bilang sih?"
"Orang gue baru dikasih tau sama Devano tadi malem!"
Vania menunduk dalam sambil menggenggam erat kedua tangannya. Kedua kaki cewek itu tidak bisa berhenti bergerak.
"Devano jangan pergi," lirihnya. "Jangan tinggalin Vania."
Devandra memukul stir kemudinya. "Argh, kenapa macet sih?!"
---
Vania langsung keluar dan berlari setelah mobil sport Devandra terparkir dengan rapi. Cewek itu tidak mau membuang waktunya untuk menunggu Devandra.
Vania berlari cepat menuju terminal keberangkatan ke luar negri. Semua orang yang ia lewati memperhatikannya. Mungkin karena ia berlari ditengah kerumunan yang padat atau karena sesuatu yang lain?
Vania melirik jam digital yang ada di sekitarnya. Jam menunjukkan pukul setengah sepuluh. Ohh astaga, Vania sudah terlambat. Pasti Devano sudah berangkat.
Cewek itu berhenti berlari ketika tahu dirinya tidak bisa lagi mencegah Devano untuk pergi ke luar negri.
Vania terisak pelan, "Devano, jangan tinggalin aku."
Kedua telapak tangan Vania menutupi wajah mungilnya. Bahunya bergetar hebat. Cewek itu berjongkok di tengah keramaian tak peduli orang-orang sedang memperhatikannya.
---
Devandra berlari sambil mengedarkan pandangannya. Kemana arah Vania berlari? Cewek itu cepat sekali larinya.
Bruk!
"Aduh!"
"Bego!" gerutu Devandra pada dirinya sendiri. Saking tidak fokusnya, Devandra sampai menabrak seseorang.
Devandra membungkukkan badan lalu mengulurkan tangannya untuk membantu seorang cewek yang sudah ia tabrak itu.
Cewek itu menepuk tangannya seperti sedang membersihkan debu yang menempel di kedua telapak tangan sebelum menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajahnya.
Tepat ketika cewek itu mendongak menatap uluran tangannya lalu beralih menatap wajahnya, Devandra membeku.
Nggak!
Nggak mungkin!
Nggak mungkin itu...
Diaa.
🌼🌼🌼
Terima kasih untuk 10k dibaca😍
Yang nebak ada cinta segitiga gimana? Aku nggak jahat ya sampe buat Devano sama Devandra berantem rebutin Vania😂
Siapa cewek yang Devandra tabrak?
Kalau aku buat ceritanya DEVANDRA kalian mau baca nggak?Btw, aku ngetik part ini gemes sendiri sama Vania Devandra🙄
Yuk baca EPILOG nya
Selamat membaca bab berikutnya
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano✔
Подростковая литератураCOMPLETED Alfian Series 1 Devano Alfian Putra, cowok pintar berwajah tampan. Ia selalu tersenyum hangat sehangat mentari meskipun hatinya sedang berselimut awan mendung. Sampai sebuah kejadian benar-benar membuat senyum di wajahnya menghilang seirin...