BAB 2

12.8K 887 2
                                    

Devano menghentikan skateboardnya yang meluncur di depan sebuah kafe. Bunyi khas seorang yang masuk ke dalam kafe terdengar ketika ia mendorong pintu.

Devano bergegas ke belakang. Lebih tepatnya ke tempat pegawai kafe menempatkan barang mereka. Cowok itu menyapa beberapa pegawai sebelum masuk ke kamar mandi.

Cowok itu mengganti atasannya dengan kemeja hijau tua yang tidak ia kancingi sehingga memperlihatkan kaos putih polos yang ia pakai. Celana abu-abunya ia ganti dengan celana jeans berwarna hitam.

Devano keluar dan langsung berjalan ke arah panggung kecil yang ada di kafe. Cowok itu mengambil gitar dan duduk di depan mic. Para pengunjung menoleh ketika mendengar suara ketukan jari telunjuknya pada mic.

"Selamat sore," sapanya dengan senyum lebar membuat beberapa pengunjung perempuan tidak berkedip.

Cowok itu mulai memetikkan senar gitarnya. Suara merdunya berpadu dengan petikan gitarnya. Lagu 'Tolong' dari Budi Doremi yang ia nyanyikan.

Tolong katakan pada dirinya

Lagu ini kutuliskan untuknya

Namanya selalu ku sebut dalam doa

Sampai aku mampu

Ucap, 'Maukah denganku?'

Suara tepuk tangan terdengar saat Devano selesai menyanyikan lagu itu. Dapat Devano lihat pengunjung perempuan tak mengalihkan pandangan darinya.

Itu membuatnya sedikit...malu.

Setelah menyanyikan beberapa lagu, Devano turun dari panggung dan berjalan ke belakang mengambil barang-barangnya. "Semuanya, gue duluan ya," pamit Devano pada beberapa pegawai kafe.

Langkah cowok itu berhenti ketika seseorang memanggil namanya. Devano segera masuk ke dalam ruangan pemilik kafe. Cowok itu duduk setelah disuruh oleh Pak Heru, pemilik kafe tempatnya bekerja.

Pak Heru mendorong amplop coklat berisi uang mendekat ke arah Devano. Gajinya bekerja. "Makasih om," ucap Devano.

Pak Heru mengangguk. "Om masih bingung. Kenapa kamu sekolah sambil kerja padahal-"

"Devano mau mandiri om. Devano nggak mau ngrepoti orang lain."

Memang tidak sopan memotong pembicaraan. Tetapi Devano sudah bosan setiap kali pamannya itu menanyakan hal yang sama.

Devano berdiri. "Devano pulang dulu om, makasih."

---

Devano meneguk air dalam botol yang selalu ia bawa dari rumah. Cowok itu mendongak menatap langit yang bertabur bintang. Sekarang cowok itu sedang berada di rooftop sebuah apartemen. Rasanya malas untuk pulang ke rumah. Cowok itu butuh sedikit ketenangan.

Devano menunduk lagi mengerjakan tugas matematikanya. Disela-sela kesibukannya, ia juga harus mengerjakan kewajiban sebagai seorang pelajar, bukan?

Selesai mengerjakan tugasnya, Devano melentangkan tubuhnya di lantai semen rooftop. Cowok itu menatap langit yang membuatnya merasa tenang.

Cowok itu menggumamkan sesuatu.

"Devano kangen Bunda."




🌼🌼🌼

Suka sama ceritanya? Yuk lanjut baca chapter 3 yaa

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara☺

Devano✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang